Ekuador (Bahasa Spanyol untuk Equator) sebagai sebuah negara Amerika Latin kurang begitu dikenal di masyarakat awam Indonesia. Kurang menjadi perhatian dibanding dengan jajaran negara Amerika Selatan lainnya seperti Brazil, Kolombia, Argentina dan Chile misalnya. Ekuador sesuai dengan namanya yang berarti garis khatulistiwa memang terletak di “equator line”, garis imajiner yang membelah bumi utara dan selatan. Banyak keunikan Ekuador yang jarang diketahui banyak orang. Misalnya saja cerita tentang sepakbola di Ekuador. Duta Besar Dieny Tjokro yang sempat bertugas di Ekuador pada tahun 2016 sampai dengan 2020 menceritakan tantang hal itu. Sebagai salah satu negara Amerika Latin yang sangat terkenal dengan sepakbola nya ada keunikan tersendiri di sana. Setiap kesebelasan sepakbola yang datang bertanding di Ekuador pada umumnya akan mengalami kekalahan melawan tim sepakbola Ekuador. Hal ini tidak terutama sekali menyangkut kualitas bermain sepakbola , akan tetapi lebih pada faktor alam yang menyebabkannya. Dengan ketinggian rata rata yang mencapai lebih kurang 2500 meter maka udara di Ekuador kadar oksigennya sangat kurang demikian pula tekanan udaranya. Kondisi inilah antara lain yang menyebabkan para pemain bola pendatang tidak bisa bermain sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Udara yang semakin tinggi semakin berkurang tekanan dan kadar oksigen tentu saja memerlukan waktu yang cukup untuk menyesuaikan diri.
Keunikan lainnya yang diceritakan oleh Dubes Dieny Tjokro, dosen Psikologi Universitas Indonesia yang juga merupakan cucu dari Pahlawan Nasional Mohammad Husni Thamrin adalah tentang makanan Indonesia. Di Ekuador makanan Indonesia masih kurang populer, walaupun tempe selama ini sudah banyak dinikmati orang Ekuador. Pada sisi lainnya ternyata banyak orang Ekuador yang penduduknya berusia lebih dari 100 tahun dan sangat suka dengan masakan atau makanan khas Indonesia. Selama masa tugasnya sebagai Duta Besar Indonesia yang tinggal di Quito ibukota Ekuador Dieny telah berhasil mengajak dan membantu pengusaha lokal untuk membuka restoran Indonesia di sana. Transportasi umum yang utama di Quito adalah Busway, seperti halnya di Bogota Kolombia. Sektor pariwisata dikelola dengan baik dan dikerjakan secara professional antara lain yang menonjol adalah aspek kebersihan lingkungan. Masih banyak lagi keunikan yang dijumpai Dubes Dieny Tjokro selama bertugas di Ekuador, yang sempat diceritakan sang Dubes pada kesempatan menikmati acara santai bersama Band The Playsets di QiLounge Hotel Sultan pada Sabtu siang tanggal 6 Agustus 2022. Setiap Sabtu siang Band The Playsets manggung di QiLounge dan pada kesempatan istirahat diisi dengan acara berbagi pengalaman dan pengetahuan dari berbagai pihak. Minggu lalu misalnya, pada kesempatan yang sama di QiLounge Hotel Sultan, Dubes Andrajati berbagi pengalamannya selama bertugas di Senegal. Sebelumnya, sempat pula Dubes Dian Wirengjurit bercerita banyak tentang Iran. Berbagi pengalaman dan pengetahuan memang selalu menarik.
Uraian Dubes Dieny Tjokro sabtu kemarin juga sangat menarik perhatian di Qilounge, Hotel Sultan. Terlihat hadir antara lain penyanyi dan pencipta lagu terkenal Deddy Dhukun, musisi Jazz Indonesia Mus Mujiono, Pilot Senior Capt. Hanafi Herlim yang beberapa bulan lalu sempai viral videonya pada penerbangan terakhir, karena harus pensiun dini dari Citilink, Capt Azis teman sekelas Hanafi lulusan tahun 1980 API Curug, Ibu Rita Soebowo mantan Ketua Umum KONI 2007 – 2011 dan teman teman lainnya.
Selama Duta Besar Dieny Tjokro berbagi pengalamannya cukup banyak pertanyaan yang diajukan oleh hadirin yang menandakan ketertarikan pada keunikan negara Ekuador. Dubes Dieny Tjokro yang sempat menerima penghargaan Mundo Gold mengakhiri paparannya dengan harapan agar hubungan Indonesia dengan Ekuador akan bertambah erat dimasa mendatang.
Jakarta 7 Agustus 2022