Semalam saya dan isteri ikut menghadiri “bedah buku” nya Budiman Hakim yang berjudul rada “serem” yaitu Sex after Dugem, catatan seorang copywriter. Bedah buku ini berlangsung di Gramedia pondok indah mall, dengan menghadirkan Budiman Hakim sendiri sebagai penulis buku. Sebagai komentator terlihat antara lain psikolog beken Tika Busono dan praktisi iklan yang kondang dan gila baca Amrie Z Noor serta penyair kenamaan yang juga seorang Professor atau guru besar dari Universitas Indonesia ,Sapardi Djoko Darmono.
Buku ini diulas antara lain karena sangat sukses dalam penjualan perdananya, yang menyebabkan sang penerbit dalam waktu yang hanya dua bulan telah mendatangi kembali si penulis untuk berembug membuat kontrak edisi cetakan kedua.
Sekilas dikatakan oleh Tika Busono, bahwa buku ini ditulis oleh seorang Budiman yang benar-benar memiliki pemikiran yang “out of the box”.
Sementara Amrie mengatakan kepada seluruh pengunjung, bahwa walaupun buku ini banyak bercerita tentang sex dan alkohol akan tetapi isi buku ini sangat “jenaka” dan keluar dari satu pengakuan yang jujur, sangat membuat pembacanya tertawa ngakak. Selanjutnya, Amrie Z Noor menyampaikan kepada hadirin di Gramedia malam itu, bahwa dia berani bertaruh bagi siapa saja yang membeli buku ini kemudian membacanya tidak menyebabkan ketawa ngakak, dia akan mengembalikan uang senilai 2 kali harga buku tersebut.
Lain lagi sang Presiden Penyair, begitu antara lain gelar yang kadang diberikan kepada Professor Sapardi Djoko Darmono yang malam itu kebetulan berulang tahun ke 69 , mengatakan bahwa buku karya Budiman itu benar-benar “sontoloyo” dan sejatinya memang Budiman Hakim itu ya “sontoloyo!” ujarnya. Tentu saja dalam konteks yang “bercanda”, karena Budiman Hakim adalah murid beliau di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Ini memang sebuah buku karya dari salah seorang alumni Universitas Indonesia.
Yang sangat menarik adalah dalam forum diskusi, ada yang bertanya tentang bagaimana Budiman bisa menulis buku sejenis “sex after dugem “ yang menjadi sangat menarik perhatian itu. Buku ini sebenarnya adalah buku ketiga dari Budiman, dan dalam penjelasan sebelumnya Prof Sapardi pun mengatakan “heran” Si Sontoloyo ini bisa menulis buku dan sukses. Buku Budiman sebelum ini adalah berjudul “lanturan tapi relevan”, yang juga sangat mencuri perhatian banyak kalangan di dunia iklan.
Perhatikan jawaban Budiman terhadap pertanyaan diatas : Saya memang mengalami kesulitan untuk menulis, apalagi menulis buku. Akan tetapi saya sudah berniat lama dengan tekad yang bulat untuk menulis buku, karena almarhum ayah saya mengatakan berulang ulang, menulislah paling tidak sebuah buku sebelum kamu meninggalkan dunia yang fana ini. Itu sebabnya , pada suatu waktu saya tulis aja apa yang ada dikepala saya. Setelah dibaca lagi, koq norak ya ? Kemudian saya coba untuk “cuek” aja dan saya posting di blog saya. Nah, dari banyak komentar-komentar yang masuk, tentu saja ada yang menyenangkan dan tidak sedikit juga yang menyebalkan, akan tetapi saya mendapatkan bahan untuk menyempurnakan tulisan saya itu. Saya memperoleh pengetahuan tambahan untuk dapat menulis lebih baik. Itulah jawaban saya, kata Budiman mengakhiri jawabannya .
Jadi sebagai kesimpulan akhir, saya ingin mengajak saudara-saudara sekalian untuk nge-blog ! Jadilah blogger, karena ternyata banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari kegiatan nge-blog itu !