Pasca gempa di Sumbar, saya banyak menerima sms dari beberapa teman yang berkait dengan upaya memberikan bantuan kemanusiaan ke daerah bencana. Salah satu sms saya terima dari orang yang mengaku dan itu ditulisnya di awal kalimat sms sebagai Alam Drum. Sore Pak, saya Alam Drum dst……….., yang isinya (tidak saya baca saat itu ) adalah permohonan untuk menghadapkan beberapa pengurus organisasi Tuna netra berkait bantuan dalam rangka mengirim perwakilan tuna netra yang hendak berangkat ke Sumbar menyerahkan bantuan kemanusiaan kepada sesama penyandang cacat korban gempa dan juga kepada para korban lainnya.
Pertamakali saya melihat sms ini, karena kesibukan yang tengah saya hadapi, membuat saya tidak begitu memperhatikannya. Ditambah lagi saat saya hanya melihat diawal sms yang mengatakan bahwa si pengirim sms adalah seorang yang bernama Alam Drum, seorang yang saya tidak kenal. Keesokan harinya saya menerima lagi sms dari nomor yang sama, dengan isi permohonan maaf apabila ada kata-kata yang tidak berkenan dihati saya. Nah disini saya mulai curiga, dan ingin tahu siapa gerangan si pengirim sms tersebut. Tentu saja kemudian saya buka kembali sms dari Alam ini.
Setelah membaca lengkap isinya, saya baru sadar bahwa Alam Drum itu ternyata bukan sekedar nama orang akan tetapi maksud nya adalah Alam pemain drum. Saya baru sadar karena dalam uraiannya itu dia menyebutkan bahwa ada keinginan organisasi penyandang cacat untuk membawa bantuan kepada para korban gempa Sumbar. Saya memang mengenal seorang bernama Alam sebagai pemain drum “jago” yang “tuna netra”. Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana dia bisa mengirim “sms”? Saya menyimpulkan sendiri saja, bahwa yang membantu untuk mengirim sms, pastilah seorang yang biasa membantunya berjalan menuju tempat-tempat dia biasa bermain/manggung.
Begitulah, kemarin saya mengundang Alam untuk sekedar latihan “band” sambil berniat untuk ngobrol-ngobrol menindaklanjuti apa yang disampaikannya di sms minggu yang lalu itu. Setelah memainkan beberapa lagu, kami beristirahat sejenak, dan mulailah saya menanyakannya kepada Alam tentang sms yang dikirimkannya itu. Selama ini hubungan saya dengan Alam sangat akrab, sering bercanda dan percakapan selalu dengan menggunakan bahasa Indonesia Logat Betawi.
“Lam, lo ngirim sms ya minggu lalu?” .
Setengah terperanjat ia langsung menjawab : “Iya Pak, maaf ya Pak kalau saya salah”, katanya.
“Nggak Lam, bukan itu, siapa yang lo suruh sms in ?” .
Kali ini saya yang terperanjat, karena Alam menjawab dengan tenang sekali :”Saya sendiri Pak!”
Waduh, dengan terbata-bata saya terpaksa bertanya lebih jauh dan berusaha sehalus mungkin, agar dia tidak tersinggung : “Maaf Lam, lo kan nggak bisa Lihat ?”
Jawabannya kemudian sangat mengharukan saya, walaupun nada bicaranya tetap tidak berubah, yaitu dengan nada yang meyakinkan dan juga tetap dengan logat betawi yang medok : “Iye Pak, tetapi Henpon saya udah di programin buat saya, sehingga saya bisa nelepon dan sms sendiri”.
Saya lihat Henpon nya ternyata Nokia seri yang sudah cukup lama, seraya saya meminta kepadanya untuk mendemonstrasikan kepada saya mengirim sms, karena saya masih tidak habis heran seorang tuna netra bisa sms? Alam pun lalu meletakkan HP nya di telinganya, kemudian dia sibuk dengan kedua jari jemarinya dan tidak lama setelah itu HP saya pun berbunyi tanda ada sms masuk. Saya segera membuka HP saya dan kemudian keluarlah nomor yang tempohari itu dengan tulisan : Pak Chappy, apa kbr?. Untuk kedua kalinya saya terperanjat abis. Saya balas sms nya dengan : Apa kabar Alam?, segera saja HP dia berbunyi tanda sms masuk. “Ayo Lam, itu sms gue tuh, lihat gue tulis apa?”. Dengan tenang dan juga dengan keterampilan yang mengagumkan Alam langsung membawa lagi HP nya ke telinga kirinya, dan sesaat kemudian setelah dia mengutak-ngutik “key pad” HP nya, dia langsung bilang “Bapak sms saya, isinya : Apa Kabar Alam?”. Penasaran, langsung saja saya ambil HP nya dan menanyakan :”bagaimana kamu bisa tau?”, saya memang melihat tulisan dari sms saya itu, dan rupanya ada satu “key pad” yang dipencet oleh Alam, kemudian ada suara orang yang membaca sms tersebut. “Saya mendengar bacaannya pak” katanya. Rupanya dengan program tertentu Alam dapat mendengar orang membacakan isi sms yang masuk di HP nya. Satu lagi yang membuat saya tetap heran, karena programnya berasal dari luar negeri, maka aksen orang yang membaca isi sms itu terdengar seperti suara orang “bule” ngomong bahasa Indonesia. Berkali-kali saya coba mengerti apa yang dibaca oleh HP nya Alam itu dan tetap saja saya kesulitan, karena terdengarnya adalah suara orang ”bule” yang berbunyi “Epe kebar Elam?” jadi bukannya Apa Kabar Alam, he he he he . Alam sudah sangat familiar dengan “pronounciation” orang “bule” di HP nya yang senantiasa bertugas membaca sms yang masuk. “Benar-benar luar biasa”, produk teknologi !
Sampai disini saya benar-benar mengagumi Alam sebagai “jenius”. Bagi yang pernah mengenal Alam dan pernah mendengarkan permainan drum nya, pasti sepaham dengan saya.
Alam, yang terlahir dengan nama Permas Alamsyah, pada 3 Nopember 1965 di Jakarta, adalah lulusan SD, SMP yang SLB di Jakarta. Alam menunjukkan kecerdasannya dengan menyelesaikan SMA di sekolah biasa, bukan SLB, yaitu di SMA Negeri 2 Bekasi, dan lulus dalam kelompok “10 terbaik” di tahun 1985. Ayahnya pensiunan anggota Polisi di tahun 1989, terakhir berdinas di Djawatan Kepolisian Negara di Cipinang. Lulus SMP, ayahnya membelikan satu set drum untuk Alam, dan dengan drum itulah Alam merintis kariernya dalam menjalani hidup yang keras ini terlebih bagi seorang tuna netra. Lulus SMA, dia langsung ikut Band di kapal Pelni, antara lain Kambuna, Rinjani dan Kerinci, yang melayari rute Indonesia Timur. Dia bisa lulus dalam test emergency untuk evakuasi di laut menggunakan sekoci, walaupun dia seorang Tuna Netra. 1987 sampai 1989, diajak Edu bermain dibeberapa kafe di jakarta dan juga ikut Band nya Harry Cader. 1981 sampai 1989, Alam bergabung dengan Subentra bersama dengan Kenny Joe, Jopie Item cs dengan MC Anita Rachman.
1996, bersama dengan Moteh Mokoginta, Tommy Sella, Alam mendirikan band yang sampai sekarang dikenal dengan nama “The Grasshoppers”.
Alam, saat ini aktif sebagai Bendahara Umum Persatuan Penyandang Cacat Indonesia dan juga sebagai Wakil Bendahara Pertuni, Persatuan Tuna Netra Indonesia.
Minggu lalu Alam manggung dalam sesi “The Beeges Night”, selesai pagelaran beberapa orang “bule” mendatanginya sekedar memberikan apresiasi sekaligus menyampaikan kekagumannya atas permaianan prima dari Alam dalam menabuh drum untuk lagu-lagu The Beeges. Mereka mengatakan, baru kali ini tahu ada seorang tuna netra yang “jago” bermain drum ! Alam, memang drummer tuna netra yang “jenius”.
Saya “angkat topi” pada Alam, tuna netra yang menjalani hidup ini dengan bermain drum ! Belakangan saya tahu dia bepergian seorang diri, mengandalkan Taxi “Blue Bird” kemana-mana, kepelosok sudut kota Jakarta untuk menabuh drum, memburu sesuap nasi bagi menghidupi anak isterinya yang dengan setia menunggu di rumah. Alam, tidak hanya seorang seniman berbakat tetapi juga seorang yang “berani”, “jenius” sekaligus kepala rumah tangga yang bertanggung jawab !