SEBUAH kehormatan yang, saat saya menerima undangan untuk menghadiri upacara akad nikah Putri Presiden Jokowi di Solo.
Saya kenal dengan bapak Jokowi saat belliau masih menjabat periode kedua walikota Solo. Kami pernah hadir di sebuah acara yang sama yaitu “Annual Leadership Forum” (ALF) yang diselenggarakan sebuah perusahaan besar yang masih berada dalam pengelolaan manajemen Jepang.
ALF adalah ritual tahunan yang diadakan perusahaan tersebut. Salah satu rangkaian dari acara yang berlangsung selama 3 hari itu adalah ceramah yang diisi oleh dua orang tokoh yang dipilih oleh Board of Director (BOD). Mereka yang dipilih untuk tampil menyampaikan gagasannya selalu berbeda setiap tahun.
Kebetulan sekali di tahun itu yang dipilih adalah saya dan Pak Jokowi. Pada kesempatan itulah saya berkenalan dengan Bapak Jokowi.
Setelah perkenalan itu, hubungan yang terjadi di antara kami tidak begitu intens. Kami sempat bertemu dalam beberapa kesempatan, itupun tak lebih dari hitungan jari.
Pasca-perkenalan itu Pak Jokowi sangat sibuk dengan jabatan berikutnya sebagai Gubernur Jakarta dan bahkan kemudian sebagai Presiden Republik Indonesia.
Saya sendiri cukup sibuk dengan kegiatan saya sendiri yang memang tidak ada hubungannya sama sekali dengan aktivitas pemerintahan di Jakarta apalagi pusat.
Singkat kata, saya merasa memperoleh kehormatan yang luar biasa dengan perkenan beliau yang masih ingat dan mengundang saya untuk hadir di pernikahan putri beliau.
Masalah besar yang saya hadapi adalah bagaimana caranya dapat pergi ke Solo menghadiri sebuah perhelatan besar keluarga seorang Presiden.
Hotel di Solo sudah lebih dari dua bulan sebelumnya “fully booked”, demikian pula dengan tiket penerbangan Jakarta-Solo dan sebaliknya.
Alhasil dengan berusaha keras antara lain menghubungi beberapa teman dekat yang dapat membantu, maka akhirnya saya dapat juga tiket Garuda ke Solo pada pagi hari dan tiket kembali ke Jakarta pada siang harinya.
Beruntung, di tengah-tengah kesibukan yang luar biasa di Solo itu, masih ada teman dekat dan mantan anak buah yang bersedia membantu dengan sukarela sepenuh daya, sehingga saya dapat menghadiri upacara sakral dari sebuah ritual akad nikah putri seorang Presiden Repbulik Indonesia.
Seperti pada upacara-upacara pernikahan atau akad nikah pada umumnya, maka salah satu kebahagiaan adalah dapat bertemu lagi dengan teman sahabat handai tolan yang sudah sangat lama tidak berjumpa.
Pertemuan semacam ini memang selalu memberi kesan tersendiri di tengah-tengah kemeriahan pesta yang agung. Saya berjumpa dengan banyak orang. Ada mantan bos, kolega, dan mantan anak buah. Mereka kini sudah menduduki posisi yang lebih baik di banding waktu lalu.
Di sinilah romantikanya. Ada yang memberikan kehangatan yang sama seperti dulu dalam perjumpaan itu; Ada yang memberikan kehangatan berbeda; Ada pula yang biasa-biasa saja.
Sementara itu, sebagai sebuah acara akad nikah yang agung dari keluarga seorang Presiden, saya merasakan suasana yang sangat bernuansa ritual religius. Di antara para tamu ada sekian banyak tokoh penting negara, para Duta Besar negara sahabat, dan kerabat kedua mempelai.
Saya sangat beruntung dapat hadir ditengah-tengah acara yang sangat megah namun tidak mengesankan kemewahan yang berlebihan.
Saya berbahagia memperoleh kehormatan sebagai undangan, walau saya bukan siapa-siapa dalam arti tidak berada dalam strutur organisasi pemerintahan yang resmi.
Saya berbahagia memperoleh kesempatan bertemu lagi dengan banyak orang: para mantan atasan, senior saya, teman-teman dan juga para mantan anak buah, yunior saya yang sudah berada dalam posisi kesuksesan karier mereka masing-masing.
Hal yang sangat menonjol dalam perhelatan ini adalah, penampilan dari jajaran penerima tamu, panitia dan juga Paspampres yang jauh lebih bersahabat.
Hari itu, Rabu 8 November 2017, setelah take off dari Jakarta jam 05.50 wib di pagi hari, saya sudah tiba kembali di Jakarta saat sholat lohor.
Selamat menempuh hidup baru Kahiyang Ayu dan Bobby, semoga berbahagia senantiasa.
Juga ucapan selamat saya sampaikan kepada seluruh keluarga kedua mempelai yang berbahagia.
Adalah kehormatan bagi saya dan istri menerima undangan itu. Salam Hormat.