Minggu lalu, telah berpulang dengan tenang rekan (senior) Bapak Setiyoso Saleh, setelah menderita sakit beberapa lama. Kami sungguh kehilangan seorang yang ceria , sosok yang senang berdiskusi, senang bergaul, senang bernyanyi , teman sejati yang senantiasa ringan tangan dalam membantu teman-temannya.
Ada satu kenangan dari banyak memori persahabatan yang melintas sepanjang lorong waktu ketika bersama dinas di Angkatan Udara. Satu ketika, Pak Yos, demikian almarhum dipanggil rekan-rekannya, bercerita tentang anaknya, bernama Danet. Danet yang masih sangat “belia”, sering melihat teman-teman ayahnya mengenakan “overall”/”coverall”, pakaian yang digunakan oleh para penerbang atau “Flying Suit” berwarna “Oranye”.
Satu saat Danet tidak tahan untuk “harus” bertanya langsung kepada ayahnya, mengapa ayahnya tidak seperti rekan-rekannya, tetangganya, yang sering mengenakan pakaian terbang berwarna oranye. Pak Yos, dengan tenang dan setengah bercanda, menjelaskan bahwa yang mengenakan pakaian oranye itu adalah para penerbang atau Pilot Angkatan Udara. Sementara dirinya (Pak Yos adalah perwira yang berdinas di seksi “pembekalan logistik” Angkatan Udara yang antara lain bertanggungjawab dalam mengatur jatah beras anggota), dengan bahasa sederhana, Pak Yos menjelaskan kepada Danet bahwa dirinya hanya “tukang-beras” dan bukan Pilot.
Pak Yos, sama sekali tidak menyadari “gurauannya” itu sangat membekas dihati sang anak, Danet. Tidak sama sekali menyadari jawaban gurauannya itu telah mengganggu rasa kebanggaan anaknya terhadap sang ayah.
Beberapa minggu setelah kejadian itu, Pak Yos jatuh sakit, demam tinggi sampai lebih dari 3 hari dan nyaris akan dirawat ke rumah sakit. Di petang harinya, Danet mendekat ke tempat tidur ayahnya, seraya memegang tangan sang ayah, Danet berkata :”Papa lekas sembuh Pa, agar bisa ke kantor lagi seperti biasa, Danet tidak apa-apa, walau papa hanya tukang beras koq, lekas sembuh ya Pa !” Betapa kagetnya Pak Yos mendengar kata-kata anak kesayangannya, dia sama sekali tidak menyadari bahwa jawaban pertanyaan anaknya tempo hari itu telah menggores hati Danet. Tidak terasa , Pak Yos meneteskan air-mata sesaat setelah mendengar kata-kata menghibur dari anaknya itu. Kemungkinan sentuhan dari sapaan Danet di petang hari itu telah memberikan kekuatan besar pada dirinya. Beberapa hari kemudian Pak Yos sehat kembali.
Danet kini sudah meraih gelar “Master” dan mengajar di sebuah perguruan tinggi, sementara Pak Yos yang “periang” itu kini telah tiada, telah kembali kepada Sang Maha Pencipta. Kami semua , keluarga dan rekan-rekannya “kehilangan” sahabat yang baik hati. Semoga dosa-dosanya diampuni Yang Maha Kuasa, dilapangkan jalannya dan diterima disisi Tuhan Yang Maha Esa, Amin. Dan juga mudah-mudahan, keluarga tercinta yang ditinggalkan, diberikan kekuatan untuk meneruskan kehidupan di dunia yang fana ini.
Great Friends are Hard to find, difficult to leave and Impossible to forget !
Selamat Jalan Pak Yos !
Jakarta 24 Mei 2014
Chappy Hakim
5 Comments
Sering bertemu almarhum saat mengantar ibu di acara kumpulan ex wara pak
assalamualaikum pak Chappy, salam kenal
boleh saya minta alamat emailnya pak, ada beberapa hal yang ingin saya diskusikan
terima kasih pak, saya tunggu kabar baiknya
OK, chappyhakim@yahoo.com
Meskipun tulisan ini singkat, tapi mampu memaksa saya untuk mengeluarkan sapu tangan dari saku celana saya. Bapak, Chappy, izinkan saya untuk share tulisan ini untuk grup email saya sebagai cermin “keikhlasan seorang ayah (Pak Yos) MERENDAHKAN dirinya dihadapan Penciptanya yang Mahatinggi dan kebanggan seorang anak (Danet) kepada ayahandanya yang mengaku HANYA seorang tukang beras, bukan seorang pilot. Terima kasih Pak Chappy.
Hidup bangsa dan negara ku… merdeka!!