Selama era WFH atau Work From Home sebagai akibat dari merebaknya virus Covid 19, alhamdulilah saya telah selesai membaca 4 buah buku. Buku pertama adalah tulisan dari Richard Borsuk dan Nancy Chng tentang Lim Sioe Liong (374 halaman). Buku ke 2 tulisan dari Larry Dossey, M.D berjudul The Extraordinary Healing Power of Ordinary Things (299 halaman). Yang ke 3 adalah buku tulisan Paul W Tibbets berjudul “Return of Enola Gay”(399 halaman) dan tadi pukul 1925 wib, tanggal 1 Mei 2020 saya baru saja menyelesaikan membaca buku “Generasi Kembali ke Akar” (266 halaman) tulisan anak muda pendiri Youth Laboratory bergelar Doktor yang bernama Muhammad Faisal.
Buku Generasi Kembali ke Akar tulisan Dr Faisal ini adalah merupakan buku ke 2 setelah buku yang pertama dengan judul “Generasi Phi, Generasi Milenial Pengubah Indonesia”. Kedua buku tersebut saya nilai sebagai buku yang sangat menarik dan sekaligus optimistis. Mengapa menarik, karena buku Generasi Kembali ke Akar yang terlihat menekankan ulang buku pertama dalam menguraikan banyak hal tentang bagaimana hasil riset atau penelitian mengenai peran pemuda Indonesia sejak dahulu kala. Hasil riset yang menjelaskan tentang atau bahwa pada saatnya nanti generasi muda akan membawa negeri ini ke kejayaan cemerlang yaitu saat Indonesia mengalami masa yang disebut sebagai bonus demografi yang akan datang menjelang.
Uraian dan ulasan dari hasil riset panjang lebih dari 10 tahun divisualisasikan dengan gamblang dan memberi harapan besar tentang masa depan Indonesia yang berjaya berkat siklus gaya hidup dari pemuda Indonesia yang kembali ke akarnya pada era bonus demografi ditahun 2030 – 2040. Di uraikan antara lain tentang bagaimana kecenderungan anak muda Indonesia yang sangat berbeda dengan negara-negara lain dalam menghadapi era digital dengan ciri penguasaan gadget yang sangat dominan. Meluasnya penggunaan media sosial terutama melalui handphone yang telah membawa anak-anak muda negara maju menjadi semakin individualistis, sementara di Indonesia justru sebaliknya telah mendorong lebih luas lagi keinginan untuk menumbuhkan kekeluargaan dengan ciri yang khas kebiasaan “nogkrong” dan atau kopi darat dari berbagai komunitas anak muda. Ulasan berbasis riset Dr Faisal ini menggambarkan banyak hal yang optimistik sekaligus harapan besar bagi kejayaan bangsa Indonesia. Sangat kontradiktif dengan banyak tulisan tentang hal negatif dari ulasan-ulasan tentang sifat orang Indonesia yang kerap digambarkan sebagai malas, kebiasaan potong kompas, korup dan lain sebagainya, buku ini justru menguraikan banyak hal positif yang direfleksikan dalam siklus performa para pemuda Indonesia sejak 1928 sampai dengan era bonus demografi nanti. Pada dasarnya lintas waktu sejarah dari sikap para pemuda Indonesia yang dapat dilihat sebagai bola Kristal meramalkan nantinya akan memerankan kejayaan Indonesia sebagai bangsa di masa datang. Optimisme yang digambarkan dalam mengulas hasil riset memang menjadi sangat masuk akal dengan penggambaran bahwasanya akar dari ke Indonesiaan adalah sifat kekeluargaan berbasis gotong royong. Pendeknya uraian dalam buku Generasi kembali ke akar tulisan Dr Faisal dan juga buku pertamanya menjadi sangat menarik dan menyenangkan untuk dibaca. Gambaran optimis tentang cerahnya masa depan Indonesia yang disebabkan peran pemuda yang jumlahnya menjadi “mayoritas penduduk Indonesia” di era bonus demografi di ulas dengan sangat masuk akal dan berada dalam kolom logika yang membingkainya.
Dalam kerangka tulisan yang sangat bagus ini, saya ingin memberikan sedikit saja saran yaitu penggunaan kata “teman teman” dalam beberapa permulaan alinea sebaiknya dihilangkan saja. Selain penggunaannya tidak konsisten dalam setiap bab dan atau alinea penggunaan kata teman-teman telah menyempitkan ruang bagi pembacanya yang bukan “teman” Dr Faisal, he he he he he he. Saya mengerti maksud penggunaan kata-kata tersebut adalah untuk membuat uraian menjadi lebih cair dalam berkomunikasi dengan para pembacanya. Saya nilai bahasa uraian yang digunakan Dr Faisal dalam buku ini sudah sangat komunikatif dengan para pembacanya. Buktinya, saya sendiri membaca buku ini cukup memulai di pagi hari dan selesai berbuka puasa tadi sudah dapat selesai menamatkannya dengan tuntas.
Untuk Penerbit buku perlu juga saya sampaikan tentang beberapa kesalahan ketik atau typo di beberapa halaman yang cukup mengganggu. Laskar Proof Reader dan Editor kiranya perlu lebih diperkuat lagi. Terlepas dari itu semua , sekali lagi buku ini sangat menyenangkan untuk dibaca. Pekerjaan rumahnya adalah bagaimana cara untuk mensosialisasikan isi buku , agar dapat lebih luas lagi diketahui dan dipahami oleh banyak pihak, sehingga ramalan tentang kejayaan Indonesia masa datang dapat benar-benar dicapai bersama. Kiranya segala upaya dalam meraih kejayaan Indonesia masa datang harus dapat menjadi misi bersama bangsa sesuai upaya Generasi Muda dalam meneruskan imajinasi Indonesia menuju negara yang Makmur Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Kerta Raharja. Jangan biarkan Dr Faisal berjalan sendiri. Saya mengusulkan , kalau perlu buku ini di luncurkan ulang dengan metoda Zoom Meeting atau Google Meeting di saat Work From Home sekarang .
Selamat dan Sukses untuk Dr Muhammad Faisal dengan bukunya yang sangat menginspirasi dan optimistis ini. Bravo !
Jakarta 1 Mei 2020
Chappy Hakim.