29 Juli ,Hari Bakti Angkatan Udara
Prof.Dr.Abdulrachman Saleh dalam kenangan
Tanggal 29 Juli 1947, pesawat Dakota India dengan regsitrasi VT-CLA bertolak dari Singapura menuju Jogjakarta dengan membawa obat-obatan dari Palang Merah Malaya untuk Palang Merah Indonesia. Menjelang pendaratan di Pangkalan Udara Maguwo, pesawat Dakota ini diserang dua buah pesawat P-40 Kitty Hawk Belanda. Pesawat jatuh di desa Tamanan, kecamatan Banguntapan, dekat desa Ngoto, Bantul Jogjakarta. Kecuali satu orang, Gani Handonocokro semua awak dan penumpangnya gugur semua.
Tercatat sebagai penumpang antara lain adalah : Dr Abdulrachman Saleh, Adisumarmo Wiryokusumo, Zainal Arifin, Pilot Alexander Noel Constantine (wing commander Australia)
Salah satu korban yang tewas adalah Marsekal Muda Udara Profesor dokter Abdulrahman Saleh. Yang menarik, profesi utamanya adalah Dosen pada Geneeskundige Hogeschool di zaman Belanda dan Ika Dai Gakko di zaman Jepang, sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Spesialisasi beliau adalah “fisiologi” atau ilmu Faal.
Abdulrahman Saleh lahir di Jakarta, 1 Juli 1909 sebagai anak kedua dari 11 orang bersaudara keluarga besar Dr Muhammad Saleh asal Salatiga dengan Emma Naimah asal Jakarta. Dr Muhammad Saleh, seorang dokter lulusan Stovia than 1911, memiliki 4 orang anak yang meneruskan profesinya sebagai dokter, mereka adalah : Prof.Dr.Abdulrahman Saleh, Dr. Azis Saleh, Dr.Alibasah Saleh dan Dr Abubakar Saleh.
Bapak Ilmu Faal
Abdulrachman Saleh lulus sebagai dokter dari GHS (Geneskundige Hooge School) dan kemudian memperdalam pengetahuannya di bidang ilmu faal (fisiologi). Dia sangat sibuk dengan banyak kegiatan pendidikan antara lain sebagai dosen pada sekolah dokter NIAS (Nederland Indische Artsen School), di Surabaya dan kemudian di jaman Jepang menjadi staf pengajar pada Perguruan Tinggi Kedokteran di Jakarta. Kegiatan sehari-harinya diisi dengan mengajar dan praktek. Di akhir jaman Jepang Abdulrachman Saleh dikukuhkan sebagai Profesor atau guru besar dalam lingkungan Sekolah Tinggi Kedokteran dan Rumah Sakit Perguruan Tinggi. Dia banyak sekali menggeluti bidang ilmu faal dalam profesinya sebagai dokter. Sebagai penghargaan atas jasanya yang sangat besar dibidang kedokteran pada umumnya dan ilmu faal pada khususnya, maka Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pada tanggal 5 Desember 1958 telah meresmikan Dr Abdulrachman Saleh sebagai Bapak Ilmu Faal Indonesia. Sebagai penghargaan dan penghormatan atas jasa-jasanya, pada tanggal 15 Februari 1961, pemerintah Republik Indonesia mempersembahkan Bintang Mahaputra yang diterima secara simbolik oleh Ibu Abdulrachman Saleh.
Giat di bidang Olah Raga.
Dr Abdulrachman Saleh juga aktif di bidang Olah Raga. Di jaman Belanda ia menekuni atletik dan terbang layang. Aktif di berbagai organisasi olah raga antara lain GELORA (Gerakan Latihan Olahraga Rakyat) dan POETERA( Poesat Tenaga Rakyat) serta diawal tahun 1946, sempat memimpin rapat besar olah raga di Gedung Habipraya Surakarta.
Mendirikan RRI.
Di tahun 1934 Abdulrachman Saleh memelopori berdirinya perkumpulan VORO (Vereniging voor Oosterse Radio Omroep). Ketika pusat radio pendudukan di Merdeka Barat ditutup karena menyiarkan naskah proklamasi, Abdulrachman Saleh membuat radio siaran nasional dengan membangun pemancar radio di rumahnya yang berkekuatan 100 watt. Siaran kemudian diselenggarakan dari ruang laboratorium ilmu faal dengan nama “The Voice of Free Indonesia”. Stasiun Radio Indonesia Merdeka inilah yang menyiarkan pidato Bung Karno tanggal 25 Agustus 1945 dan juga pidato Wakil Presiden Mohammad Hatta pada tanggal 29 Agustus 1945. Kegiatan ini membawa Abdulrachman Saleh menjadi Ketua Organisasi Radio Republik Indonesia. Konon kabarnya, jargon RRI yang menentang penjajahan di Indonesia “Sekali di Udara tetap di Udara” adalah merupakan ide beliau.
Berkiprah di Angkatan Udara.
24 Januari 1946 Presiden Soekarno mendekritkan perubahan nama TKR menjadi TRI, Tentara Republik Indonesia. Sejalan dengan itu TRI jawatan penerbangan, berdasarkan penetapan presiden No.6/SD/1946 tanggal 9 April 1946 dirubah menjadi TRI Angkatan Udara. Jajaran pimpinan terdiri dari Komodor Udara S.Suryadarma sebagai Kepala Staf, dibantu oleh dua orang wakil terdiri dari Wakil Kepala Staf I Komodor R.Soekarnen Martokoesoemo dan Wakil Kepala Staf II Komodor Muda Udara A.Adisutjipto.
Sebagai mantan penerbang olah raga sebelum perang dunia kedua Abdulrachman Saleh bergabung dengan Angkatan Udara, dan tidak lama kemudian dipercaya sebagai Komandan Pangkalan Udara Maospati di Madiun. Setelah itu beliau juga sebagai Komandan Pangkalan Udara Bugis di Malang pada tanggal 9 April 1947. Dua hal dikembangkan pada dua pangkalan udara ini yaitu pendidikan dan teknik. Pendidikan meliputi pula penyelenggaraan Sekolah Radio Udara dan dibidang teknik meliputi perbaikan serta pemeliharaan pesawat terbang. Selain itu Abdulrachman Saleh melakukan pembenahan dan penertiban organisasi Pangkalan Udara.
Karbol
Karbol adalah nama panggilan populer bagi Marsekal Muda Anumerta Abdulrachman Saleh. Beliau dikenal sebagai tokoh yang serba bisa atau “allround”. Seorang penerbang yang ahli teknik dan juga menguasai tentang radio, guru besar dalam ilmu kesehatan khususnya ilmu faal, berprestasi dibidang olahraga, menguasai leadership dan manajemen, berwibawa, jujur seta senantiasa mendahulukan kepentingan tugas dibanding urusan pribadi.
Mengharapkan semua lulusan Akademi Angkatan Udara dapat mencontoh keteladanan dan mampu mencapai kualitas seorang perwira seperti Abdulrachman Saleh, maka para Taruna AAU dipanggil dengan nama “karbol”. Hal ini pertama kali diusulkan oleh bapak Saleh Basarah, setelah beliau mengunjungi USAFA, United States Air Force Academy di Colorado Spring, Amerika Serikat. Para cadet disana dipanggil dengan nama “Doollies”, nama kecil dari General USAF James H Doollitle, seorang penerbang handal, yang serba bisa. Penerbang tempur Amerika yang banyak jasanya pada Perang Dunia I. Terinspirasi oleh hal itu, maka letkol Saleh Basarah waktu itu mengusulkan kepada pimpinan Angkatan Udara untuk memberikan nama panggilan bagi Taruna Angkatan Udara dengan nama “karbol”.
Demikianlah sekilas tentang Abdulrachman Saleh, salah seorang korban tewas pada tanggal 29 Juli 1947, di pesawat Dakota VT-CLA yang ditembak jatuh oleh Belanda di desa Ngoto. Seorang pelopor bangsa diberbagai bidang, merintis Ilmu Faal di Indonesia, berkiprah dibidang olahraga nasional, turut mencetuskan suara Indonesia Merdeka melalui RRI dan ikut bersama beberapa para perwira lainnya meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan Angkatan Udara Republik Indonesia.
Jakarta 29 Juli 2009
Tulisan diatas ini telah dimuat di Koran Media Indonesia hari ini dan memperoleh banyak sekali respon dari berbagai pihak, berhubung data tentang Bapak Prof.Dr.Abdulrachman Saleh sampai saat ini memang sulit untuk dapat diperoleh. Data dan bahan tulisan diatas ini saya peroleh dari salah seorang kerabat dekat almarhum. Saya muat di media atas seizin beliau. Terimakasih.