Hari itu adalah Hari Rabu, dan di Hari Rabu pada tanggal 27 Agustus 2014 yang lalu,pagi hari, saya tengah menikmati sarapan di Hotel Crown Plaza ditengah kota Nanjing, China. Saat itu saya kebetulan sekali sedang menemani isteri saya yang bertugas mendampingi atlit Indonesia di Youth Olympic Games Nanjing 2014. Tiba-tiba saja saya menerima sms dari anak saya Tascha Liudmila kabar yang sangat mengejutkan tentang berpulangnya Taufik H Mihardja kepangkuan sang Pencipta. Inalilahi Wa Inailaihi Rojiun.
Taufik sahabat saya , seorang jurnalis kawakan dengan pembawaan yang kalem dan senantiasa ceria. Pertamakali saya akrab dengan Bung Taufik adalah saat almarhum membesarkan Kompasiana dengan Pepih serta Pak Prayitno Ramelan dan teman-teman lainnya. Pembawaannya yang periang , sama sekali tidak memberikan kesan bahwa dirinya sebagai orang yang tengah mengidap penyakit. Dan memang selama itu saya pun tidak pernah mendengar Taufik Mihardja sakit yang cukup serius. Disaat kesibukan membesarkan Kompasiana, cukup banyak kreasi acara-acara yang dikembangkan oleh Taufik M Mihardja. Mulai dari kegiatan kopi-darat, serta beberapa diskusi bulanan yang bahkan sempat dihadiri sendiri oleh Bos nya Kompas Gramedia Jakob Oetama.
Dalam kesempatan peluncuran Buku saya berjudul “Cat Rambut Orang Yahudi” yang merupakan kompilasi dari tulisan-tulisan saya di Kompasiana, Taufik juga turut hadir. Sukses besar berkembangnya Kompasiana sangat sulit dipaparkan tanpa hadirnya nama-besar Taufik sebagai salah satu penggagas dan pelopor utamanya. Pada banyak kesempatan, terutama yang berkait dengan Kompasiana dan Kompas.com serta belakangan KompasTV, Taufik sangat akrab dengan saya pribadi, terutama bila membicarakan perkembangan politik tanah air belakangan ini. Pada beberapa kesempatan, tidak hanya urusan dengan Kompas.com dan KompasTV, akan tetapi juga saya pernah mengirimkan artikel untuk koran Kompas cetak melalui Taufik. Saat diawal-awal aktifitasnya di Kompas TV, saya masih ingat sekali, Taufik secara khusus menyampaikan kepada saya, jangan terganggu ya kalo direpotin oleh teman-teman KompasTV. Tentu saja , maksudnya adalah kesediaan untuk menjadi “nara-sumber” bagi Televisi yang sedang berada dibawah asuhannya. Saya selalu berkata “no-problem” Bung Taufik, “any-time” saya tegaskan.
Tentu saja untuk masalah dengan topik yang berhubungan dengan “aviation” dan “defense” saja sebagai bidang yang saya ketahui. Tidak itu saja, sesekali saya berhubungan juga dengan Taufik di Twitter, terutama pada topik yang tengah menjadi trending di media sosial yang sangat populer tersebut. Yang lebih menyedihkan lagi adalah Kehebohan di Twitter , saat merebaknya berita Bung Taufik meninggal dunia di pagi itu, tidak dapat saya ikuti, karena di Nanjing, ternyata orang tidak bisa “sign-in” ke Twitter. Memang tidak ada yang kekal di muka bumi ini, demikian pula persahabatan saya dengan Taufik H Mihardja. Sebuah persahabatan yang sangat berlandaskan pada aktifitas intelektual yang berhubungan erat dengan media. Sebuah hubungan yang memang hanya dapat berlangsung dengan baik diatas plat-form yang saling menghargai satu dengan lainnya sebagai orang terpelajar. Semua itu kini ternyata berakhir, Bung Taufik telah dipanggil oleh Yang Maha Esa. Hubungan saya dengan Taufik berakhir sudah dan tentu saja sangat menyedihkan hati. Saya merasakan sesuatu yang hilang dari ruang yang biasa saya geluti dalam konteks “berteman”.
Berteman dalam satu level yang tidak mudah untuk dapat dibangun pada waktu yang pendek. Kini semua telah berubah menjadi “kenangan-manis” dari satu persahabatan. Kiranya memang benar bahwa sometimes people don’t notice the things others do for them until they stop doing them. Kehilangan adalah sesuatu yang sulit atau bahkan mustahil bisa dibayangkan sebelumnya. Lebih lagi bila persahabatan itu benar-benar berada dalam satu kesetaraan yang damai.
Tidak mudah memang untuk memperoleh teman sejati, walau kita sudah berusaha dan merasa berteman dengan seseorang, belum tentu dia akan juga berlaku sebagai teman seperti kita memperlakukan dia, terkadang kita memang harus menerima bahwa dunia memang kerap terasa sebagai tidak adil,
If you expect the world to be fair with you because you are fair, you’re fooling yourself. That’s like expecting the monkey not to bite you because you didn’t bite him.
Selamat Jalan Bung Taufik, sahabatku yang baik yang sejati. Taufik H Mihardja telah meninggalkan kita semua dan bersama dengan perginya Bung Taufik saya juga merasa saluran KompasTV, tempat dimana Taufik sukses meluncurkan talk-show program “satu meja” nya yang menarik, walau tayang larut malam, juga telah pergi dari layar televisi saya di rumah. Sangat disayangkan, sepertinya KompasTV pasca Taufik sudah tidak terlihat lagi sebagai “kompas”. Memang tidak banyak orang yang tahu Koran Kompas dan Kompas.com ada TV nya. Namun yang terjadi adalah tiba-tiba saja, saluran KompasTV lenyap dari pesawat televisi saya….entah apa sebabnya, apakah karena memang saya sudah tidak ada lagi keinginan melihat Kompas TV sejak Taufik pergi meninggalkannya, sekali lagi….entah kenapa. Apakah, mungkin KompasTV sudah tidak kelihatan lagi seperti layaknya sebuah “Kompas”, sepeninggal Taufik? Itu semua menjadi sebuah pertanyaan yang sangat mengganggu. Kita memang, pada kenyataannya tidak mudah untuk bersahabat dengan seseorang, walau kita sudah merasa berbuat sebaik mungkin untuk menjadi sahabatnya. Saya kemudian menyadari bahwa memang tidak semua orang akan sebaik seperti seorang Taufik, misalnya, yang dapat bersahabat dengan siapa saja. Jadi , mungkin ada benarnya juga bahwa kadang terlihat dunia sebagai tidak adil karena……..ya…….itu tadi… that’s like expecting the monkey not to bite you because you didn’t bite him or her ?
Sekali lagi selamat jalan Taufik H Mihardja, kita semua mendoakan semoga Taufik H Mihardja di terima disisi Tuhan sesuai dengan amal dan ibadahnya, Insya Allah Amin YRA.
Jakarta Rabu 10 September 2014
Chappy Hakim
2 Comments
Menyentuh sekali tulisan ini…Mas Vik tetap akan ada di hati kita sbg teman lama…terakhir sy bertemu di ruang tamu Narsum saat diundang kompas TV pd acara penembakan MH17 bln Juli lalu..alm tetap ceria..Ada satu kenangan foto thn 2009 saat Mas Vik menyerahkan tanda penghargaan sy diangkat sbg bapak Publik Kompasiana. Mari kita doakan alm smg mendpt tempat yg layak di sisiNya..Aamiin. (Prayitno Ramelan)
Kang Taufik Miharja memang sosok yg luar biasa, kita kehialangan sosok yg kalem dan bersahabaj ini.
salam
omjay