Belakangan ini, sudah sangat marak “kampanye” dari ketiga Capres dan Cawapres yang akan bertarung dalam Pilpres 2009 ini. Tidak ada satupun media, baik cetak dan non cetak yang tidak memuat tentang masalah ini. Yang banyak dikhawatirkan orang adalah, terjadinya “keributan” dalam perjalanan proses pelaksanaan kampanye tersebut. “Black Campaign” rasanya akan sulit untuk dapat dihindarkan. Apabila hal tersebut yang dominan terjadi, maka proses pembelajaran politik ke masyarakat luas akan sia-sia jadinya alias “nol besar” atau malah “negatif” hasilnya.
Melihat kepada konsep-konsep sekilas yang ditawarkan oleh para capres dan cawapres, yang pada umumnya berkutat pada masalah “ekonomi”, sedikit banyak akan memberikan harapan pada kita semua. Konsep-konsep ekonomi dalam kampanye telah memberikan tambahan pengetahuan bagi orang banyak dan sekali gus telah menyumbangkan juga “kebingungan” bagi kita semua para orang awam yang “non-ekonom”. Sebagai contoh, terminologi “ekonomi kerakyatan” dan “neo-lib” tiba-tiba saja menjadi populer sekali.
Lebih – lebih lagi, karena kedua terminologi itu diterjemahkan berlain-lainan oleh para “ekonom” yang selama ini kesohor itu. Bahkan ada yang mengatakan, sudah selama 40 tahun lebih belajar ekonomi, saya nggak tau tuh dengan apa yang disebutkan dengan istilah “neo-lib”.
Apapun itu, maka semuanya sudah hadir ditengah-tengah kita. “Seronok”, kata orang Malaysia yang tengah menjajal RI dengan “mano affair” dan “ambalat” nya.
Mungkin ada sesuatu yang patut kita sukuri bersama, bahwa ternyata sekarang ini ada gejala bahwa kegiatan kampanye telah berpindah dari jalan-jalan raya ke forum-forum debat/diskusi. Satu kemajuan yang luar biasa. Berpindahnya proses kampanye dari “otot base campaign” menuju ke “intelectual-base campaign”.
Nah, disinilah harapan kita semua bertumpu. Kampanye yang akan dilaksanakan berdasarkan “adu otak” dari mahluk-mahluk yang terpelajar. Seperti juga dengan biasanya yang terjadi dalam kegiatan orang-orang terpelajar, maka proses pelaksanaan kampanye akan berjalan dengan bertumpu pada kedewasaan, “sikap yang ksatria”, “gentlement-like attitude”. Apabila perkiraan ini benar, maka patutlah kiranya kita akan menyaksikan perjalanan kampanye Pilpres 2009 akan berjalan dengan “PIS” ?! Dengan “aman tenteram dan damai”
Demikian pula tentunya, kita semua berharap, siapapun yang akan keluar menjadi pemenang, maka kedua partisipan lainnya akan dengan ksatria menerimanya dan bahkan mendukung program-programnya demi negara dan bangsa, seperti yang selalu di dengang-dengungkan selama ini.
Kita akan menyaksikan dalam satu sesi pengumuman pemenang, yang dihadiri oleh ketiga calon, dan diakhiri dengan pemberian ucapan selamat dari kedua calon lainnya yang kalah kepada sang pemenang, suatu “victory ceremony” yang khidmat. Mungkinkah ? Selama kita semua dan terutama para capres dan cawapres berorientasi kepada “Country before self”, maka “ending” yang demikian itu akan menjadi satu keniscayaan. Karena itulah sebenarnya Yang Diharapkan Dari Ke 3 Capres !
Mudah-mudahan aja……