Berkenaan dengan kecelakaan pesawat terbang China Eastern Airlines nomor penerbangan MU5735 rute domestik dari Kunming ke Guangzhou pada tanggal 21 Maret 2022, saya sempat di wawancarai oleh Televisi China CGTN.
Peristiwa kecelakaan yang terjadi adalah dialami oleh sebuah pesawat terbang B737-800 China Eastern Airlines yang berangkat take off dari Kunming menuju ke Guangzhou. Selama lebih kurang satu jam penerbangan, pesawat kehilangan kontak dan diduga mengalami kecelakaan fatal.
Selanjutnya tersiar kabar bahwa memang benar telah terjadi kecelakaan yang ternyata merengut nyawa 123 penumpang dan 9 orang awak pesawat. Jaringan Televisi CGTN adalah stasiun Televisi milik pemerintah China khusus siaran Bahasa Inggris untuk International Network.
CGTN bermarkas di Beijing dan merupakan 1 dari 6 saluran televisi yang dikelola oleh Kementrian Perhubungan pemerintah China. Dulu sampai dengan tahun 2019 CGTN ini dikenal dengan nama CCTV News. Beberapa tahun lalu saya juga pernah diwawancarai CCTV ketika banyak sekali kecelakaan penerbangan di Indonesia dan saya ditunjuk sebagai Ketua EKKT (Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi).
Petang hari tanggal 21 Maret saya dihubungi produser acara berita CGTN yang mengutarakan keinginannya untuk mewawancarai saya tentang kecelakaan pesawat terbang di Kunming tersebut. Saya katakan bahwa saya belum banyak tahu tentang kecelakaan yang terjadi, sehingga saya tidak bisa mengomentarinya.
Selanjutnya dia menjelaskan bahwa CGTN berharap mendapat informasi dari saya tentang pesawat Boeing 737 yang belakangan ini banyak bermasalah. Selain itu mereka juga ingin mendengarkan pendapat saya tentang apa kemungkinan yang menjadi penyebab kecelakaan pesawat terbang di Kunming tersebut.
Singkat kata, sang produser dan saya sepakat untuk wawancara, terbatas membahas tentang B737 yang belakangan ini menjadi sorotan banyak pihak terutama dari jenis B737 MAX 8. Disamping itu saya juga menambahkan latar belakang pengaruh pendemi terhadap keselamatan penerbangan. Ada potensi terjadinya kecelakaan sebagai akibat terhentinya operasi penerbangan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Wawancara berlangsung pada malam harinya yang berdurasi hanya beberapa menit saja. Menarik juga karena hubungan komunikasi dengan China tidak bisa berlangsung menggunakan Whatsapp dan atau Zoom. Dengan demikian maka wawancara berlangsung menggunakan telepon biasa. Pada awalnya mereka berharap wawancara dapat dilaksanakan menggunakan Skype, akan tetapi saya tidak bisa menggunakan Skype.
Kamis tanggal 24 Maret saya dihubungi lagi oleh CGTN melalui telepon dan selanjutnya menggunakan fasilitas email. Berikut cuplikan dari email yang dikirim CGTN :
Q2: Last year, an airplane carrying 62 people crashed into the Java Sea minutes after take-off from Jakarta. The incident raised concerned about air safety issues.
What efforts have been made to help restore public confidence in Indonesia’s aviation industry? And what can China learn from it?
Intinya mereka ingin wawancara lagi untuk mendengarkan pendapat saya setelah tim SAR berhasil menemukan Cockpit Voice Recorder yang merupakan bagian dari Black Box. Diutarakan bahwa mereka juga ingin mendengarkan penjelasan dari saya tentang kecelakaan pesawat terbang yang terjadi beberapa waktu lalu di Teluk Jakarta dan bagaimana cara membangun kembali kepercayaan masyarakat luas untuk terbang lagi. Kali ini dengan sedikit tutorial melalui email, dan juga dengan bantuan teman, akhirnya wawancara dapat berlangsung menggunakan fasilitas Skype.
Sangat menarik melihat sebuah kecelakaan pesawat terbang yang terjadi di rute domestik China, Televisi CGTN justru menghubungi saya di Jakarta untuk memberikan komentar, tanggapan dan pendapat mengenai hal itu. Sebuah kehormatan tentunya bagi saya pribadi untuk dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman di pentas internasional sebagai analis keselamatan penerbangan.
Semoga tidak terjadi lagi kecelakaan pesawat terbang dimanapun di dunia. Sekedar sebagai catatan tambahan saja, saya tidak berhasil mengabadikan momen wawancara saya di Televisi China CGTN tanggal 21 dan 24 Maret tersebut. Beruntung pada tanggal 21 Maret malam, anak saya ternyata berhasil memonitor dan membuat foto wawancara saya yang melalui telepon itu.
Tanggal 24 Maret, sahabat saya Captain Azis menerima kiriman foto wawancara saya dengan Televisi CGTN via Skype dari sahabatnya di Singapura yang kebetulan menyaksikan. Menjadi menarik pula karena ada kalimat pengantar pada kiriman foto melalui WA nya itu yang berbunyi sebagai berikut : “Bro attached your former boss interview by China National TV CGTN”
Jakarta 25 Maret 2022
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia.