KEBERHASILAN seorang pemimpin kerap banyak ditentukan oleh dua perangkat yang dikenal dengan “inner circle” dan jajaran “midfielder” dari birokrasi dibawahnya. Dua lapis jajaran tersebut, adakalanya bisa mempercepat pelaksanaan dari suatu keputusan strategis, akan tetapi juga sekaligus dapat berperan sebagai penghambat. Itu sebabnya dalam berbagai teori “leadership”, banyak disebutkan tentang “check langsung ke akar rumput” untuk dapat mengetahui, apakah kebijakan yang telah diputuskan ditingkat elit, sudah dipahami dan dilaksanakan oleh para pelaku lapangan.
CLKA atau Cek langsung ke akar rumput, memegang peran yang sangat mengemuka terutama di Indonesia, karena adanya kebiasaan yang dikenal dengan memberikan laporan dan juga bertingkah laku yang ABS, asal bapak senang. ABS menjadi semakin menarik dalam banyak pembahasan tentang kepemimpinan dan juga sering kali menjadi bahan renungan dalam menghayati pengalaman yang berkait dengannya. Tentunya dalam konteks untuk memperoleh pelajaran dan memetik manfaat yang positif.
Pada pertengahan tahun 1990-an atau tepatnya di tahun 1995, saya ditugaskan untuk mengikuti Sekolah Staf dan Komando (sesko) Abri di Bandung. Pada saat itu yang menjabat sebagai Komandan Seskoabri adalah Mayor Jenderal TNI Theo Syafei. Setiap minggu satu kali, beliau memberikan ceramah untuk mengisi kegiatan yang dikenal dengan “jam komandan”. Materi ceramah, biasanya adalah sesuatu yang ringan akan tetapi mengandung makna dan selalu berkait dengan kepemimpinan. Khusus untuk yang satu ini memang beliau memiliki banyak sekali materi yang sangat menarik dan tidak pernah habis.
Salah satu yang sampai sekarang selalu tersimpan dalam ingatan saya adalah cerita tentang ABS. Beliau bercerita tentang pengalaman beliau sebagai Komandan yang harus selalu mengecek langsung kondisi kesiapan pasukan yang tersebar dibanyak daerah terpencil dan juga beberapa didekat kota besar. Kesempatan pertama, beliau perlukan untuk meninjau kompi yang terletak di daerah pedalaman di Jawa Barat. Setelah peninjauan dan briefing satuan, tibalah saat istirahat. Komandan Kompi tentunya dengan segala macam cara yang memungkinkan, berusaha untuk menyajikan sekedar penganan yang dapat menyenangkan komandannya.
Akan tetapi lokasi dari satuannya, hanya memungkinkan bagi dirinya dan anak buahnya menyajikan singkong rebus saja. Disisi lain, Jenderal Theo tentunya berusaha sekuat mungkin untuk menyenangkan satuan kompi jajarannya itu dengan melahap banyak singkong rebus tersebut. Beliau meyakinkan sekali, sebagai atasan yang menghargai sajian anak buahnya sebagai ujud dari keperdulian pimpinan kepada anak buahnya. Itu sebabnya, beliau melahap banyak singkong rebus tersebut, walaupun sebenarnya beliau tidak terlalu suka makan singkong rebus. Demikanlah, kunjungan kerja pertama berakhir dengan sukses. Komandan Kompi merasa senang, dikunjungi atasannya, dan secara kebetulan Jenderal Theo juga melihat kondisi kompi ini cukup baik disiplin dan kinerjanya.
Demikianlah, kemudian kunjungan kerja berikutnya, beliau lanjutkan ke kompi-kompi lainnya di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta beberapa tempat diluar jawa. Pada kunjungan kunjungan berikutnya itu, Jenderal Theo merasa heran, mengapa pada setiap kunjungan kerjanya, beliau selalu disajikan singkong rebus. Tidak hanya itu akan tetapi juga diberikan bingkisan berkarung-karung singkong yang selalu saja sudah masuk di dalam bagasi mobil beliau pada akhir masa kunjungan kerja itu, sebagai oleh-oleh. Apa yang terjadi ? Rupanya, sang Komandan Kompi dari kompi yang dikunjungi beliau pertama kali,mendapat pertanyaan dari rekan-rekan komandan kompi lainnya yang akan segera mendapat giliran kunjungan kerja Jenderal Theo.
Pertanyaannya, pastilah semua hal yang berkait dengan prosesi kunjungan kerja. Akan tetapi ada satu pertanyaan yang tidak pernah luput diajukan yaitu : Beliau itu kesenangannya apa? Sang Komandan Kompi dengan gagah perkasa, meng-informasikan kepada semua kolega nya, bahwa Pak Theo senang sekali singkong rebus. Hal ini sebagai kesimpulan dari menyaksikan Jenderal Theo yang sangat lahap menyantap singkong rebus pada kunjungan kerja pertamanya itu tadi. Setelah beberapa kompi di inspeksi oleh beliau, maka pada rencana inspeksi berikutnya, beliau memerlukan memanggil salah satu staf nya yang paling bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan kunjungan kerja, beberapa saat sebelum berangkat. Beliau mengatakan, tolong kasih tau itu komandan kompi, bahwa saya tidak hanya suka singkong rebus, tapi saya kan suka juga “Kentucky fried chicken” dan makanan lainnya.
Namanya juga ABS, selidiki apa kesenangan komandan, dan kemudian laksanakan sesuai perintah ! Jadilah kunjungan kerja dengan nuansa “singkong rebus”.
1 Comment
Assalamau’alaikum Pak Chappy. Apa yg bapak ceritakan udah jamak terjadi dinegara kita tercinta ini. Masyarakat tidak terbentuk atas karakter dan kepribadian yg kuat. Mgkn agak lain ceritanya yg terjadi diinstansi saya. Disini para atasan saya “takut” sama pejabat tertinggi diinstansi saya. Apapun itu yg diperintahkan atasan walaupun itu bisa berpotensi melanggar hukum akan dilakukan walaupun itu mengkambing hitamkan bawahan. Saya adalah salah satu panitia penerima barang disntansi saya. Dalam kepanitian itu ada 5 org panitia dan saya sebagai anggota panitia bersama 3 org 2 teman saya. sekretaris panitia penerima barang adlh Kabag saya dan Ketua panitia adalah org dekat pejabat tertingi dan pejabat nomor 2 tertinggi diinstansi saya. Kebetulan saya adalh ke kepala gudang dri instansi saya. Sebelum dia tanda tangan, saya harus tanda tangan dulu. Kalau emang barangnya ada itu bukan masalah. Yg jadi masalah barangnya tidak ada. Udah pasti saya tidak mau tanda tangan krn ini beresiko. Alasan org yg mengurus SPK/Kontrak ( Org dekat pimpinan) bahwa kontrak ini adalah atas perintah pimpinan no. 2 dan dia bilang jgn sampai kita melawan arus. Klau kita melawan arus bisa “MATI”.Saya tanya sama atsan lgsg saya (kebetulan atasan lgs saya satu kampung sama org no. 2 dan org yg sama main tenis sama pimmpinan tertinggi) dan dia berkata asalkan ada yg mau tanda tangan terima dari gudang udah aman itu.Ada lagi satu kasus, pas mau akhir tahun ada kontrak/spk dari bagian lain dri tempat saya. Padahal sehari-hari mereka mengambil barang dri t4 saya, tau2 pas mau akhir tahun ada muncul kontrak siluman tersebut. Saya tidak mau tanda tangan. Eh si Bapak yg merupakan pegawai dri instansi saya memaksa saya n saya tidak mau. Besoknya dia kembali. Saya tidak mau. Besoknya lagi saya dipanggil atasan saya dia bilang tanda tangan ajalah lgi dan dia bilang saya udah ditunjuk kiri oleh sekretaris Baperjakat dan dia mersa malu karena dia udah anggap sebagai abangnya. Dan pada hari itu saya dapat memo yg diberi memo merah oleh atasan no 2 karena lama2 menanda tangan kontrak. Gitulh yg ada disesudut Indonesia. Saya hanya minta kebenaran emang untuk org2 yg benar dan bukan untuk org “YANG MEMBENARKAN”.