Pensiun dari dunia kemiliteran tidak membuat Chappy Hakim kehilangan jati diri seperti beberapa petinggi yang mengalami post power syndrome. Sebaliknya, Chappy menggunakan waktunya untuk berbagai pengalaman dan pengetahuan. Selama peluncuran bukunya pada Jumat (17/12), rekan-rekan sejawat Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim mengungkap sosok mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) itu. Sekitar dua dekade saling mengenal, Duta Besar RI untuk Singapura Suryopratomo menyebut Chappy adalah sosok yang sangat santun dan berwibawa tanpa pandang bulu, meski memiliki jabatan tinggi.
Dalam pandangannya, Suryopratomo menilai, Chappy tidak pernah merasa post power syndrome karena memiliki kemampuan untuk menerima keadaan dengan baik. “Mengapa Pak Chappy tidak pernah merasa post power syndrome? Karena Pak Chappy memiliki kemampuan menerima keadaan, dan itu luar biasa. Ini yang menurut saya sesuatu yang sangat penting,” ujarnya.
Pada gilirannya, Chappy mengatakan, post power syndrome hanya akan diderita oleh orang yang menikmati jabatannya sebagai privilese. Chappy sendiri mengaku ia telah mempelajari mengenai post power syndrome sejak menjadi perwira, dengan melihat senior-seniornya. Untuk itu ia berusaha mewaspadai dan mencegahnya. “Begitu orang masuk dalam satu jabatan khususnya di Indonesia ini, jabatan-jabatan itu sangat feodalistis. Jadi kalau bisa digendong, digendong. Ada pengawal, ajudan, segala macam, berlebihan. Dan saya berusaha tidak mau menikmati itu,” tuturnya.
Dengan fatalnya mekanisme feodalistis di Indonesia, lanjut Chappy, jika orang terlalu menikmati fasilitas jabatannya maka akan menjadi berbahaya. “Membayangkan hal-hal seperti itulah yang memberikan bekal kepada saya untuk tidak mengalami itu. “Bagaimana caranya? Kita harus mengantisipasi. Pensiunnya mau ngapain? Pensiun itu saya mau berbagi, titik,” pungkasnya.
Peluncuran buku Chappy dilakukan bertepatan dengan hari ulang tahunnya ke-74. Ada empat buku yang diluncurkan, yaitu “Retired But Not Expired”, “Pergulatan di Tengah Pandemi Covid-19”, “Indonesia Menyongsong Era Industri Dirgantara”, dan “Defence and Aviation Jilid 3”.
Peluncuran dilakukan secara virtual oleh Penerbit Buku Kompas, dengan menghadirkan tiga pembahas, yaitu Dubes Suryopratomo, Guntur Soekarnoputro yang merupakan rekan sejawat Chappy, dan penulis sekaligus peneliti muda Muhammad Faisal. Dimoderatori sang putri, Tascha Liudmila, peluncuran empat buku Chappy juga mendapatkan sambutan dari Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Wapemred Kompas Tri Agung Kristanto.
Sementara penanggap menghadirkan Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019 Susi Pudjiastuti dan Kepala BIN periode 2001-2004 Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono.
(RMOL)