Foto : Ibu Toeti Heraty bersama Satupena Fondation
Kemanusiaan dan Ibu Toeti Heraty
Pagi tadi saya menerima WA berita duka meninggalnya Ibu Toeti Heraty, seorang multi talenta, seorang penulis, psikolog, penyair, perawat benda seni dan juga seorang filsuf yang sangat memperhatikan tentang kemanusiaan. Saya sendiri belum lama mengenal beliau secara pribadi dan baru berkesempatan bertemu dua kali tatap muka beberapa hari saja sebelum beliau meninggalkan dunia yang fana ini. Saya kebetulan diajak oleh Dr Nasir Tamara, sahabat saya untuk bergabung dalam kegiatan sosial yang berurusan dengan teman teman para penulis. Di komunitas itulah saya berkesempatan bertemu muka dengan Ibu Toeti Heraty. Apabila hanya sebatas Nama tentu saja sudah lama saya kenal Ibu Toeti Heraty, sebagai putri dari mantan Menteri PU dan Menteri Perhubungan RI yang terkenal sebagai Bapak Beton Indonesia Dr. Ir.Roosseno Soerjohadikoesoemo. Ibu Toeti Heraty memang dikenal luas sebagai seorang yang banyak bergiat di bidang seni.
Dari perjumpaan pertama dan kedua itu, saya sempat ngobrol berdua dengan Ibu Toeti cukup lama , bertukar pikiran dan pengalaman. Sangat menyenangkan ngobrol dengan beliau yang sangat sarat pengalaman dan tentu saja juga sarat pengetahuan. Yang mengagumkan adalah tidak ada satu kalimat pun keluar dalam cerita beliau tentang perjalanan hidupnya menceritakan mengenai “kehebatan” ayahnya yang terkenal itu. Ibu Toeti hanya menceritakan tentang bagaimana ayah nya sangat kecewa saat ia memutuskan untuk menghentikan kuliahnya di Fakultas kedokteran ditengah jalan. Alasannya sangat sederhana, karena Ibu Toeti ingin memperoleh pengetahuan tentang kemanusiaan yang ternyata tidak ditemukannya di Fakultas Kedokteran. Itu sebabnya ia pindah ke Fakultas Psikologi
dengan harapan memperoleh apa yang diinginkan yaitu pengetahuan tentang kemanusiaan. Ketika saya tanyakan apakah pengetahuan kemanusiaan kemudian diperolehnya di fakultas psikologi, ia menjawab tidak juga, walau diakui ia memang telah memperoleh sebagian saja dari pengetahuan kemanusiaan yang di idamkannya. Itu sebabnya Ibu Toeti melanjutkan belajar ilmu Filsafat hingga berhasil memperoleh gelar Doktor (bukan honoris causa) di Universitas Indonesia pada tahun 1979. Ibu Toeti mengatakan kepada saya , dia menemukan tentang kemanusiaan dalam proses belajar ilmu filsafat. Beliau juga menceritakan betapa setelah ia lulus sebagai Doktor Ilmu Filsafat ia melaporkan diri pada ayahnya sebagai bentuk mempertanggung jawabkan keputusannya saat keluar ditengah jalan ketika menempuh kuliah di fakultas kedokteran. Ia keluar dari fakultas kedokteran, akan tetapi dia berhasil dengan sukses menyelesaikan program Doktor walau dalam ilmu Filsafat, bukan dibidang kedokteran. Akan tetapi pencapaiannya itu adalah merupakan sesuatu yang dapat menjawab keinginan tahuannya tentang arti dari kemanusiaan. Ia menyatakan kepuasannya berhasil menemukan pencariannya selama ini tentang kemanusiaan dalam proses belajar ilmu filsafat. Sebuah perjalanan hidup yang bukan main sangat mengagumkan, saya sangat terpesona dengan kegigihan beliau itu. Ngobrol dengan ibu Toeti “sangat menyenangkan” seperti halnya bila kita berbicara dengan orang cerdas yang rendah hati, kaya pengalaman dan sekaligus sarat ilmu pengetahuan.
Tidak mengherankan sama sekali bila Ibu Toeti dikenal sebagai orang yang banyak bergiat di bidang seni, karena sebagai orang yang sangat gandrung dengan “kemanusiaan” maka pasti perhatian yang besar terhadap “art” adalah merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari unsur “kemanusiaan”. Dalam rentang waktu yang sangat singkat berkenalan dengan Ibu Toeti saya sempat memberikan sebuah buku tulisan saya tentang “Band The Playsets” kepada beliau pada perjumpaan pertama dan pada perjumpaan kedua beliau menyempatkan juga memberi sebuah buku berupa majalah asuhan beliau untuk saya. Ketika saya tanyakan apa hobi yang paling disenangi , ibu Toeti mengatakan dengan nada yang sangat serius dan penuh penghayatan sebuah kalimat pendek penuh makna “saya sangat senang sekali dengan musik”. Saya tidak bisa melupakan kalimat ini, karena sejatinya kami telah berencana untuk menyelenggarakan halal bi halal terbatas di Roosseno Plaza hari jumat depan dengan menggelar Band The Playset untuk memenuhi kesenangan beliau akan musik. Manusia dapat saja membuat rencana, akan tetapi Yang Maha Kuasa lah yang menentukan segalanya. Kita semua kehilangan seorang Filsuf yang gandrung kemanusiaan, kolektor benda seni, seorang psikolog yang sangat bersahabat dengan siapa saja dan sekaligus seorang yang sangat senang musik.
Selamat Jalan Ibu Toeti Heraty.
Jakarta 13 Juni 2021
Chappy Hakim
Pusat Studi Air Power Indonesia.