Mari kita simak kutipan dari berita nasional Tempo interaktif hari ini sebagai berikut:
Indonesia akan memesan sejumlah pesawat dari Rusia. “Rencananya, akan ada pembelian pesawat Sukhoi dari Rusia,” kata Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan RI.
Pesawat Sukhoi Superjet merupakan pesawat sipil dengan kapasitas 25-95 penumpang.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry Bakti mengatakan pesawat tersebut tengah menunggu sertifikasi The International Air and Shipping Association (IASA).
Sebelum masuk ke Indonesia, akan dilakukan uji validasi terlebih dahulu. Lebih jauh, pemerintah Indonesia berharap nantinya akan ada kerja sama produksi Rusia dengan Indonesia dengan membangun pabrik suku cadang dengan menggandeng PT Dirgantara Indonesia.
Pemerintah Indonesia dan Rusia akan meningkatkan kerja sama ekonomi kedua negara. Nilai perdagangan antar kedua negara yang selama ini masih termasuk kecil akan digenjot. “Ditargetkan 2014 nanti bisa naik menjadi US$ 5 miliar,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa.
Kayaknya semua menjadi mudah dengan mengatakan menggandeng PTDI. Tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya masih banyak masalah intern di PTDI yang memerlukan solusi terlebih dahulu sebelum menggenjotnya dengan beban-beban produk yang diharapkan pemerintah. Sejak kolaps 1998 lalu, banyak masalah bermunculan di PTDI, mulai dari perginya tenaga-tenaga ahli ke luar negeri mencari sesuap nasi, pengangguran terselubung yang harus tetap digaji sampai dengan mengerjakan proyek-proyek eceran tumpahan pabrik pesawat Boeing dan Airbus demi untuk penyambung nyawa perusahaan yang mati segan hidup tak mau ini, eh hidup segan mati tak mau.
Disamping itu pemerintah sebagai pemegang otoritas penerbangan nasional sebenarnya tengah menghadapi masalah besar mengenai ATS, Air Traffic Control Service yang kondisinya memprihatinkan dan berbahaya ! UU Penerbangan no 1 tahun 2009 mengamanatkan ATS harus di reorganisasi menjadi ATS single provider dalam 2 tahun setelah UU diundangkan. Sampai kini, sudah hampir lewat 2 tahun ATS yang organisasinya terdiri dari 5 organisasi yang berbeda itu belum terlihat akan di padukan menjadi single provider. Sementara pertumbuhan jumlah penumpang dan barang yang menggunakan jasa angkutan udara meningkat tajam, jumlah sdm ATC hanya tersedia lebih kurang 60 % dari kebutuhan dan peralatan radar ATC sudah kadaluwarsa. Jadi penerbangan kita saat ini tengah berada dalam “bahaya” !
Waspadalah kita semua, berharaplah semoga pemerintah segera turun tangan menangani ini, dari pada sibuk membeli pesawat baru dan memberikan proyek-proyek baru bagi PTDI, yang belum tentu PTDI mampu mengerjakannya. Semoga !
Jakarta 27 Oktober 2011
Chappy Hakim
3 Comments
Betul sekali, saya sangat setuju. Menurut pengalaman saya, lebih dari tiga tahun yang lalu saja, hampir setiap hari selalu ada “miss comunication” baik sesama pengatur dan yang diatur. atau kedua-duanya. Kalau diudara saja semrawut apalagi yang didarat ya. Menyinggung tentang FIR SIN di tulisan pak Chappy yang lalu, saya juga ikut prihatin. Bagaimana cara membenahi ini barangkali bisa mengambil perbandingan budaya disiplin masyarakat singapore dibanding masyarakat kita sendiri. Terutama di bidang disiplin ber-lalu lintas. Maksudnya, masuk FIR singapore terasa lebih nyaman dibanding FIR yang lainnya. Apa iya ? Ini baru sikap mental kita, belum sarana dan prasarananya. Jadi, nggak usah heran kalo produksi sepeda motor boleh diteruskan, gak peduli kaya apa semrawutnya lalu lintas, yang penting dapur harus tetap berasap. Terima kasih,
http://www.downsizinggovernment.org/transportation/airports-atc
Makasih Wir, mudah2an tidak terjadi accident!