Di tengah arus zaman yang kian kompetitif dan berorientasi pada penguasaan teknologi strategis, dunia kedirgantaraan menampilkan wajahnya sebagai medan paling dinamis dalam peta peradaban manusia modern. Di sanalah hadir berbagai panggung prestisius yang tak hanya mempertontonkan kecanggihan teknologi udara dan antariksa, tetapi juga menyatukan manusia-manusia dengan semangat tinggi, visi jauh ke depan, dan semangat kolaboratif lintas bangsa. Salah satu panggung itu adalah Zhuhai Airshow di Tiongkok—ajang dua tahunan yang telah berlangsung sejak tahun 1996 pada tahun genap¹—dan kini disambut gaungnya oleh inisiatif baru dari belahan dunia lain: Pangandaran Air Show di Indonesia, yang pernah sukses digelar pada Oktober 2023 dan dijadwalkan akan dilaksanakan kembali pada 18-20 April 2025, dan dirancang menjadi agenda tetap setiap tahun ganjil². Zhuhai dan Pangandaran: Dari Kota Nelayan ke Pusat Dirgantara
Baik Zhuhai maupun Pangandaran memiliki kemiripan yang nyaris simbolistis. Keduanya adalah kota-kota pesisir dengan akar kuat sebagai kota nelayan, yang mewakili kelompok orang yang penuh semangat bertualang menyongsong tantangan menuju kemajuan. Namun di balik identitas maritim tersebut, tumbuh pula kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya dirgantara—udara dan antariksa—sebagai ruang kehidupan dan pertumbuhan masa depan umat manusia. Di Zhuhai, China membangun panggung besar dengan tidak kurang dari 12 Exhibition Hall modern untuk mendemonstrasikan kekuatan industri aviasinya: dari pesawat tempur, sistem UAV, teknologi antariksa, hingga diplomasi strategis pertahanan³. Airshow di Zhuhai bukan hanya tentang pesawat, melainkan tentang visi nasional dan global mengenai supremasi teknologi dan penguasaan ruang udara. Visi yang mengarah kepada kesejahteraan dan perdamaian umat manusia.
Hal serupa ternyata mulai tampak juga di Pangandaran. Di Susi International Beach Strip, sebuah landasan pantai yang unik dan menjadi simbol kreativitas lokal, berkumpul komunitas pencinta dirgantara Indonesia: dari kalangan penerbang sipil, militer, pelajar, peneliti, hingga para air and space mania. Pangandaran Air Show 2023 membuktikan bahwa gairah terhadap kedirgantaraan tidak hanya milik negara besar atau industri raksasa, tetapi juga dapat tumbuh subur di tempat yang sederhana, asalkan ditopang oleh semangat dan visi bersama⁴. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, menyatakan bahwa “tanpa penguasaan udara, kita takkan punya pertahanan yang kuat dan kedaulatan yang utuh”⁵—sebuah pernyataan yang menyatukan laut dan langit sebagai satu kesatuan geopolitik. Susi menjelma sebagai orang pelaut yang berperan juga sebagai Insan Dirgantara.
Refleksi Komunitas Visioner: Air and Space sebagai Masa Depan
Satu benang merah yang menghubungkan Zhuhai dan Pangandaran adalah kehadiran komunitas manusia-manusia luar biasa: mereka yang tidak picik menatap masa depan sebagai siklus politik yang hanya lima tahunan semata, tetapi melihat langit dan luar angkasa sebagai cakrawala tak terbatas. Mereka adalah para intelektual, profesional, dan praktisi yang percaya bahwa dirgantara adalah kunci peradaban modern—dari teknologi transportasi, pengintaian strategis, hingga eksplorasi planet dan pengelolaan bencana⁶.
Pangandaran Air Show telah menarik perhatian berbagai komunitas dan tokoh dirgantara nasional, termasuk Marsekal TNI (Purn.) Chappy Hakim, yang sejak lama menyuarakan pentingnya kedaulatan udara Indonesia. Dalam salah satu artikelnya, ia menegaskan bahwa “kita tidak akan pernah bisa berdaulat tanpa menguasai wilayah udara sendiri”⁷. Ini adalah landasan filosofis sekaligus praktis mengapa airshow bukan sekadar tontonan, tetapi juga pernyataan strategis tentang kesiapan bangsa. Kesiapan bangsa menuju peradaban umat manusia.
Harapan Masa Depan: Sinergi Global, Agenda Tahunan Bergilir
Melihat semangat dan potensi keduanya, bukan mustahil bila di masa depan akan lahir pola agenda yang berkesinambungan: Zhuhai di tahun genap dan Pangandaran di tahun ganjil, seperti halnya pasangan Farnborough–Le Bourget atau Singapore Airshow–LIMA. Model bergiliran ini membuka peluang tidak hanya untuk kontinuitas ajang kedirgantaraan, tetapi juga memperkuat diplomasi udara antarnegara, kolaborasi industri, serta pertukaran ilmu dan teknologi yang inklusif⁸.
Indonesia, melalui Pangandaran Air Show, memiliki kesempatan emas untuk memposisikan diri sebagai poros baru dalam dunia aviasi Asia Pasifik. Apalagi, letak geografis Indonesia yang strategis di garis ekuator dan di persimpangan jalur udara global menjadi modal geopolitik yang luar biasa. Ajang seperti ini bisa menjadi platform strategis untuk menunjukkan kapabilitas, mengembangkan talenta dirgantara, dan menggaungkan kepentingan nasional dalam forum internasional.
Demikianlah, Dari Zhuhai ke Pangandaran, dunia seolah disatukan oleh satu napas: keyakinan bahwa langit bukanlah batas, melainkan awal dari kemungkinan-kemungkinan tak terbatas. Dari kota nelayan yang sederhana, telah lahir pusat-pusat inovasi dan semangat dirgantara yang mendunia. Di sinilah letak kekuatan airshow: bukan hanya sebagai panggung teknologi, tetapi sebagai refleksi jiwa manusia yang terus bermimpi dan bergerak maju.
Sebagaimana dinyatakan Elon Musk, “I want to die on Mars, just not on impact”⁹—menunjukkan bahwa visi tentang langit adalah persoalan hidup dan keberlangsungan umat manusia. Maka marilah kita dukung kelanjutan Pangandaran Air Show sebagai mitra alami Zhuhai Airshow, agar tahun-tahun mendatang menyaksikan agenda kedirgantaraan dunia yang tak hanya berkisar di negara besar, tetapi juga tumbuh kuat dari komunitas lokal yang berspirit global. Dari pantai Pangandaran, mari kita pandang langit—dan melangkah ke masa depan.
Catatan Kaki
- Zhuhai Airshow pertama kali digelar pada 1996 dan dilangsungkan setiap tahun genap sebagai bagian dari strategi industri aviasi China.
- Pangandaran Air Show 2023 berlangsung di landasan pantai milik Susi Pudjiastuti dan dihadiri berbagai komunitas aviasi nasional.
- Lihat: China Daily, “Zhuhai Airshow: A Showcase of Aviation Power,” edisi November 2022.
- Laporan Media Indonesia, “Pangandaran Air Show Perkuat Minat Dirgantara Nasional,” Oktober 2023.
- Pernyataan Susi Pudjiastuti dalam wawancara dengan KompasTV, November 2023.
- Lihat pula kajian oleh NASA (2021): The Future of Air and Space in Civilizational Sustainability.
- Chappy Hakim, “Kedaulatan Udara Indonesia: Tantangan dan Solusi,” Penerbit Kompas, 2020.
- Aviation Week & Space Technology, “Alternating Airshow Strategy in Asia: Benefits of Annual Rhythm,” 2023.
- Elon Musk dalam wawancara dengan The Guardian, 2016.
Jakarta 5 April 2025
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia