Kenangan indah

Pagi tadi, 23 April 2025, saya melangkahkan kaki ke Gedung Persada Purnawira di kompleks Lanud Halim Perdanakusuma, tempat yang tak asing bagi kami para purnawirawan Angkatan Udara. Kali ini, langkah saya membawa serta rasa haru yang mendalam, karena yang akan saya temui bukan hanya sahabat-sahabat seperjuangan dari masa muda, tetapi juga kenangan-kenangan yang telah menjelma menjadi bagian dari sejarah hidup saya: Halal Bihalal alumni AAU 1968–1971.
Sudah lebih dari setengah abad sejak pertama kali kami mengenakan seragam taruna, mengayunkan langkah di lapangan apel dengan semangat yang menyala. Hari-hari yang penuh disiplin, kebersamaan, tawa, dan tangis—semua terekam kuat dalam ingatan. Dan pagi tadi, potongan-potongan memori itu seperti mengalir kembali dalam benak saya, menyatu dalam suasana pertemuan yang hangat dan sangat mengharukan. Ada kala kehilangan kata kata untuk diucapkan, yang terjadi hanya saling pandang beberapa saat dan kemudian tersenyum penuh kebahagiaan. Sulit untuk dilukiskan dalam bentuk literasi.
Sejak masuk ruangan, suasana itu langsung terasa berbeda. Wajah-wajah yang dulu saya kenal sebagai pemuda gagah, galak, agak terasa ”kasar”, kini telah terlihat layu dihiasi keriput, semua memang sudah tak sekuat dulu, tapi tetap memancarkan semangat yang tak pernah padam. Ada yang datang dengan kursi roda, ada yang dibantu tongkat, ada pula yang datang hanya isteri mereka mewakili suami yang telah lebih dahulu pergi meninggalkan dunia yang fana ini. Kehadiran mereka begitu berarti—sebagai pengingat bahwa cinta dan kenangan sejatinya memang tak pernah benar-benar pergi.
Tak sedikit yang datang dengan kondisi kesehatan yang sudah menurun, namun semangat untuk berkumpul bersama tetap membara. Itulah yang membuat saya terharu: di balik keterbatasan fisik, semangat persaudaraan masih menyala terang. Bahkan ketika langkah mulai goyah, suara tak lagi lantang, dan penglihatan mulai kabur, pendengaran sudah terganggu, namun tekad untuk hadir dan bersilaturahmi tak surut sedikit pun. Kebersamaan pagi itu seperti pelita yang menyinari relung waktu, memberi kehangatan pada jiwa-jiwa yang merindukan pertemuan dengan para sahabat kolega dalam menempuh jenjang karier puluhan tahun di Angkatan Udara.
Acara memang berjalan dengan sederhana namun penuh makna. Sapaan akrab, pelukan hangat, dan guyonan khas Angkatan Udara tempo doeloe mengalir alami, mencairkan suasana. Ada yang mengangkat cerita-cerita lama—tentang masa pendidikan, latihan keras di medan, atau kisah-kisah konyol yang dulu membuat kami tertawa lepas. Kini, cerita itu kembali mencuat, diselingi tawa yang sudah lebih pelan, tapi justru terasa lebih dalam dan jujur.

Satu momen yang tak terlupakan adalah ketika musik mulai mengalun, dan beberapa di antara kami, dengan semangat yang tak mau kalah oleh usia, berdiri dan mulai berdansa, terutama kelompok ibu ibu. Ada yang hanya menggoyangkan tubuh pelan, ada yang saling berpegangan sambil tertawa kecil. Sungguh, momen yang luar biasa. Rasanya seperti menonton sekelompok jiwa muda yang menolak tunduk pada waktu, yang tetap ingin merayakan hidup dengan sepenuh rasa.
Kami juga bernyanyi bersama walau di dalam hati, lagu-lagu lama yang menjadi soundtrack masa muda kami. Suara mungkin tak seindah dulu, tapi semangat tetap menggetarkan. Rasanya seperti menyanyikan hidup, menyanyikan persahabatan yang telah menyeberangi waktu, suka dan duka.
Di akhir acara, tibalah saat yang paling menyentuh: sesi foto bersama. Kami berkumpul, saling merapatkan bahu, meski ada yang harus dibantu berdiri atau tetap duduk di kursi roda. Semua tersenyum ke arah kamera, seolah ingin mengabadikan bukan hanya momen, tapi juga semangat dan kebersamaan yang sudah menua bersama bergulirnya sang waktu yang berjalan tanpa kompromi. Saya sadar betul, di antara senyum itu tersimpan tanya dan harap: “Apakah kita masih akan bisa seperti ini tahun depan?”
Tidak ada yang bisa menjawab. Tapi mungkin memang bukan jawaban yang kita cari, melainkan keikhlasan untuk menerima kenyataan, dan rasa syukur karena hari ini kita masih bisa bertemu. Enjoy every minute of your life !

Halal Bihalal pagi ini bukan sekadar tradisi. Ia adalah pengingat tentang betapa berharganya waktu, persahabatan, dan silaturahmi. Di usia kami yang telah senja, tak ada yang lebih indah dari sebuah pertemuan yang hangat, dari pelukan yang jujur, dari tawa yang tulus. Dan pagi itu, semuanya hadir penuh semangat, meski dengan rasa haru yang tak bisa disembunyikan.
Saya pulang dengan hati yang penuh. Penuh oleh rasa syukur karena masih diberi kesempatan untuk berkumpul. Penuh oleh rasa kehilangan atas mereka yang sudah tiada. Dan penuh oleh tekad untuk tetap menjaga ikatan ini, selama hidup masih mengizinkan.
Selamat tinggal sementara, teman-teman. Semoga kita masih diberikan umur dan kesehatan untuk bertemu di Halal Bihalal berikutnya. Namun jika takdir berkata lain, biarlah pagi ini menjadi kenangan yang tak akan pernah pudar—karena di sinilah, kita saling merawat kenangan, saling menguatkan, dan saling mencintai sebagai saudara seangkatan (68/71). Kami semua sudah pensiun lebih dari 20 tahun yang lalu akan tetapi harus di ingat kita memang sudah Retired but not Expired !
AAU 71—Tak akan lekang oleh waktu, tak akan hilang dalam kenangan. Tetap Semangat !
Jakarta 23 April 2025
Chappy Hakim – kelas 1971