Banyak peluang dan kesempatan yang sebenarnya telah tersedia di Indonesia ini, namun pada kenyataannya tidak atau belum pernah dimanfaatkan sebagai sarana yang langsung bisa dinikmati oleh masyarakat luas.
Beberapa contoh dapat dikemukakan disini antara lain adalah tentang penggunaan hasil penelitian yang dikerjakan dibeberapa perguruan tinggi dan lembaga riset lainnya. Di IPB, Institut Pertanian Bogor dalam salah satu penelitiannya ternyata telah berhasil menemukan manfaat lain dari daun katuk. Selama ini persepsi masyarakat luas yang berkembang adalah, daun katuk dapat menambah air susu ibu yang tengah menyusui. Ternyata dari hasil riset belakangan ini, terbukti bahwasanya daun katuk mempunyai manfaat yang sangat besar dalam mencegah terjadinya kanker prostat. Hal ini belum banyak diketahui oleh masayarakat luas, sementara penderita kanker prostat selama ini terus saja meningkat, karena proses pengobatan yang belum memperoleh hasil yang memuaskan. Dari sisi ini daun katuk tentunya akan dapat memberikan sumbangan kepada dunia kesehatan masyarakat khusus nya bagi pria berusia diatas 40 tahun yang selama ini ditenggarai sebagai berpotensi terserang kanker prostat.
Berikutnya adalah, hasil yang selama ini telah ada di LIPI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, beberapa metoda yang dikenal dengan TTG, Teknologi Tepat Guna. Metoda yang mencakup antara lain cara mudah untuk membuat kecap, mengeringkan ikan asin dan pemanfaatan beberapa jenis tanaman untuk pengobatan murah. Kesemuanya ini sampai dengan sekarang belum juga tersosialisasikan secara merata di seluruh Indonesia.
Transportasi negara kepulauan.
Negara kepulauan yang luas, tentu saja sangat memerlukan sistem transportasi yang praktis dan dapat diandalkan. Keberadaan industri strategis seperti PTDI akan banyak manfaatnya dalam memproduksi tipe pesawat terbang kecil untuk perhubungan antar pulau dan daerah terpencil. Pemberdayaan otonomi daerah, akan sangat mempermudah komunikasi tentang kebutuhan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik daerahnya masing-masing. Misalnya saja, kebutuhan tentang pesawat terbang kecil yang juga dapat digunakan mendarat di air, seperti pesawat amfibi.
Sebagai ilustrasi, dapat disampaikan disini bahwa pada tahun 1940 – 1950 an, Belanda menggunakan pesawat Catalina sebagai sarana perhubungan udara di Indonesia yang antara lain menghubungkan kota Surabaya dengan Banda Neira di kepulauan Maluku setiap bulan sekali.
Sangat disayangkan, justru sekarang ini tidak ada sama sekali moda angkutan udara amphibi yang digunakan. Perhubungan antar pulau-pulau terpencil sebenarnya akan jauh lebih efisien dengan menggunakan pesawat amphibi. Disamping menembus isolasi daerah terpencil, maka kebutuhan pertahanan negara dibidang pengawasan daerah perbatasan yang selama ini selalu saja menghadapi hambatan, maka sekaligus akan terpecahkan.
Penerbangan Perintis.
Dari sekian banyak lapangan udara dan jadual penerbangan yang ada, kontribusi penerbangan perintis masih sangat minim. Kalau semua harus mengacu kepada hitungan komersial, maka sangat lah mustahil penerbangan perintis ini dapat berkembang sesuai kebutuhannya. Mengapa tidak di subsidi ? Kita bisa menggunakan dana stimulus ekonomi. Untuk kepentingan nasional yang strategis, subsidi bukanlah merupakan barang yang haram. Manfaat penerbangan perintis sangat nyata, apakah itu ditinjau dari sisi pertumbuhan ekonomi, sosial, pariwisata dan bahkan juga pada kebutuhan pertahanan negara. Dengan rata-rata kondisi alam yang sulit, dan juga menghadapi rentetan bencana alam yang kerap terjadi, maka sistem transportasi udara akan menjadi tulang punggung yang handal. Lebih-lebih lagi, apabila penerbangan perintis ini dapat pula memanfaatkan keberadaan pesawat amphibi, maka jauh akan lebih efisien, terutama dalam melaksanakan mekanisme pemerintahan daerah.
Penyempurnaan Birokrasi
Berikutnya adalah, dari pengalaman jelas terlihat , bahwa banyak sekali keputusan-keputusan yang diambil ditingkat pusat yang kemudian tidak dapat berjalan dengan baik sebagai akibat dari tidak diketahuinya dengan benar fakta yang terjadi di lapangan. Sistem yang sangat kaku dari jaringan birokrasi juga kadang menghambat solusi masalah didaerah yang harus diputuskan segera oleh pemerintah pusat. Banyak informasi yang penting yang tidak sampai ditingkat pengambil keputusan di pusat. Terlalu banyak ”filter” informasi dalam jaringan birokrasi dan juga ditambah lagi dengan keberadaan aturan-aturan yang kaku. Kalau kita bisa membentuk lembaga ekstra semacam KPK, mengapa kita tidak membentuk lembaga ekstra lainnya yang dapat menembus kebuntuan birokrasi dan juga kebuntuan yang disebabkan aturan dan regulasi yang sering tidak cocok dengan keadaan di lapangan. Justru lembaga ini akan dapat banyak membantu dalam penyelesaian masalah-masalah tertentu sehingga mengakibatkan kesempatan orang untuk korupsi dapat dicegah jauh lebih dini. Tindakan yang dilakukan pada lini untuk mencegah terjadinya korupsi. Dengan demikian , analoginya, kita tidak sekedar bertindak sebagai pemadam kebakaran, akan tetapi lebih kepada upaya mencegah terjadinya kebakaran itu sendiri.
Demikianlah, pemanfaatan hasil penelitian yang sudah ada, penerbangan perintis yang menyesuaikan keadaan alam dipadalaman dan kepulauan serta beberapa kiat memperbaiki dan menyempurnakan birokrasi, kiranya akan dapat secara bertahap meningkatkan kinerja pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah.