Sejak lebih kurang dua tahun terakhir ini kita dapat menyaksikan mulai munculnya beberapa Pompa Bensin yang dikelola oleh perusahaan yang tidak berlambang Pertamina. Suatu kemajuan yang cukup pesat disertai perubahan kemudian terlihat dari kehadiran kedua Pompa Bensin ini. Dua Pompa Bensin yang cukup menonjol kehadirannya di Jakarta belakangan ini adalah Shell dan Petronas.
Dua Pompa Bensin yang dikelola unsur asing ini telah merubah banyak hal, terutama dalam pelayanannya kepada konsumen dan juga tampilan sosok bangunan dan lingkungannya. Pelayanan yang diberikan benar-benar berorientasi kepada “customer satisfaction”. Mereka benar-benar memberikan “service”, sehingga slogan bahwa pembeli adalah raja mereka terapkan dengan sungguh-sungguh. Hal yang sangat kontras yang selama ini kita alami, sebelum ada Shell dan Petronas.
Kendaraan yang datang segera disambut dan diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada yang berpeluang untuk menyalib satu dengan lainnya. Mobil dan motor dilayani tanpa berbeda, ketertiban dijaga dan selalu pula diringi dengan tegur sapa yang ramah. Setiap pengisian selalu pembeli diberikan kesempatan terlebih dahulu untuk melihat meteran yang menunjukkan angka nol.
Demikian pula setelah selesai pengisian mereka membacakan angka di meteran untuk meyakinkan kita seberapa banyak bensin yang telah diisikan dan baru kemudian menyebutkan angka rupiah yang harus dibayarkan, serta langsung tanpa diminta kita akan menerima cetakan bon pembayaran sesuai tarif yang berlaku dan tidak dapat di ajak untuk berkompromi. Isi bensin benar-benar tepat seperti apa yang tertera di meter pengisian, tidak ada pat gulipat dalam hal ini.
Pembayaran pun, tidak pernah ada pembulatan pembulatan yang merupakan pemaaf karena tidak ada uang kecil untuk kembaliannya. Mereka menyiapkan uang kembalian sampai pecahan kecil sehingga berapapun kita bayar dan dengan pecahan uang sebesar apapun, mereka melayaninya dengan sangat sopan dan ramah. Kadang terasa sangat berlebihan, akan tetapi itulah yang ingin mereka perlihatkan. Pertanyaan-pertanyaan yang kadang agak risi, seperti jenis bahan bakar yang akan diisikan ke kendaraan kita, sampai kepada meyakinkan bahwa kita sudah mematikan mesin kendaraan serta larangan mengoperasikan handphone, mereka lakukan setiap saat.
Sekali lagi, memang itulah yang harus mereka kerjakan sesuai dengan prosedur dan aturan yang mereka dapatkan dari atasan nya. Mereka terlihat begitu cekatan dan terlatih. Mereka professional. Kita pun menjadi puas dengan pelayanannya serta lebih dari itu, mesin mobil menjadi lebih baik kinerja nya, karena ternyata bahan bakar yang diisikan ke kendaraan kita ternyata memang berkualitas sesuai dengan spesifikasinya. Bahan bakar bersih yang datang dari tangki yang bersih pula. Kita memperoleh sesuai dengan apa yang kita bayarkan.
Tidak itu saja, mereka juga menata lingkungan pom bensin dengan asri dan bersih. Disediakan toilet yang sangat bersih untuk ukuran pom bensin kita. Toilet bersih sekelas toilet hotel berbintang lima. Ada kios yang menjual beberapa kebutuhan yang berkait dengan perjalanan dan juga minuman serta suratkabar dan majalah. Para pelanggan benar-benar dimanjakan. Disamping itu disediakan pula fasilitas penambah angin untuk ban mobil dan motor serta juga air untuk kebutuhan pendingin mesin. Tampilan para petugas selalu rapih, berseragam dan tahu apa yang harus dikerjakannya. Kesemuanya sangat kontras dengan apa yang kita lihat selama ini dengan pompa bensin yang ada.
Setelah keberadaan dua pompa bensin yang sangat berbeda seperti bumi dengan langit, barulah SPBU kita kemudian mau berbenah diri. Satu kenyataan yang sebenarnya cukup menyedihkan, Kita baru mau berubah setelah didepan mata kita terlihat contoh yang apabila tidak diikuti akan menghancurkan diri sendiri. Selama ini pompa bensin cukup memberikan pelayanan seadanya saja, karena memang masyarakat tidak mempunyai pilihan lain. Itulah semua sebenarnya contoh dari keberadaan kita selama ini.
Segera setelah kehadiran Shell dan Petronas, terutama di Jakarta, barulah terlihat pompa bensin kita melakukan pembenahan diri. Mereka baru menyadari ketika dihadapkan pada pilihan, apabila tidak berubah maka mereka akan mati. Pelajaran yang sangat berharga, dan juga harus dibayar mahal. Kelemahan terbesar kita, kemauan untuk melayani yang sangat kurang dan keperdulian terhadap lingkungan terutama tentang kebersihannya yang sangat rendah serta kemauan untuk tertib yang sangat dangkal. Lebih dari itu kebiasaan yang sulit untuk mau tunduk pada aturan-aturan yang berlaku.
Contoh lain yang sangat mencolok, dapat pula dilihat, bagaimana perbedaan Maskapai Penerbangan Singapura dengan Maskapai penerbangan lainnya, terutama Maskapai Penerbangan dalam negeri. Bagaimana rasanya bila kita dilayani oleh Singapore Airlines, mulai sejak membeli tiket sampai dengan penerbangan berakhir, kita diperlakukan sebagai “raja” Para Pramugari di pesawat, benar-benar menempatkan dirinya sebagai pelayan bagi para penumpangnya, karena mereka di doktrin, bahwa tanpa adanya penumpang yang naik pesawat Singapore Airlines, maka mereka tidak memperoleh gaji untuk hidup mereka.
Mereka diajarkan bagaimana menghargai dan menghormati penumpangnya. Berlainan dengan maskapai penerbangan lain, terlebih-lebih maskapai penerbangan dalam negeri. Para penumpang benar-benar diberlakukan sebagai penumpang, dalam arti orang yang menumpang dengan berharap belas kasihan. Para pramugarinya, dengan bahasa tubuhnya telah menampilkan diri sebagai sosok pemilik pesawat terbang, dan kita benar-benar kemudian merasa sebagai orang yang berharap untuk dapat ijin menumpang pesawat tersebut. Walaupun sebenarnya kita telah membayar mahal untuk itu. Benar-benar menyedihkan. Tetapi itulah yang terjadi. Hasilnya ? Singapore Airlines dengan mudah meraih kemajuan yang luar biasa, sementara banyak maskapai penerbangan lain yang bangkrut.
Tiket Singapore Airlines , jauh lebih mahal dari maskapai penerbangan lainnya, akan tetapi kebanyakan orang akan memilih bepergian dengan Singapore Airlines dari pada maskapai penerbangan lainnya. Itulah contoh profesionalisme. Seperti juga apa yang dipertontonkan kepada kita semua, dengan munculnya pom bensin Shell dan Petronas ditengah-tengah kita. Itulah sebenarnya yang terjadi diseluruh sektor pelayanan masyarakat dinegeri tercinta ini.. Memang cukup simpel, apabila kita menginginkan kemajuan, ya kita harus professional. Tetapi untuk menjadi professional ternyata tidak mudah. Walaupun pada kenyataannya pilihannya kemudian menjadi tidak begitu rumit, “Profesional atau tidak sama sekalit”.
Selanjutnya terserah anda. Mau maju dan memiliki harga diri atau tidak?