Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti pengajian. Dari pengajian itu, ada hal yang saya pikir harus saya bagi-bagi kepada siapa saja yang mempunyai cukup waktu untuk membacanya di blog saya ini. Terlebih dahulu, saya sangat terkesima dengan wajah sang guru ngaji, dalam arti saya melihat air muka yang memancarkan “kejujuran hati”, nuansa yang sangat bersahabat dan senantiasa siap untuk tersenyum kepada siapa saja yang dijumpainya.
Air muka yang merupakan refleksi dari seseorang yang telah nyaris hafal ayat-ayat yang tercantum di kitab suci Al Quran. Begitu lugu dan bersahaja, pandangan mata yang menusuk kedalam kalbu namun diantar oleh wajah yang sangat mengayomi, membangun ketenangan di hati, wajah dengan pancaran hati yang seolah selalu siap membantu memberikan pertolongan dengan tulus ! Ceramahnya sendiri dibuka dengan pengantar yang sangat menyentuh jiwa dan sekali gus raga.
Katanya, hal yang sangat penting yang harus dimiliki dalam hidup manusia adalah “dapat dipercaya”. Begitu satu kali saja kita tidak dapat dipercaya, maka rangkaian yang harus dialaminya adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Trust atau kepercayaan, apabila suatu saat “hilang” maka akan dapat memecah persahabatan, merusak rumah tangga, memporakporandakan karier dan tidak mustahil bahkan mengantar diri kejurang kesengsaraan. Maka mulailah terlebih dahulu membangun diri dengan “trust”.
Membangun diri sebagai orang yang dapat dipercaya. Untuk dapat dengan mudah membangun kepercayaan atau dapat dipercaya, maka kata kuncinya adalah bersukur. Demikian seterusnya, penjelasan yang disertai dengan kutipan-kutipan ayat suci pun mengalir dengan lancar dari sang guru ngaji. Namun inti sari yang saya tangkap dengan baik dan sangat membekas dihati adalah masalah “dapat dipercaya” dan bersukur.
Nah, berkait dengan kampanye pemilu yang tengah berjalan ini dan juga menyongsong pemilihan presiden yang akan datang, tentu saja saya kemudian berpikiran bahwa semua orang tentu berharap dengan sangat untuk segera dapat memperoleh pemimpin bangsa yang “dapat dipercaya” seperti yang disampaikan oleh sang guru ngaji. Masa iya, Indonesia yang begitu berlimpah kekayaan alamnya, indah pemandangannya, banyak penduduknya dan terletak di posisi strategis serta beriklim sangat nyaman sepanjang tahun tidak kunjung juga “sejahtera” rakyat nya ?