Mudik Lebaran merupakan tradisi tahunan yang sangat dinantikan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Pada momen ini, jutaan orang akan berbondong-bondong pulang ke kampung halaman untuk merayakan hari raya bersama keluarga. Namun, setiap tahun, salah satu tantangan terbesar bagi pemudik adalah mahalnya harga tiket pesawat. Lonjakan harga tiket ini telah menjadi keluhan umum yang tidak hanya membebani para perantau, tetapi juga menimbulkan pertanyaan mengenai regulasi harga dan kesiapan infrastruktur transportasi di Indonesia. Tantangan ini semakin berat dengan adanya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor industri, seperti yang terjadi pada PT Sritex dan beberapa perusahaan tekstil lainnya, yang membuat daya beli masyarakat semakin tertekan.
Tahun ini mudik dengan pesawat terbang menjadi semakin menantang berkenaan dengan telah lenyapnya Maskapai Penerbangan milik Negara. Maskapai yang biasanya terjaga dalam pola keseimbangan antara pelayanan masyarakat sebagai tugas negara dan bisnis, kini hanya tinggal pola bisnis saja yang tersisa. Sebuah hal yang logis dari pola mekanisme kerja sebuah perusahaan swasta. Tidak ada orang yang akan menjalankan bisnis dengan harapan untuk menderita kerugian. Sangat masuk akal dan pikiran sehat.
Penyebab Mahalnya Harga Tiket Pesawat
Kenaikan harga tiket pesawat selama musim mudik Lebaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor utama adalah tingginya permintaan. Pada periode ini, jumlah penumpang meningkat drastis dibandingkan hari-hari biasa. Dengan hukum ekonomi dasar, ketika permintaan meningkat sementara ketersediaan kursi tetap, harga tiket pun naik. Disisi lain salah satu dari strategi marketing dari maskapai penerbangan adalah menaikkan harga tiket di musim padat agar mampu memberikan potongan diskon menarik ketika permintaan sepi.
Itu sebabnya, selain faktor permintaan, harga tiket pesawat juga dipengaruhi oleh kebijakan maskapai. Banyak maskapai menerapkan sistem tarif dinamis, di mana harga tiket akan menyesuaikan dengan ketersediaan kursi dan waktu pemesanan. Semakin dekat dengan tanggal keberangkatan, semakin mahal harga tiketnya. Oleh karena itu, pemesanan lebih awal sering disarankan untuk mendapatkan harga yang lebih terjangkau.
Faktor eksternal lainnya yang berkontribusi pada mahalnya harga tiket adalah biaya operasional maskapai, termasuk harga bahan bakar avtur yang fluktuatif, pajak, serta biaya perawatan pesawat. Kenaikan harga bahan bakar avtur beberapa tahun terakhir turut menyebabkan harga tiket pesawat semakin tinggi. Selain itu, pajak dan biaya pelayanan di bandara juga berperan dalam menentukan harga tiket yang harus dibayar penumpang. Belum lagi gonjang ganjing yang terjadi di Pertamina belakangan ini yang penuh tipu tipu korupsi di peredaran BBM pasti akan berpengaruh juga pada harga tiket angkutan pada umumnya.
Perbandingan dengan Masa Pandemi COVID-19
Jika dibandingkan dengan masa pandemi COVID-19, situasi harga tiket pesawat saat ini menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Pada masa pandemi, harga tiket pesawat sempat mengalami penurunan drastis akibat rendahnya permintaan karena terjadi pembatasan perjalanan. Banyak maskapai terpaksa mengurangi giat operasionalnya, bahkan ada yang menutup rute-rute tertentu akibat minimnya jumlah penumpang. Namun, di sisi lain, ketika pembatasan mulai dilonggarkan, harga tiket melonjak tajam karena jumlah penerbangan masih terbatas sementara permintaan mulai meningkat kembali.
Saat ini, dengan kondisi ekonomi yang mulai pulih tetapi masih menghadapi tantangan seperti PHK massal, masyarakat kembali menghadapi dilema yang serupa. Jika pada masa pandemi banyak orang yang tidak bisa pulang karena pembatasan perjalanan, kini banyak orang yang kesulitan pulang karena harga tiket yang sangat tinggi. Kedua situasi ini menunjukkan bagaimana faktor eksternal dapat mempengaruhi aksesibilitas transportasi udara bagi masyarakat.
Dampak Kenaikan Harga Tiket bagi Pemudik
Tingginya harga tiket pesawat memberikan dampak signifikan bagi pemudik, terutama bagi mereka yang mengandalkan transportasi udara sebagai moda utama untuk pulang ke kampung halaman. Para pekerja migran di luar pulau, misalnya, sering kali menghadapi dilema antara menghabiskan tabungan untuk membeli tiket pesawat atau mencari alternatif transportasi yang lebih murah tetapi lebih memakan waktu dan tenaga.
Kenaikan harga tiket juga berdampak pada sektor ekonomi lainnya. Konsumen yang harus mengalokasikan dana lebih besar untuk tiket pesawat cenderung mengurangi pengeluaran di sektor lain, seperti oleh-oleh, akomodasi, atau kegiatan wisata selama di kampung halaman. Hal ini berpotensi mempengaruhi perputaran ekonomi daerah yang biasanya mengalami peningkatan selama musim mudik.
Dampak ini semakin terasa bagi masyarakat yang terkena PHK, seperti para pekerja di sektor tekstil yang baru saja mengalami gelombang PHK akibat penutupan pabrik, seperti PT Sritex misalnya. Dengan kondisi ekonomi yang sulit, banyak dari mereka yang kesulitan untuk membeli tiket pesawat dan terpaksa mencari alternatif transportasi yang lebih terjangkau. Hal ini menunjukkan bahwa lonjakan harga tiket pesawat tidak hanya berdampak pada individu tetapi juga pada kestabilan ekonomi rumah tangga secara keseluruhan.
Alternatif dan Antisipasi untuk Menghadapi Kenaikan Harga Tiket
Menghadapi lonjakan harga tiket pesawat, pemudik perlu merancang strategi agar tetap bisa pulang dengan biaya yang lebih terjangkau. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah melakukan pemesanan tiket lebih awal. Dengan merencanakan perjalanan sejak jauh hari, pemudik berkesempatan mendapatkan harga tiket yang lebih murah dibandingkan jika membeli tiket sudah mendekati hari keberangkatan.
Alternatif lainnya adalah memilih moda transportasi lain yang lebih ekonomis, seperti kereta api, bus, atau kapal laut. Meskipun waktu tempuhnya lebih lama dibandingkan pesawat, biaya perjalanan bisa lebih hemat, terutama bagi pemudik yang bepergian bersama keluarga. Pemerintah juga telah meningkatkan layanan transportasi darat dan laut untuk mengakomodasi lonjakan pemudik, termasuk penambahan armada bus dan kapal tambahan.
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan juga memiliki peran penting dalam mengontrol harga tiket pesawat agar tetap berada dalam batas yang wajar. Regulasi mengenai tarif batas atas dan batas bawah tiket pesawat harus diterapkan secara ketat guna melindungi konsumen dari lonjakan harga yang tidak wajar. Selain itu, pemerintah dapat memberikan subsidi atau insentif kepada maskapai untuk menekan biaya operasional mereka sehingga harga tiket tidak mengalami lonjakan yang signifikan.
Inovasi teknologi juga bisa dimanfaatkan untuk membantu pemudik mendapatkan tiket dengan harga terbaik. Aplikasi pemesanan tiket kini telah dilengkapi dengan fitur pemantauan harga dan notifikasi jika ada penurunan harga. Dengan menggunakan teknologi ini, pemudik dapat lebih cermat dalam memilih waktu terbaik untuk membeli tiket.
Jakarta, 9 Maret 2025
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia