Pada tahun 1966, setelah lulus SMA saya mendaftar ke API, Akademi Penerbangan Indonesia di Curug. Saat itu kegiatan test dan seleksi para calon Taruna API diselenggarakan di Kemayoran. Salah satu test yang dilihat sebagai “istimewa” dikala itu adalah test Bahasa Inggris yang memakan waktu khusus selama satu hari penuh dan tentu saja test kesehatan yang harus memenuhi persyaratan kesehatan seorang Pilot.
Dari sekian banyak pendaftar, akhirnya saya berhasil menyelesaikan seluruh test dan ujian seleksi calon siswa Pilot API Curug. Dengan penuh kebanggaan tentunya, akan tetapi harus bersabar karena diumumkan untuk standby menunggu panggilan dari panitia pendaftaran. Konon hal itu disebabkan biaya pendidikan yang belum siap bagi penyelenggaraan pendidikan, yang katanya akan memperoleh “Loan” dari Luar Negeri, entah dari negara mana.
Dalam perkembangannya kemudian, dalam masa penantian, saya melamar ke Akabri bagian Udara dan terlanjur masuk pendidikan di Magelang kemudian di Jogyakarta. Saat menempuh pendidikan dasar kemiliteran saya menerima panggilan untuk masuk pendidikan di API, namun nasi sudah menjadi bubur, saya terlannjur lanjut di Akabri Udara. Walaupun baru dapat menjalani sekolah Pilot pada semerter ke 2 di tahun ke (atau tingkat) 4 Akademi Angkatan Udara. Teman seangkatan yang menjalani pendidikan di API, di tahun ke 2 atau 3 sudah menjadi Pilot yang operasional di beberapa Maskapai Penerbangan Indonesia.
Akademi Penerbangan Indonesia yang bernanung dibawah Kementrian Perhubungan RI adalah sebuah sekolah Pilot setingkat Akademi yang sangat terpandang di pentas dunia, Pada tahun 1966 sampai tahun 1970an hingga 1980an, selain mendidik Pilot, API juga memiliki beberapa jurusan antara lain ATC (AIr Traffic Control).
Yang juga istimewa adalah pendidikan di API gratis dan menjelang lulus sudah di plot untuk berdinas, antara lain di Garuda, Maskapai Nasional kebanggaan sang pembawa Bendera. Respect dari dunia penerbangan internasional terhadap sistem pendidikan di Curug dan bahkan juga terhadap Sekolah Penerbang Angkatan Udara di Jogyakarta sangat tinggi sesuai dengan kualiltas sekolah dan para lulusannya. Ujud pengakuan tersebut adalah hadirnya siswa dari beberapa negara lain yang dikirim ke API Curug.
Malaysia pernah mengirim Perwira Muda Tentara Udara Diraja Malaysia untuk sekolah penerbang Angkatan Udara di Jogyakarta. Hubungan yang erat dari pendidikan penerbang secara nasional memang terjalin dengan sangat baik. Beberapa Perwira Angkatan Udara bertugas sebagai Instruktur Pilot di Curug, dan para lulusan Sekolah Penerbang Angkatan Udara yang jurusan transport mengikuti ujian penyesuaian CPL (Comercial Pilot License) di API Curug. Beberapa mata pelajaran seperti RTL Radio Telefoni serta Aviation Safety yang menjadi bagian dari CASR (Civil Aviation Safety Regulation) diberikan di Sekbang AU bekerjasama dengan API sebagai mitra institusi pendidikan penerbangan nasional.
Di tahun 1970an hingga tahun 1980an, banyak Pilot AURI yang diutus untuk bertugas pada beberapa Maskapai penerbangan domestik seperti Garuda, Merpati, Mandala dan lain-lain. Intinya adalah keterpaduan dalam menata dan mengelola laju perkembangan penerbangan secara nasional pada waktu itu berjalan dengan sangat baik. Keterpaduan tersebut terutama adalah pada tataran pendidikan yang sangat elementer sifatnya. API, Akademi Penerbangan Indonesia memang hebat.
Pada waktu itu, bahkan sampai tahun lalu, bila berjumpa dengan para peninjau dari pihak pendidikan penerbangan Luar Negeri, komentarnya selalu mengutarakan kekaguman terhadap keberadan sekolah Pilot di Curug tersebut. Sayangnya kini semua hal tersebut telah banyak berubah API telah berganti nama beberpa kali. Pendidikan Pilot menjadi kurang memperoleh kepercayaan dari dunia penerbangan internasional. Lebih-lebih tragedi menganggurnya 1200 Pilot muda lulusan sekolah Pilot Indonesia belakangan ini telah menjadi tantangan berat untuk dapat segera mengembalikan reputasinya dalam hal pendidikan Pilot yang berkualitas.
Berkualitas sesuai dengan standar Internasional.
[wp_ad_camp_1]