Kemarin, hari Jumat tanggal 24 Agustus, saya berkesempatan mengunjungi perpustakaan DPR nya Amerika Serikat yang bernama LOC, Library of Congress di Washington DC. Gedung perpustakaan yang menyimpan lebih dari 140 juta judul buku ini (berdasar keterangan dari Professor asal China yang mengepalai divisi Asian Collections) memiliki reading room dan tempat penyimpanan khusus buku-buku dari seluruh dunia. Bila siapapun pengunjung yang datang dan menginginkan sebuah judul buku untuk dapat melihat atau dipinjam untuk dibaca di ruang baca, cukup mengisi sebuah format formulir, dengan menyebutkan judul, pengarang dan negara asalnya. Tidak akan lebih dari 30 menit, rata-rata 15 sampai dengan 20 menit, maka seorang pegawai perpustakaan sudah akan datang ke meja anda dengan membawa buku yang diinginkan tersebut.
Saya mengisi sebuah judul buku karangan Ayah saya terbitan tahun 1961, Dari Pulau Bunga ke Pulau Dewa, tidak sampai 14 menit sang pegawai sudah datang menghampiri dengan membawa buku yang dimasud. Sungguh saya merasa sangat terharu dapat menyaksikan kembali, buku karya Ayah saya, yang sudah 40 tahun tidak dapat saya lihat lagi.
Buku ini, sebelum Ayah saya meninggal dunia di tahun 1992, kerap menjadi pembicaraan dengan anak-anaknya, tentang kekecewaan beliau yang merasa kehilangan buku itu beberapa tahun setelah diterbitkan. Ia sudah terlanjur membagi-bagi habis buku tersebut kepada saudara, teman dan handai tolan, selain dari buku lain yang telah terjual habis di toko-toko buku. Ayah saya sangat “kehilangan” karena arsip atau buku terakhir yang disimpan ternyata telah hilang entah dimana.
Bertahun-tahun, ia sering bercerita tentang buku yang hilang itu kepada siapa saja yang kebetulan bertemu, hingga pada satu ketika ada sahabatnya yang menceritakan bahwa buku Ayah saya itu ternyata masih ada sebuah yang tersimpan dengan rapih di Library of Congress di Washington DC. Amerika Serikat. Buku ini adalah merupakan satu dari lima atau enam buah buku yang dikarangnya semasa hidupnya.
Yang istimewa adalah buku Dari Pulau Bunga ke Pulau Dewa adalah buku “kesayangannya”. Sudah sejak puluhan tahun yang lalu saya mengetahui tentang hal ini. Dua tahun lalu saya kebetulan berjumpa dalam salah satu pertemuan dengan William Truchello, kepala perwakilan Library of Congress di Jakarta. Saya tanyakan kepadanya tentang keberadaan buku Ayah saya tersebut, dan pada pertemuan berikutnya dia menginformasikan bahwa memang ada beberapa buku karangan Ayah saya yang tersimpan dengan apik di Library of Congress di Washington, akan tetapi mereka tidak menemukan buku Dari Pulau Bunga ke Pulau Dewa. Betapapun saya kecewa, akan tetapi merasa terhibur juga, karena ternyata buku Ayah saya lainnya telah menjadi koleksi Library of Congres.
Nah, dihari kemarin itulah, dengan bantuan William, saya dapat diterima secara khusus oleh kepala perpustakaan Library of Congress divisi Asian Collections, seorang guru besar kebangsaan China, yang juga seorang Doktor. Kepadanya, untung-untungan saya menanyakan tentang buku Dari Pulau Bunga ke Pulau Dewa apakah terdaftar sebagai koleksi disitu. Sangat surprise, setelah 5 menit dia mengeceknya di layar komputer di mejanya, dikatakan bahwa sesuai daftar yang ada, buku tersebut “ada” katanya. Dengan hati senang sekali, saya tanyakan lagi apakah saya boleh melihatnya, dijawab langsung dengan “no problem” ! Demikianlah, saya dapat melihat, betapa buku yang sudah tua dengan warna kertasnya yang sudah menguning, berada dalam kondisi terawat dengan “prima” serta dilindungi sampul tebal berwarna hitam yang sangat dan super “rapih”. Merinding bulu kuduk saya dapat melihat lagi buku tersebut, dan membalik ulang halaman demi halamannya. Yang sangat luar biasa adalah , walau tersimpan lama, buku itu sama sekali tidak berdebu dan bahkan tidak tercium bau “apek” yang khas dari buku-buku tua. Buku ini adalah karangan Ayah saya berisi cerita tentang perjalanan beliau mengikuti kunjungan dinas Menteri P P dan K, Mr Muhammad Yamin di Nusa Tenggara pada tahun 1950-an. Buku tersebut merupakan sebuah buku ukuran buku saku yang diterbitkan PT Pembangunan pada tahun 1961.
Sayangnya buku-buku koleksi Library of Congress tidak dapat dipinjam untuk dibawa keluar dari ruang baca yang tersedia disitu. Ketika saya utarakan keinginan saya untuk mem-”fotocopy” nya, sekali lagi saya dibuat kagum, karena ternyata di ruang baca perpustakaan sudah disediakan mesin foto copy untuk keperluan para pengunjung dengan harga yang sama dengan tempat fotocopy diluar. Hebatnya lagi, untuk menghindarkan penyalah-gunaan dari uang pembayaran tersebut, maka setiap pengunjung yang ingin fotocopy, harus terlebih dahulu membeli kartu pembayaran, sejenis kartu kredit di sebuah mesin yang tersedia juga disitu. Hanya dengan kartu yang dibeli itulah, mesin foto-copy dapat digunakan. Akhirnya dengan susah payah (karena harus mengerjakan sendiri) saya berhasil membuat fotocopy Buku Ayah saya berjudul ” Dari Pulau Bunga ke Pulau Dewa”, alhamdulilah.
Washington 25 Agustus 2012
Chappy Hakim
1 Comment
Menarik sekali…… nanti copyannya disimpan di perpustakaan indonesia juga yah, biar yg penasaran mau baca boleh lihat2…. salam dari Flores, PULAU BUNGA!!!!