Ditengah dunia dilanda wabah virus COVID19, maka semua berita yang beredar di dominasi oleh perkembangan dari virus yang sangat cepat dan mematikan itu. Akan tetapi sebagai keluarga besar pecinta dirgantara yang tentu saja kini tengah menjalani WFH (Work From Home) terusik juga saya untuk menulis sedikit tentang wanita pilot pertama pesawat Concorde. Tulisan ini saya kutip dari Aerotime News, 25 Maret 2020. Judulnya sangat menggelitik “Dari penata rambut menjadi Pilot Concorde – Barbara Harmer dalam kenangan”.
Supersonic jet Concorde adalah pesawat terbang penumpang sipil komersial pertama yang dapat menembus kecepatan jelajah melebihi dari dua kali kecepatan suara. Walau hanya mampu bertahan terbang sebagai pesawat terbang sipil komersial selama 27 tahun saja, akan tetapi harus diakui Concorde telah mengukir sejarah. Dengan bentuknya yang khas, yaitu bentuk hidung tajam, lancip terkulai dengan kesan feminin namun dilengkapi mesin Olympus 53 yang sangat jantan perkasa, mampu mendorong pesawat terbang melesat lebih dari 2000 Km perjam, telah banyak merubah gaya hidup dari para “air traveler” di seluruh dunia. Pada sisi lain Concorde ternyata telah pula merubah karier seorang wanita penata rambut bernama Barbara Harmer.
Barbara Harmer kelahiran tahun 1953, pada usia 15 tahun secara tiba-tiba memutuskan keluar dari sekolah dan mengikuti kursus penata rambut untuk berkarier professional sebagai Hairdresser. Namun didorong ambisinya yang kuat untuk dapat mandiri dengan tingkat kehidupan sosial yang lebih baik, tidak ada seorangpun yang menduga bahwa ambisinya yang sangat kuat tersebut telah sanggup membawa Sang penata rambut kemudian berhasil menjadi Pilot Wanita pertama pesawat Concorde. Untuk diketahui, bahwasanya di dunia ini hanya terdapat 2 Pilot Cocorde perempuan yaitu Barbara Harmer penerbang British Airways dan Beatric Vialle berkebangsaan Perancis, female concorde pilot Air France.
Perjalanan karier dari Barbara Harmer adalah ketika sudah menjadi penata rambut, ia tidak puas dan kemudian mengikuti pendidikan untuk menjadi Air Traffic Controller di London Gatwick Airport. Ambisinya tidak berhenti disitu, kemudian ia mengikuti PPL. Private Pilot Lisence Course hingga mencapai posisi sebagai Instruktur PPL. Tidak berapa lama Barbara Harmer melanjutkan jenjang pendidikan dengan menggunakan kredit bank untuk memperoleh CPL – Commercial Pilot Lisence yang diselesaikannya pada tahun 1982. Demikianlah Barbara kemudian berhasil menjadi Pilot penerbangan sipil komersial di Maskapai British Caledonian dan kemudian British Airways. Dalam perjalanannya Barbara Harmer berkesempatan terbang dengan antara lain pesawat BAC-111 dan DC-10 yang kemudian mengantarnya mencapai kualifikasi pucak sebagai Pilot wanita pertama Concorde.
Sebuah perjuangan yang panjang dan tidak mudah untuk dicapai dalam menuju ambisi kariernya sebagai Pilot wanita pertma pesawat Concorde di British Airways. Ketika itu terdapat lebih dari 3000 Pilot dan 60 Pilot wanita di British Airways, sungguh sebuah kompetisi yang tidak ringan dihadapi Barbara Harmer dalam mewujudkan cita-citanya. Pada tahun 1993 setelah mengikuti seleksi yang super ketat dan kemudian menjalani 6 bulan training course, Barbara Harmer akhirnya berhasil lulus dengan baik untuk menjadi Co Pilot Wanita Pertama Concorde di British Airways. Tercatat dalam log book nya, penerbangan perdana adalah penerbangan terjadwal pada rute London Heathrow menuju – JFK Airport New York. Demikianlah sampai dengan tahun 2003 ketika pesawat Concorde tidak beroperasi lagi, Barbara kemudian pindah menerbangkan pesawat B-777 tetap di British Airways. Barbara Harmer sang Pilot wanita pertama Concorde menjalani pensiun pada tahun 2009. Menyedihkan sekali, ia meninggal dunia karena cancer hanya 2 tahun setelah pensiun yaitu di tahun 2011.
Ambisi yang menyala berkobar-kobar dalam tubuh untuk menjalani rentang karier hidupnya telah dihentikan oleh cancer, penyakit yang hingga kini belum ditemukan obatnya. Sama halnya dengan COVID-19 yang kini tengah melanda segenap penjuru dunia, sebuah virus yang sampai sekarang belum dapat ditemukan pula obat penawarnya. Semoga wabah COVID-19 ini dapat segera cepat berlalu. Amin YRA.
Jakarta 26 Maret 2020
Chappy Hakim
Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI) / Indonesia Center for Air and Space Studies (ICAP)
Gambar : Google