PADA saat menjabat sebagai Gubernur Akademi Angkatan Udara di Jogyakarta, saya mempunyai kebiasaan untuk bermain tenis satu minggu dua kali di pagi hari. Saya bermain bersama beberapa staf yang kebetulan memiliki hobi yang sama, bermain tenis. Permainan saya, atau “skill level” saya dalam bermain tenis tergolong biasa-biasa saja. Ada yang mengatakan kemampuan saya bermain tenis , masuk kategori medium. Apa sih, medium itu ? Saya tanyakan kepada teman saya yang kemudian menerangkan bahwa medium itu adalah sebagai berikut : Medium artinya ya.. termasuk bagus pasti tidak, karena kan medium. Termasuk jelek, ya hampir-hampir lah, bahasa mutakhir nya, beda-beda tipis!
Itulah, saya dengan kebiasaan dan tingkat keterampilannya. Dua kali seminggu bermain di pagi hari, dan tingkat keterampilannya “medium”. Dengan jadwal ketat dua kali seminggu, dan relatif dalam berlatih itu saya selalu menang, maka meningkatlah kepercayaan diri saya dalam bertanding bermain tenis. Setelah berdinas lebih kurang 3 atau 4 bulan, ada perlombaan tenis di lingkungan TNI di Jakarta, yang terkenal dengan turnamen “Pangab Cup”. Pertandingan tenis antar satuan di jajaran TNI memperebutkan Piala Panglima TNI.
Paralel dengan itu, khusus untuk para Perwira Tinggi nya, diselenggarakan pula pertandingan tenis persahabatan antar PATI TNI. Saya, karena memang kegiatan olah raganya tenis, maka otomatis di daftarkan ke pihak panitia sebagai peserta perlombaan tenis dalam rangka “Pangab Cup”. Berangkatlah saya ke Jakarta, sebagaimana layaknya atlet kenamaan yang berangkat ke Olimpiade, menjinjing Tas Tenis yang berisi perlengkapan bertanding, gagah sekali. Serasa sudah sebagai pemain tenis professional sekelas Roger Federer.
Sesampai di Jakarta, ternyata pihak panitia sudah menyusun jadwal pertandingan yang sangat ketat dan dengan sistem gugur, artinya, begitu kalah ya masuk kotak, alias berhenti bertanding dan segera pulang kampung ! Saya masih kuat sekali rasa percaya diri, karena berkat latihan yang teratur seminggu dua kali di Jogya itu. Ditambah lagi saya selalu menang.
Namun, apa yang terjadi sungguh-sungguh membuat saya kecil hati. Karena dalam pertandingan di babak pertama saja saya langsung masuk kotak karena kalah. Lebih parah lagi, kalah nya adalah dengan skor yang agak memalukan, kalah telak. Saya pun pulang kampung. Saya mencoba menganalisis, dimana sebenarnya letak kesalahan saya. Mengapa dengan latihan rutin dan teratur, selama lebih kurang 4 bulan, dan dengan hasil pertandingan selama latihan saya selalu menang, koq, bertanding di Pangab Cup, saya kalah memalukan.
Diam-diam, selama satu dua hari di Jogya, saya samar-samar mendapatkan jawaban dari dalam hati saya sendiri. Saya berpikiran, mungkin sekali para staf saya , selama bermain dengan saya merekayasa dengan cantik sekali dan sedemikian rupa sehingga saya selalu memenangkan pertandingan. Tentu saja ini adalah bagian dari segala upaya para jajaran staf, yang bermaksud baik, yaitu supaya saya merasa senang. Makin dalam saya renungkan semakin mantap saya, bahwa memang selama ini saya telah “dibohongi” olah para staf mitra bertanding itu, agar saya selalu menang.
Dengan keyakinan seperti itulah, pada kesempatan latihan berikutnya setelah pulang kalah perang, saya memerlukan untuk memberikan briefing terlebih dahulu kepada seluruh staf mitra latihan saya bermain tenis. Saya tekankan berulang-ulang tentang sportivitas, dan kejujuran dalam berolahraga. Olah raga adalah ajang untuk membangun sifat dan sikap ksatria, dengan antara lain berusaha untuk menang, akan tetapi apabila harus kalah ya harus dengan lapang dada, elegan atau gentleman mengakui keunggulan lawannya. Pendek kata, segala macam ilmu pengetahuan tentang manfaat dan norma-norma olah raga saya sampaikan pagi hari itu.
Briefing yang panjang lebar dan nyaris membosankan bagi para pendengarnya itu saya akhiri dengan penegasan, bahwa apabila bermain dengan saya, janganlah melihat saya sebagai atasan atau bos, akan tetapi lihatlah sebagai lawan tanding. Artinya, kalau memang saya harus kalah ya jangan direkayasa agar saya menjadi menang. Jauh di relung hati, saya sadar bahwa kemampuan para staf saya itu memang lebih baik, karena “jam terbang” mereka lebih banyak, mereka lebih banyak latihan dari pada saya. Jadi… wajar saja mereka lebih baik permainan tenis nya dari pada saya.
Demikianlah, rupanya seluruh staf mitra latihan tenis itupun menghayati dengan sungguh-sungguh isi dari briefing saya pagi hari itu. Jadilah , sejak hari itu saya bermain tenis tidak pernah menang. Pada awal-awalnya saya tidak merasakan apapun, dengan kalah terus-terusan, akan tetapi setelah berjalan satu dua bulan, saya jadi berpikir, menyesal juga briefing tempohari itu, karena ‘kan sekali-sekali pengen juga menang. He he he he he . Dan… tidak mungkin kan, masak saya briefing lagi, bahwa sekali-sekali ya kasih saya menang dong ! Apaboleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Ternyata untuk sportif itu memang butuh kekuatan, hanya orang yang kuat yang bisa sportif !
Dibalik itu semua, saya semakin menyadari makna dari hidup ini. Ternyata bahwa semua yang kita inginkan, tidaklah mungkin dapat diperoleh dengan sistem potong kompas. Prestasi, terutama di bidang olah raga, tidak lah mungkin dapat diraih, tanpa berlatih dengan spartan. Malas berlatih, jangan mengharapkan untuk meraih prestasi.
Disisi lain sikap ABS para staf, memang kadang kala, jauh melampaui perkiraan kita. Disinilah memang kemudian dibutuhkan pemimpin yang “mature”, yang bijak dan arif!
Alhamdullilah, bertambah lagi pelajaran berharga bagi diri saya.
5 Comments
Ha ha ha ….memang Boss yang satu ini enggak ade mati nye….
CN
pak, ini asli lucu banget… bikin sampe part ke-100 pak
CN, thanx a lot 4 ur comment ! Salam, CH
Teddy Diesta, terimakasih responnya, nanti saya coba bikin terus seri nya, cari bahan dulu. Salam, CH
Wah keren tulisannya pak. Mantaps.
Tulisan luar biasa yang memberikan pelajaran Moral para pembacanya yang kini mulai luntur di Negeri ini.Saya yakin dengan banyaknya tulisan Bapak dapat memberikian spirit untuk generasi kedepan sebagai sumbangsih dalam hal Moral sehingga mempinyai “AHLAK” yang baik untuk membekali diri dalam menjalankan roda pemerintahan yang hingga kini sangat dibutuhkan ,Saya berharap Bapak dan klg selalu sehat dan dilindungi Allah SWT salam Hormat dari kami Capt Dodi Junari,SH/Murid Bpk di C-130