Sebuah Telaahan Historis dan Kajian Kedirgantaraan
Fenomena Unidentified Flying Object (UFO), atau yang kini secara terminologis lebih netral disebut Unidentified Aerial Phenomena (UAP), telah lama menjadi subjek observasi, spekulasi, dan diskursus publik di Indonesia. Meskipun istilah ini kerap diasosiasikan dengan narasi populer atau bahkan pseudoscience, dalam konteks kedirgantaraan dan pertahanan nasional, penampakan UFO—yang sejauh ini belum dapat dijelaskan oleh data empiris konvensional—merupakan objek kajian yang patut ditelaah secara metodologis.
Sejarah Penampakan UFO di Wilayah Udara Indonesia
Penampakan UFO pertama yang terdokumentasi secara resmi di Indonesia terjadi pada 28 Januari 1953, di atas langit Medan, Sumatra Utara. Insiden ini mencatat penampakan benda terbang berbentuk piringan yang tidak dapat diidentifikasi oleh saksi mata, baik dari sisi bentuk, pola terbang, maupun kecepatan manuvernya1.
Tidak lama berselang, pada 21 Februari 1953, laporan serupa muncul dari wilayah Malang, Jawa Timur, di mana beberapa warga mengklaim menyaksikan objek bercahaya melintasi langit dengan kecepatan yang tidak lazim2. Fenomena ini terus berulang, dengan intensitas publikasi yang meningkat, seperti yang terjadi pada 7 Oktober 1977 di Jakarta. Penampakan tersebut sempat mengundang liputan media nasional dan menyebabkan spekulasi yang cukup luas di masyarakat3.
Salah satu insiden yang tercatat menarik perhatian komunitas peneliti UFO nasional adalah laporan penampakan di langit Yogyakarta pada tahun 1980. Laporan ini mencakup deskripsi visual tentang benda bercahaya yang tampak menggantung di udara tanpa suara mesin atau dorongan konvensional yang dapat diamati4.
Laporan-laporan ini, yang tersebar secara geografis dan temporal, menunjukkan bahwa fenomena UFO di Indonesia bukanlah anomali tunggal, melainkan bagian dari pola lebih luas yang perlu mendapat perhatian lebih serius dari otoritas ruang udara dan peneliti independen.
Insiden Terbaru: Penampakan di Bandung, 2023
Penampakan UFO yang terakhir kali memicu kehebohan publik terjadi pada bulan Juli 2023 di wilayah langit Bandung, Jawa Barat. Sebuah video yang diunggah di media sosial memperlihatkan objek bercahaya melintas cepat tanpa suara, memicu beragam spekulasi dari warganet. Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyampaikan bahwa objek tersebut kemungkinan besar adalah satelit atau stasiun antariksa internasional yang sedang melintas, dan bukan merupakan entitas luar angkasa yang tidak dikenal5.
Namun demikian, tidak adanya data radar atau pelacakan astronomis yang konkrit dalam laporan tersebut menyisakan ruang ambiguitas yang tetap menarik bagi komunitas peneliti UFO dan pengamat langit independen.
Tokoh dan Komunitas Peneliti UFO di Indonesia
Indonesia memiliki sejumlah tokoh dan komunitas yang secara konsisten terlibat dalam observasi dan dokumentasi fenomena ini.
1. Marsekal Muda (Purn.) Jacob Salatun (1927–2012)
Sebagai mantan perwira tinggi TNI AU dan Menteri Perhubungan Udara, Jacob Salatun adalah pelopor kajian UFO di Indonesia dari sudut pandang kedirgantaraan dan keamanan nasional. Ia menulis dua buku penting: Menjingkap Rahasia Piring Terbang (1960) dan UFO: Salah Satu Masalah Dunia Masa Kini (1982), yang menyajikan argumen perlunya kajian ilmiah dan strategis terhadap fenomena ini6. Salatun juga mendirikan Studi UFO Indonesia (SUFOI) pada tahun 1980-an, sebuah lembaga semi-resmi untuk menghimpun laporan dan menganalisis data terkait UFO.
2. Nur Agustinus dan BETA-UFO Indonesia
Nur Agustinus merupakan tokoh penting generasi baru dalam studi UFO Indonesia. Ia mendirikan komunitas BETA-UFO pada tahun 1997, yang secara aktif mendokumentasikan penampakan, menyelenggarakan diskusi publik, dan melakukan investigasi lapangan, termasuk dalam kasus crop circle misterius di Yogyakarta pada 20117. Nur juga menulis buku UFOs Are Real, They Are Here (2021), yang merangkum perspektif historis dan investigatif tentang keberadaan UFO di Indonesia.
Kesimpulan: Antara Ilmu dan Imajinasi
Dalam perspektif kedirgantaraan dan pertahanan nasional, keberadaan benda terbang tak dikenal di wilayah udara Indonesia harus dipahami sebagai potensi aerospace incursion, bukan sekadar narasi populer. Walaupun sebagian besar penampakan dapat dijelaskan sebagai fenomena optik, satelit, atau aktivitas atmosfer, masih terdapat sejumlah laporan yang belum dapat diklarifikasi secara tuntas. Oleh karena itu, penelitian multidisipliner yang melibatkan astronomi, radar surveillance, psikologi persepsi, serta studi kebijakan ruang angkasa, sangat dibutuhkan.
Kiprah tokoh seperti Jacob Salatun dan komunitas seperti BETA-UFO menunjukkan bahwa Indonesia tidak kekurangan sumber daya manusia yang memiliki keberanian intelektual untuk menyelami isu ini secara serius. Yang dibutuhkan adalah dukungan institusional dan kerangka kerja ilmiah yang lebih kuat agar setiap penampakan bisa diuji secara falsifikatif, sebagaimana layaknya dalam tradisi ilmu pengetahuan modern.
Daftar Referensi:
- Salatun, Jacob. UFO: Salah Satu Masalah Dunia Masa Kini. Jakarta: Pustaka Karunia, 1982.
- Wikipedia Indonesia, “UFO Sightings in Indonesia,” https://id.wikipedia.org/wiki/UFO_di_Indonesia
- Kompas.com. “Ramai Soal Penampakan UFO di Bandung”, https://www.kompas.com/tren/read/2022/10/26/…
- Kumparan. “Dedengkot UFO Indonesia Terbitkan Buku Terbaru”, https://kumparan.com/…
- Detikcom. “Penampakan UFO di Jakarta Tahun 1977”, https://www.detik.com/…
- Historia Premium. “Fenomena UFO dan Jejak Komunitas Peneliti di Indonesia”, https://historia.id/…
Footnotes
- “UFO Sightings in Indonesia,” Wikipedia, diakses 28 Maret 2025. ↩
- Ibid. ↩
- “Penampakan UFO di Jakarta 1977,” detikcom, diakses 28 Maret 2025. ↩
- “Fenomena UFO di Yogyakarta,” kumparan dan YouTube Archive, diakses 28 Maret 2025. ↩
- “Ramai Soal Penampakan Benda Diduga UFO di Bandung,” Kompas.com, Juli 2023. ↩
- Jacob Salatun, UFO: Salah Satu Masalah Dunia Masa Kini (Jakarta: Pustaka Karunia, 1982). ↩
- “Komunitas BETA-UFO Indonesia dan Investigasi Crop Circle,” Wikipedia Indonesia dan Historia Premium, diakse
Jakarta 29 Maret 2025
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia