COVID-19 telah menjadi hot issue sejak tahun 2019 yang baru lalu. Mengacu kepada beberapa rujukan dengan mudah kita semua memahami bahwa COVID-19 adalah merupakan singkatan dari Corona Virus Disease 2019. Penyakit baru yang telah menjadi global pandemic di tahun 2020 ini. Sekarang , berkembang begitu banyak penjelasan tentang COVID-19 yang beredar, terutama di media sosial. Demikian banyaknya sehingga kadang membuat kita bingung menerimanya dalam hal memilah mana yang patut di percaya dan mana yang tidak, mana yang hoax dan mana yang bukan.
Tidak itu saja, karena tulisan-tulisan tentang COVID-19 juga telah merambah kepada bahasan tentang “conspiracy theory” yang dihubung-hubungkan dengan antara lain perang dagang US Vs China. Semakin diikuti tentu saja menjadi semakin menarik akan tetapi sejalan dengan itu juga menambah “kadar” kebingungan kita. Belum selesai nalar kita untuk mencerna itu semua, belakangan beredar pula berita-berita susulan tentang betapa persaudaraan antar etnik telah tercipta sebagai akibat dari solidaritas antar bangsa yang terjalin dalam gerakan “Dunia melawan COVID-19”.
Sementara itu wabah “lock-down” yang dipercaya sebagai senjata ampuh melawan COVID-19 kini mulai bergulir secara pelahan namun pasti kebanyak kota dan negara. Lock-down ini kelihatannya bergerak seiring dengan seruan bersama untuk tetap tinggal di rumah. Bekerja dan belajar dari rumah. Nah, disinilah tantangan terbesar yang tengah dihadapi sebagian besar orang yang sudah terlanjur memiliki kebiasaan bergiat di luar rumah setiap hari kerja. Mungkin saja, anda adalah salah satu dari mereka yang tengah menghadapi tantangan ini. Banyak muncul kata-kata penghibur untuk menghadapi tantangan ini, antara lain “sekarang saatnya kita memiliki waktu cukup untuk membaca buku, atau belajar, atau untuk merenung, untuk santai kerja di rumah, untuk lebih dekat dengan keluarga atau saatnya untuk mengurus rumah dan lain sebagainya”. Namun tetap saja kata “bingung” dan atau “cemas” masih menempati posisi nomor satu pada urutan kata yang tepat dalam menghadapi keadaan belakangan ini.
Tidak bermaksud menambah bingung, akan tetapi mungkin menarik juga untuk melihat apa hubungannya COVID – 19 dengan PSAPI (Pusat Studi Air Power Indonesia). Ternyata PSAPI yang memulai kegiatannya di awal bulan Januari 2019 adalah merupakan tahun yang sama dari kemunculan COVID – 19. Sejak bulan Januari 2019, PSAPI tidak pernah absen dalam menyelenggarakan PB atau Pertemuan Bulanan. PB ini merupakan ajang diskusi konstruktif berbagai masalah kedirgantaan atau “Air and Space” dari para Akademisi dan Praktisi berbagai disiplin membahas ide-ide dan Hot Issue yang tengah berkembang. Tujuannya adalah turut serta berkontribusi dalam derap pembangunan bangsa dibidang kedirgantaraan.
Hubungan lain, yang jelas dan pasti adalah COVID – 19 telah membatalkan PB atau Monthly Meeting PSAPI yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 24 Maret 2020. Untuk diketahui PB PSAPI kali ini yang merupakan pertemuan ke 15 atau ke 3 di tahun 2020 akan diselenggarakan di kantor pusat BMKG Jakarta. PB PSAPI kali ini , atas respon positif dari Kepala BMKG, Prof Dr Dwikorita telah masuk menjadi bagian dalam salah satu kegiatan BMKG menyongsong Hari Meteorologi Dunia. Dibatalkannya PB bulan Maret ini akan menjadi “untuk pertamakali” PB dari PSAPI tidak terselenggara. Tentu saja menjadi amat disayangkan , karena menurut rencana pada PB di Bulan Maret ini, konon telah terdaftar demikian banyak peminat dan atau calon peserta dari berbagai kalangan yang bergiat dibidang kedirgantaraan di Indonesia. Manusia merencanakan – Yang Maha Kuasa Menentukan.
Semoga urusan COVID – 19 dapat segera diatasi dengan baik, dan seluruh kegiatan kita semua akan dapat kembali normal seperti semula . Amin YRA.
Jakarta , Kamis 19 Maret 2020
Chappy Hakim
Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI)/Indonesia Center for Air and Space Studies (ICAPS)