Dalam Perspektif Epistemologi, Keamanan Global, dan Ketahanan Teologis
Fenomena benda terbang tak dikenal (UFO) telah menjadi objek perhatian dalam lintas disiplin ilmu sejak pertengahan abad ke-20. Artikel ini membahas perkembangan isu UFO dari aspek historis, ilmiah, hingga implikasi sosial dan teologisnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan analisis terhadap dokumen resmi lembaga pemerintah seperti Pentagon dan NASA, serta tinjauan literatur terkait persepsi publik dan respon institusi keagamaan. Hasil kajian menunjukkan bahwa meskipun tidak terdapat bukti konklusif mengenai keberadaan makhluk luar angkasa, isu UFO telah menciptakan tantangan epistemologis dan kekhawatiran atas stabilitas keyakinan religius jika keberadaan entitas non-manusia terbukti secara empiris.
Pendahuluan
Fenomena Unidentified Flying Objects (UFO) atau dalam terminologi modern disebut Unidentified Aerial Phenomena (UAP), telah lama menjadi bahan spekulasi publik sekaligus perhatian institusi militer dan ilmiah. Isu UFO merepresentasikan pertemuan antara imajinasi manusia, keterbatasan ilmu pengetahuan, dan kekhawatiran kolektif terhadap sesuatu yang belum dapat dijelaskan secara rasional. Dalam konteks sains dan agama, isu ini menjadi titik temu dan sekaligus titik gesekan antara dua bentuk pencarian makna yang berbeda: kebenaran empiris dan kebenaran transendental.
Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri akar kemunculan isu UFO, dinamika perkembangannya dalam ranah militer dan ilmiah, hingga respons institusional terhadap potensi implikasi keberadaannya terhadap kepercayaan keagamaan yang mapan. Penulis juga menganalisis pernyataan resmi NASA pada tahun 2023 yang menyatakan penghentian penelitian aktif terhadap UAP, serta mendalami aspek reflektif berupa pelajaran (lesson learned) dari fenomena ini dalam konteks global.
Asal Muasal Isu UFO dan Intervensi Militer
Kemunculan isu UFO secara masif dimulai pada tahun 1947 ketika Kenneth Arnold, seorang pilot sipil, melaporkan pengamatan terhadap sembilan objek terbang berbentuk cakram di langit Washington, Amerika Serikat. Laporan tersebut kemudian melahirkan istilah “flying saucer” atau piring terbang dan memicu gelombang laporan serupa dari masyarakat luas1.
Selama Perang Dingin, berbagai program rahasia dikembangkan oleh militer AS untuk menyelidiki fenomena ini, termasuk Project Sign, Project Grudge, dan Project Blue Book. Meskipun kesimpulan akhir dari program-program tersebut menyatakan tidak ditemukan ancaman terhadap keamanan nasional, isu UFO tidak pernah benar-benar tenggelam dari perhatian publik2.
UFO dan Pengakuan Resmi Pemerintah
Tahun 2017 menjadi tonggak penting dalam diskursus UFO ketika The New York Times mengungkap keberadaan program rahasia Pentagon bernama Advanced Aerospace Threat Identification Program (AATIP). Publikasi tersebut disertai dengan video resmi dari Angkatan Laut AS yang menunjukkan objek tak dikenal dengan karakteristik aerodinamika yang belum bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan konvensional3.
Respon terhadap isu ini berlanjut dengan keterlibatan NASA. Pada tahun 2022, lembaga antariksa tersebut membentuk tim ilmiah independen untuk mengkaji UAP secara sistematis. Namun, dalam laporan akhir yang dirilis pada 14 September 2023, NASA menyatakan tidak ditemukan bukti kuat bahwa UAP berasal dari teknologi non-manusia, dan menyatakan akan menghentikan penyelidikan aktif karena keterbatasan data serta tantangan persepsi publik4.
Dampak Teologis dan Ketahanan Kepercayaan Agama
Implikasi keberadaan UFO tidak hanya menyentuh aspek sains dan teknologi, tetapi juga menyentuh ranah yang lebih dalam: teologi. Beberapa institusi agama telah merespon secara adaptif terhadap isu ini. Paus Fransiskus, misalnya, pernah menyatakan bahwa jika makhluk luar angkasa meminta untuk dibaptis, “siapa kita untuk menolak?”5 Pernyataan ini menunjukkan kesiapan sebagian kalangan gereja Katolik untuk mengakomodasi eksistensi makhluk cerdas non-manusia.
Namun, sebagian besar teolog memperingatkan bahwa pengakuan resmi atas keberadaan kehidupan cerdas di luar bumi dapat menimbulkan krisis keyakinan, terutama terhadap doktrin penciptaan, posisi manusia dalam kosmos, dan makna keselamatan. Laporan Brookings Institution yang disusun pada tahun 1961 untuk NASA bahkan mengemukakan kemungkinan “keruntuhan struktur sosial dan keagamaan” jika makhluk luar angkasa terbukti ada6.
Refleksi dan Pelajaran (Lesson Learned)
Berdasarkan kajian ini, terdapat beberapa pelajaran penting yang dapat dipetik dari fenomena UFO, sebagai berikut:
- Kesadaran atas Batas Epistemologis Ilmu Pengetahuan. Fenomena UAP menunjukkan bahwa meskipun kemajuan teknologi terus berkembang, masih terdapat aspek realitas yang tidak dapat dijelaskan secara definitif. Hal ini menuntut kerendahan hati ilmiah (epistemic humility) dan keterbukaan terhadap kemungkinan multidimensi realitas.
- Pentingnya Literasi Publik terhadap Informasi Ilmiah. Kekuatan narasi populer melalui media dan budaya massa dapat membentuk persepsi yang kuat, bahkan ketika bukti ilmiah tidak mendukung. Oleh karena itu, literasi publik menjadi krusial dalam menjaga keseimbangan antara skeptisisme dan keterbukaan pikiran.
- Kerentanan Sosial terhadap Informasi Transformatif. Potensi pengakuan atas keberadaan makhluk cerdas non-manusia mengindikasikan bahwa struktur sosial dan spiritual masyarakat masih sangat rentan terhadap informasi yang menantang kerangka keyakinan tradisional.
- Peran Strategis Lembaga Ilmiah dan Pemerintah dalam Manajemen Informasi
NASA dan lembaga sejenisnya memainkan peran ganda sebagai penghasil pengetahuan dan pengelola ketenangan sosial. Keseimbangan antara transparansi dan tanggung jawab informasi menjadi sangat penting dalam isu-isu berisiko tinggi seperti UFO. - Diperlukannya Pendekatan Multidisipliner. Fenomena UFO memerlukan kajian lintas disiplin yang melibatkan astronomi, fisika, antropologi, psikologi, dan teologi. Kompleksitas isu ini menuntut sintesis pengetahuan untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh.
Kesimpulan
Isu UFO telah melampaui batas fiksi ilmiah dan memasuki ranah diskursus ilmiah, militer, bahkan teologis. Meski hingga saat ini belum ditemukan bukti empiris yang menegaskan keberadaan makhluk luar angkasa, respons institusional terhadap fenomena ini mencerminkan kedalaman dampaknya terhadap masyarakat global. Penarikan NASA dari penyelidikan aktif atas UAP mencerminkan dinamika epistemologis, politis, dan psikososial yang kompleks. Oleh karena itu, penting bagi umat manusia untuk membangun kesiapan intelektual dan spiritual dalam menghadapi kemungkinan bahwa kita tidak sendiri di alam semesta ini.
Footnotes
- Jacobs, David M. The UFO Controversy in America. Indiana University Press, 1975. ↩
- Condon, Edward U. Final Report of the Scientific Study of Unidentified Flying Objects. University of Colorado, 1968. ↩
- Cooper, H., & Blumenthal, R. (2017). “Glowing Auras and ‘Black Money’: The Pentagon’s Mysterious U.F.O. Program.” The New York Times, 16 Desember. ↩
- NASA. “NASA Releases UAP Independent Study Team Report.” NASA.gov, 14 September 2023. ↩
- Winfield, Nicole. “Pope Francis: I’d Baptize Aliens if They Asked.” Associated Press, 12 Mei 2014. ↩
- Proposed Studies on the Implications of Peaceful Space Activities for Human Affairs. Brookings Institution Report, 1961. ↩
Jakarta 27 Maret 2025
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia