Pesawat Boeing – 777 – 200 Malaysia Airlines (MAS) MH370 yang hilang, kini sudah memasuki hari ke tujuh dan belum juga ada tanda-tanda yang jelas menunjukkan kemana gerangan pesawat terbang itu bergerak. Tim SAR , lebih dari delapan negara sudah bekerja keras untuk berupaya turut mencari dengan hasil yang masih sia-sia. Salah satu yang belum jelas adalah munculnya pemberitaan yang simpang siur mengenai kemungkinan pesawat tersebut mengubah jalur dan terbang kembali ke Malaysia. Dalam hal keberadaan pesawat terbang MH-370, kiranya diperlukan kerja sama erat antar negara disamping juga antar satuan atau unit radar sipil dan militer.
Radar militer, dalam hal ini adalah perangkat radar yang merupakan instalasi dari unit pertahanan udara nasional. Prinsip kerja dari radar penerbangan sipil (pensip) dengan radar Pertahanan Udara (Hanud) sangat jauh berbeda. Radar pensip menangkap data pergerakan pesawat yang dilengkapi dengan transponder dan bertujuan memberikan palayanan keselamatan penerbangan. Sementara radar hanud, bekerja untuk menjaga ruang udara wilayah kedaulatan negara dari penerbangan-penerbangan liar tanpa ijin yang datang menerobos dengan maksud-maksud tertentu. Pelacakan dengan radar tracking (lintasan terbang pesawat dilayar radar) terhadap posisi akhir dari keberadaan MH-370 akan sangat menentukan cepat dan lambatnya keberhasilan upaya pencarian yang dilakukan.
Di hari-hari pertama upaya pencarian, muncul banyak pemberitaan yang tidak jelas tentang dimana sebenarnya posisi terakhir pesawat yang hilang tersebut. Satu hal yang sangat diperlukan untuk menentukan dimana arah pencarian harus atau dapat dimulai. Bahkan Vietnam dan China sempat mengajukan kekecewaannya terhadap otoritas penerbangan Malaysia yang terkesan tidak terbuka dalam menjelaskan aneka informasi terkait dengan penerbangan MH-370. Hal ini antara lain adalah disebabkan dengan berubah-rubahnya penjelasan tentang adanya penumpang yang naik menggunakan paspor curian serta beberapa penumpang yang membatalkan niatnya berangkat dengan MH-370 setelah check-in. Demikian pula tentang posisi terakhir sebelum hilang, yang sempat dikatakan bahwa pesawat berbelok arah pulang ke KL yang kemudian segera diralat kembali. Kini banyak pihak kemudian curiga terhadap sikap pemerintah Malaysia yang terkesan menutup-nutupi keterangan-keterangan yang justru sangat diperlukan bagi tim Search and Rescue (SAR) dalam berusaha sesegera mungkin untuk dapat menemukan jejak pesawat B-777-200 Malaysia dengan nomor penerbangan MH-370 tersebut.
Pada setiap terjadinya kecelakaan pesawat terbang, hampir semua orang ingin segera mengetahui apa gerangan yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan tersebut. Disisi lain, pada setiap terjadinya kecelakaan, maka hampir dapat dikatakan mustahil untuk dapat segera mengetahui penyebab kecelakaan, terutama yang kondisi pesawatnya mengalami rusak total dan tidak ada penumpang serta awak pesawat yang selamat. Lebih-lebih lagi pada kasus pesawat hilang yang belum ditemukan. Sebenarnya, pesawat terbang modern dipastikan dilengkapi dengan ELT, Emergency Locator Transmitter atau ELBA, Emergency Locator Beacons.
Alat ini adalah berupa transmitter, atau pemancar radio yang akan segera memancarkan signal elektro magnetik pada frekuensi “emergency”, begitu alat ini lepas dari pegangannya dan atau mengalami benturan . Alat ini akan memancarkan sinyalnya selama 2 kali 24 jam, yang tujuannya memudahkan tim SAR, Search and Rescue menemukan lokasi kecelakaan dan menolongnya. Disamping ELT ini pesawat juga dilengkapi dengan Black Box, yang terdiri dari Cockpit Voice Recorder (CVR) dan Flight Data Recorder (FDR). Alat ini akan merekam kejadian pada 30 menit terakhir sebelum terjadinya kecelakaan. Dengan demikian, maka penyebab kecelakaan akan dengan mudah dapat di pelajari sehingga kejadian serupa dimasa datang akan dapat dihindari. Yang menyulitkan dalam kasus MH370 ini adalah, pesawat hilang tiba-tiba dan pancaran transmitter ELT dan atau ELBA tidak pula terlacak. Disinilah letak misterinya, pesawat yang tiba-tiba hilang lenyap bak tertelan bumi.
Pada kasus pesawat mengalami keadaan darurat, maka Pilot akan melaporkan keadaan emergency yang dihadapinya dan melaporkan posisi pesawat terbangnya. Dengan demikian maka bila dibutuhkan pertolongan, tim pencari dan penolong dapat dengan mudah menuju tempat kejadian kecelakaan. Pada kejadian MH370, tidak ada laporan dari Pilot tentang terjadinya keadaan darurat. Dengan kondisi yang seperti ini, maka dapat diperkirakan MH370 mengalami keadaan darurat yang sangat tiba-tiba sehingga Pilot tidak sempat melapor ke ATC, Air Traffic Control di menara pengawas di darat. Dapat saja dicurigai disini bahwa pesawat telah dibajak dan kendali komando diambil alih oleh para pembajak. Pembajak mematikan semua peralatan komunikasi pesawat sehingga Pilot tidak bisa melaporkan keadaan yang tengah dihadapinya. Khusus tentang pembajakan, sebenarnya ada alat transponder di kokpit yang dapat di set oleh Pilot pada moda yang memancarkan sinyal sebagai tanda pesaawat tengah mengalami pembajakan. Namun apakah Sang Pilot masih cukup berdaya untuk dapat melakukannya, hal itu masih merupakan tanda Tanya besar.
Banyak faktor penyebab lainnya lagi dan salah satunya adalah pada kasus terjadinya ledakan di pesawat. Khusus tentang ledakan ini, paling tidak, ada dua kemungkinan yang terjadi. Apabila ledakan yang terjadi itu cukup besar dan menghancurkan pesawat sampai berkeping-keping pada ketinggian di atas 30.000 kaki, maka serpihannya akan bertebar kearah yang relatif luas dan berhamburan pada kawasan yang sangat jauh sekali. Hal ini dengan hembusan angin dan lain sebagainya maka pecahan-pecahan bagian badan pesawat akan sangat sulit untuk bisa ditemukan. Berikutnya, bila ledakannya kecil tetapi merusak sistem kendali pesawat, maka pesawat akan jatuh kelaut dengan kecepatan tinggi dan masuk kekedalaman sampai terdampar di dasar laut.
Sekali lagi, dengan data yang relatif terbatas, akan menjadi sangat sulit untuk dapat menerka apa gerangan yang terjadi dengan penerbangan MH 370 di hari sabtu lalu. Setiap kejadian kecelakaan pesawat terbang memang selalu saja muncul spekulasi dugaan penyebab kecelakaan, namun apabila Black Box belum ditemukan dan analisis belum dilakukan oleh para investigator yang kompeten, maka kita tidak akan memperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Semoga yang terbaik yang terjadi, Insya Allah, Amin
Jakarta, 15 Maret 2014
Chappy Hakim
Sumber : Koran Sindo Hari ini.