Senin 7 Februari 2011.
Seperti biasanya, saya melakukan olahraga pagi selesai sholat subuh.Sudah beberapa bulan ini, saya memang telah mengatur kembali jadwal kegiatan harian berkait dengan olahraga untuk menjaga kebugaran tubuh.Mengatur kembali ini berdasar kepada beberapa hal, yaitu menyesuaikan kegiatan penulisan buku yang tengah dikerjakan dan yang lebih penting adalah menyesuaikan kondisi tubuh dalam hubungannya dengan faktor usia. Tanggal17 Desember 2011 saya sudah memasuki usia ke 63, usia yang sudah tidak muda lagi, usia yang sudah menuntut penyesuaian dalam beraktivitas fisik.Penyesuaian ini, secara bertahap sejak memasuki masa pensiun, memang sudah saya lakukan dan bahkan beberapa tahun lalu saya juga sudah menghentikan olahraga tenis.Tahun 2010 di bulan Maret saya baru saja menjalani operasi “total knee replacement” untuk dengkul kaki kiri saya. Itu semua, tentu saja memerlukan kalkulasi sendiri dalam penyesuaian aktivitas fisik sehari-hari.
Demikianlah, saya kemudian mengatur kegiatan harian lebih kurang sebagai berikut:Bangun pagi, biasanya terbangun mendengar azan subuh dari Mesjid dekat rumah. Sholat subuh, kemudian olahraga selama 30 menit, menggunakan “cross trainer”. Selesai olahraga, istirahat, rebahan ditempat tidur lebih kurang setengah sampai satu jam. Setelah itu mandi dan kemudian sarapan pagi. Berikutnya adalah melakukan kegiatan keseharian, antara lain menyelesaikan buku tentang pengalaman terbang yang baru dimulai , mengecek buku pertahanan yang dua minggu lalu baru selesai dicetak dan mempersipakan buku lainnya tentang penerbangan yang baru dalam taraf pengumpulan bahan-bahan awal. Siang , sebelum jadwal makan siang atau paling lambat setelah makan siang, saya sudah kembali ke rumah untuk istirahat sambil baca-baca koran, buku dan atau email, tidur siang sejenak, sore santai, makan malam dan biasanya , bila tidak ada undangan seperti resepsi perkawinan misalnya, maka sebelum jam 2100 wib saya sudah tidur malam.
Kembali di pagi hari senin tanggal 7 Februari itu, saya melakukan olahragauntuk selama 30 menit.Tidak seperti biasa, walau sudah terjadi juga dua atau tiga kali terakhir, dimenit ke 20 atau 25, sudah merasa lelah, sementara keringat memang sudah membanjir keluar tubuh.Sekali lagi, biasanya selesai 30 menit berolahraga, mandi keringat, istirahat sejenak dan kemudian mandi, badan terasa sangat segar.Tetapi kali ini pada menit ke 20 saya merasa lelah sekali.Agak sedikit memaksa , saya selesaikan sampai ke menit 30.Disinilah saya kemudian merasa agak sesak di dada , dan segera saya merebahkan diri di tempat tidur.Sesak dada seperti ini, dalam kapasitas yang lebih ringan memang sudah terjadi pada beberapa kali terakhir, namun saya diamkan saja, karena setelah istirahat sejenakhal itu pun berlalu dan badan terasa “fit” sekali. Sangat berlainan dengan yang saya alami dua tiga hari yang lalu, rasa sesak di dada tidak kunjung berkurang, bahkan diikuti dengan semakin banyak keringat dingin mengalir keluar tubuh. Saya bilang kepada isteri saya, “Ran ini koq kayaknya sesek di dada ya ?!” Selanjutnya kepala mulai terasa pening, mata agak berkunang-kunang dan keringat dingin terus mengalir. Karena terasa gejala mual seperti ingin muntah, saya bangun lagi, berdiri menuju ruang keluarga dan duduk disitu. Saya bilang lagi ke isteri, “Ran kayaknya harus panggil dokter nih”. Badan semakin tidak enak disertai rasa ingin buang air besar. Saya berkata lagi, “wah ini kayaknya kita yang harus ke dokter, bukan panggil dokter”, sambil menuju ke toilet. Isteri saya mulai bergerak, dan membantu bopong saya berjalan ke toilet, sambil memerintahkan pembantu agar supir segera meyiapkan mobil. Berjalan dari kursi ke toilet, terasa badan saya sudah limbung, bahkan pada langkah ke empat, kaki kanan saya terasa lemas sekali seperti kaki yang terbuat dari kain, begitu dijejakkan langsung lemes. Saya hampir roboh , bila tidak ada yang membantu. Berhasil mencapai toilet, sempat buang air besar, dan segera kemudian bergegas menuju mobil untuk coba berangkat mencari rumah sakit dan atau dokter.
Di mobil, saya duduk di kursi belakang, isteri saya di kursi depan dan supir , Ari mengemudikan mobil.Sesaat setelah keluar rumah, saya masih sempat mengingatkan isteri saya untuk mengenakan “safety belt” dan selanjutnya segera saja kami berhadapan dengan macetnya lalulintas Jakarta yang parah, khas disetiap Senin pagi. Jam masih menunjukkan sekitar pukul setengah tujuh kira-kira. Saya mendiskusikan dengan isteri untuk tujuan rumah sakit mana yang akan kami datangi. Diputuskan sementara ke rumah sakit dekat rumah, untuk pertolongan pertama, di Jalan Warung Buncit yaitu RS JMC. Didalam mobil, beruntung saya masih menggenggam Hp. Sambil mengamati kemacetan kendaraan di luar mobil, saya berusaha menghubungi teman saya yang pernah di operasi Jantung, juga teman saya lainnya. Dari dua panggilan yang tidak terjawab, saya kemudian memutuskan menghubungi, teman saya lainnya saudara Dicky Pradigdo untuk mengabarkan padanya tentang kondisi saya sambil minta saran padanya, kemana saya harus menuju. Dicky segera mengangkat telepon saya dan selesai mendengar penjelasan saya, dengan tegas Dicky menyarankan untuk segera menuju Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) dan dia sendiri akan menuju kesana terlebih dahulu serta mencoba membantu mencarikan dokter sesegera mungkin. Kediaman Dicky kebetulan sangat berdekatan dengan lokasi RSPI. Mendapat jawaban yang sangat positif, saya segera memerintahkan Ari, untuk memutar arah menuju Pondok Indah. Dengan susah payah menembus kemacetan yang sangat padat, yang nyaris mematahkan harapan untuk dapat bisa sampai RSPI tepat waktu, Ari mengendalikan mobil semaksimal kemampuannya. Saya perintahkan untuk menghidupkan lampu “hazard” dan menyalakan lampu besar agar memudahkan meminta jalan kepada kendaraan lainnya. Setelah melewati lampu merah Republika, saya perintahkan lagi Ari untuk menembus saja jalur Busway agar bisa memotong jalan. Agak sedikit menolong, namun di penghujung Tol Simatupang tetap saja kendaraan terhenti. Semua kendaraan bertemu di tengah-tengah persimpangan tanpa mengindahkan lampu merah atau hijau dan juga diperparah lagi dengan banjirnya motor-motor ketengah jalan. Dalam kemacetan tersebut saya telepon anak saya Tascha. Telepon diangkat oleh Oky, suaminya yang berkata santai “ada apa Yah?”, saya lalu bertanya Tascha ada? Ini yah katanya, seraya memberikan Hp ke Tascha, saya pun lalu berkata Ca, dada ayah sesak sekali abis olahraga, sekarang ayah menuju RSPI. Itu saja yang sempat saya katakan, yang belakangan dari Tascha diketahui bahwa saya tidak berkata apa- apa selain suara napas yang ngos-ngosan.
Akhirnya, dengan susah payah Ari bisa juga mencapai RSPI dengan selamat.Menjelang belok kanan, mengarah masuk ke jalanan arah ke RSPI, terdengar Hp berbunyi, yang ternyata berasal dari Dicky yang mengabarkan bahwa dia dan Yanti isterinya sudah berada di UGD RSPI dan Dokter pun, sudah siap jelasnya.Agak sedikit menenangkan hati saya, sementara mobil masuk ke halaman UGD RSPI kondisi saya semakin buruk, saya ngos-ngosan seperti sedang sprint dengan maksimum speed. Keringat bersimbah diseluruh sekujur tubuh. Setengah sadar, saya mendengar sayup-sayup banyak orang mengatur, “pelan-pelan”, “awas-awas”, “ke-kiri-kiri” dan lain sebagainya. Singkat kata saya sudah terbaring dan ada seseorang yang wajahnya mendekat sambil berkata ; “ Pak Chappy, saya Dokter Taufik, bapak tenang saja dulu, saya akan berikan bantuan kepada Bapak” ujarnya. Saya berusaha untuk agak tenang, tetapi sejujurnya saya panik sekali karena saya tidak dapat menahan sesak napas yang menderu diiringi dengan rasa tercekik di leher sebelah dalam. Saya belum siap mati, saya belum siap meninggalkan dunia yang fana ini. Perasaan itu mungkin menambah rasa panik saya. Saya takut, saya takut mati. Saya berusaha untuk terus mengucapkan dua kalimat syahadat, yang mungkin terdengar keras sekali, sehingga isteri saya merasa perlu menganjurkan agar dalam hati saja mengucapnya, mungkin karena khawatir saya akan kehabisan tenaga.
Wajah saya mencerminkan perasaan itu semua, sehingga terdengar sekali lagi sang Dokter berkata, Pak, saya Dokter Taufik Pohan, tenang ya pak, saya akan bantu bapak segera. Saya lalu menceritakan perasaan saya bahwa dada saya semakin merasakan tekanan berat dan leher saya terasa mencekik. Iya pak, ini jantung bapak mungkin tersumbat, tenang dulu ya. Selanjutnya terdengar instruksi bahwa saya harus segera minum obat sebanyak 6 butir, yang kemudian saya tawar untuk disuntik saja. Saya paling susah untuk dapat menelan obat. Ternyata saya tetap harus menelan 6 butir pil, tidak ada pilihan lain, yang untung kecil-kecil ukurannya. Setelah itu saya diberi lagi 2 butir obat berturut-turut yang harus saya tekan dibawah lidah. Setelah itu saya dibawa ke ruang lain untuk dikerjakan kateterisasi jantung atau arteriografi koroner . Tidak begitu jauh dari ruang pertama kali tiba, saya pun kemudian dipindahkan dari tempat tidur ketempat tidur lainnya. Terdengar sayup-sayup dokter menjelaskan apa-apa yang hendak dilakukannya, antara lain tidak akan dibius total, tetapi akan dibius lokal dekat selangkangan kanan untuk memasukkan kabel yang akan digunakan membantu mengalirkan kembali darah yang tersumbat dekat jantung. Berikutnya saya mendengar suara-suara setengah panik dari instruksi-instruksi dokter, yang antara lain ditujukan kepada saya dengan dibantu oleh para juru rawat lainnya disitu, “batuk-batuk pak !”, “batuk pak, batuk pak !” Saya setengah sadar mendengarnya dan terasa saya tengah berada di pertigaan jalan, kekiri saya akan meninggal dan kekanan mungkin saya akan survive tetapi dengan syarat saya harus batuk, walaupun tidak ada alasan sedikitpun ditenggorokan saya untuk batuk. Ditengah rasa takut saya harus segera memilih, dan tidak ada pilihan lain, saya harus berusaha untuk batuk. Saya harus belok kanan, saya pun batuk-batuk, dengan rasa takut yang terus meningkat. Ini terjadi dua sampai tiga kali, sampai akhirnya terdengar kelegaan dari sang Dokter dan tim nya menandakan sukses telah membuka sumbatan darah di jantung saya. Alhamdullillah, maha besar Allah. Dada saya terasa perlahan-lahan menjadi lapang dan tenggorokan bagian dalam mulai kendor kembali. Terlihat air muka saya agak tenang, dokter kemudian berusaha menerangkan kepada saya apa-apa yang telah terjadi dan juga apa yang telah dilakukannya. Saya mengalami “heart attack” atau “myocardial infarction” dan berhasil menggunakan “the golden period of time”, yaitu antara 1 sampai dengan 6 jam di sekuel penyelamatan nyawa dalam kasus serangan jantung. Tidak berhenti saya bersyukur alhamdullillah hi rabbil alamin.
Apa sebenarnya yang telah dilakukan pada diri saya saat itu ? Penjelasannya adalah, bahwa terhadap diri saya telah dilakukan upaya katerisasi atau tepatnya tindakan katerisasi angiografi dengan prosedur Angiografi / Cath Lab, yaitu pemeriksaan sekaligus tindakan menggunakan “X-ray” yang bertujuan menggambarkan pembuluh darah diberbagai bagian tubuh termasuk untuk memeriksa struktur pembuluh darah jantung, ruang jantung, katup jantung, otot jantung, sekitar perut, batang dan jaringan otak serta jaringan tangan dan kaki dengan kamera khusus. Tindakan tersebut tadi, telah memungkinkan untuk menggabungkan diagnostic dan tindakan dalam satu prosedur saja. Yaitu bilamana ditemukan Plak dan atau penyempitan dapat langsung dilanjutkan dengan angioplasty atau baloning dan pemasangan stent atau ring.
Lesson learned / Pelajaran yang dapat dipetik :
Selain bersukur atas kebesaraan Tuhan yang Maha Kuasa, kiranya banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kejadian yang saya alami tersebut, beberapa diantaranya antara lain adalah :
Kesalahan terbesar yang saya lakukan adalah, bahwa saya tidak disiplin untuk melaksanakan “medical check up” rutin setiap tahun yang seharusnya dilakukan pada tanggal 17 Desember 2010 yang lalu. Selama dinas aktif, saya tidak pernah terlambat melaksanakannya. Tahun lalu itu, saya memang menundanya. Berikutnya adalah, sejak tahun 2002, saya telah diberitahu oleh Dokter Jantung di Lakespra, bahwa saya ada kecenderungan gejala darah tinggi yang belum diketahui penyebabnya. Hal tersebut diperoleh dari hasil test EKG dan “treadmill” 12 menit yang selalu dilakukan setiap tahun. Walaupun hal tersebut adalah gejala normal bagi orang dalam memasuki usia kepala lima. Saya juga mengabaikan saran Dokter untuk melaksanakan katerisasi untuk memperoleh kejelasan dari kondisi jantung saya. Selain itu memang harus ada beberapa hal yang memerlukan perhatian khusus seperti :
Di usia yang sudah tidak muda lagi, ternyata tidak hanya harus menata ulang jadwal dan jenis olahraga yang dipilih, akan tetapi juga sudah harus mengantisipasi terhadap kemampuan fisik.Sering kali hal ini agak sulit untuk dapat dilakukan karena perasaan yang ada terkadang tidak sesuai lagi dengan kemampuan yang dimiliki.Sindiran yang menusuk hati seperti “Nafsu besar Tenaga kurang” , kiranya sudah saatnya diterima dengan lapang dada. Singkat kata : “jangan sekali-kali memaksakan diri”, bila memang sudah lelah, ya beristirahatlah. Yang harus disadari adalah bahwa usia sudah tidak muda lagi, hal yang terkadang lupa atau bahkan mungkin ingin dipungkiri. Sesuatu yang sebenarnya hanya akan berujud “menipu diri sendiri”.
Dalam peristiwa hari senin tanggal 7 februari yang lalu itu, sekali lagi saya dihadapkan dengan realita bahwa memang benar dalam menjalani hidup itu peranan teman “amat sangat dominan”.Saya sering berkata kepada banyak orang bahwa ternyata hidup itu hanya berteman-teman.Dalam arti sesulit apapun masalah yang datang menghadang, selama ada teman yang hadir disitu, maka Insya Allah tidak ada yang tidak dapat dicarikan solusinya.
Pagi hari senin itu, begitu keluar rumah,jalanan luar biasa macet.Tidak ada satu pun rumah sakit yang menjadi mudah untuk dapat dicapai, bahkan untuk pilihan yang terdekat sekalipun.Sampai akhirnya, saya dan isteri di dalam mobil berusaha menghubungi teman-teman dekat melalui Hp, sekedar memberitahukan masalah yang tengah kami hadapi saat itu, yang tentu saja mengharapkan untuk memperoleh pertolongan.Alhamdullillah,segera mendapatkan advis untuk segera menuju RSPI dan selesai menembus kemacetan yang luar biasa, kami tidak perlu lagi untuk mencari-cari ke ruang mana akan pergi, mencari-cari dokter siapa yang akan menangani dan lain sebagainya, dan lain sebagainya.Dokter, ruangan, obat dan lain-lain sudah dapat disiapkan terlebih dahulu.Tidak bisa dibayangkan, bila saat itu saya tidak berhasil menghubungi teman-teman dan keluarga dekat tentu saja.
Berikutnya , yang paling penting adalah : pada usia yang sudah tidak muda lagi ini, keharmonisan hubungan rumah tangga dan keluarga ternyata membuktikan “sangat memegang peranan penting” dalam hal apa saja berkait dengan kehidupan sehari-hari. Terlebih-lebih, bila kita menghadapi masalah. Pada keadaan saya saat itu, isteri dan anak-anak sangat memegang peranan yang menentukan dalam proses penyelamatan nyawa saya. Saya sangat menganjurkan hubungan baik dan saling pengertian serta juga saling menghargai satu sama lain diantara isteri anak-anak, adik kakak, teman sahabat dan handai tolan dapat terjaga secara harmonis. Jujur, saya pribadi ingin mengutarakan bahwa kesemua itu merupakan faktor menentukan dan telah amat sangat membantu men-support saya dalam menjalani cobaan dan proses recovery sesudahnya. Semua orang sangat membutuhkan uluran tangan yang penuh rasa sayang, terutama saat berhadapan dengan kesulitan. Kiranya hanya Allah SWT, isteri, anak dan keluarga dekat serta teman dan handai tolan yang dapat memberikannya. Health is not everything, but without health everything is nothing. Kesehatan ternyata memang bukanlah segala-galanya, akan tetapi tanpa kesehatan, segala-galanya menjadi tidak berarti apa-apa. Maka jagalah kesehatan !
Sekilas tentang Serangan Jantung atau Heart attack (Myocardial infarction)
Untuk tidak memberikan kesempatan munculnya banyak persepsi yang kurang tepat tentang terminologi “serangan jantung”, maka berikut ini saya kutipkan pengertian standar yang dianut dalam dunia kesehatan.
Serangan Jantung atau Heart attack atau dalam bahasa medis dikenal dengan myocardial infarction adalah kondisi dari “mati” nya otot jantung sebagai akibat dari tersumbatnya secara tiba-tiba pembuluh darah “coronary artery” yang disebabkan oleh pembekuan darah. Coronary artery adalah selang yang mengalirkan darah dan oksigen ke otot-otot jantung. Coronary artery, biasa disebut dalam bahasa Indonesia sebagai Pembuluh koroner.
Bagaimana cara untuk dapat mengetahui atau mendeteksinya?
Beberapa pemeriksaan untuk mendeteksi adanya Penyakit Jantung Koroner antara lain adalah dengan : EKG, Treadmill, Echokardiografi dan Arteriografi Koroner (yang sering dikenal sebagai Kateterisasi).
Dengan pemeriksaan EKG dapat diketahui kemungkinan adanya kelainan pada jantung Anda dengan tingkat ketepatan 40%. Kemudian bila dianggap perlu Anda akan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Treadmill Echokardiografi.
Selanjutnya untuk memastikan lebih jauh maka akan dilakukan pemeriksaan Arteriografi Koroner atau Kateterisasi yang mempunyai tingkat ketepatan paling tinggi yaitu 99 sampai 100%, hingga dapat memastikan apakah Anda mempunyai Penyakit Jantung koroner atau tidak. Hal ini biasa disebut sebagai Tindakan Deteksi Penyempitan Pembuluh Darah Koroner Untuk Mengetahui Lebih Dini Adanya Ancaman Serangan Jantung Koroner
Apa penyebab dari Penyakit Jantung Koroner?
Penyakit Jantung Koroner selalu diawali oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), yang lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah, dll.,yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius, dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan istilah serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Beberapa faktor risiko terpenting Penyakit Jantung Koroner adalah sebagai berikut :
Inilah beberapa hal yang mengandung risiko bagi Penyakit jantung koroner : Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi ,Kadar Kolesterol HDL rendah, Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi), Kebiasaan Merokok , Sakit Gula atau Diabetes Mellitus , Kegemukan atau Over Weight, Ada riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga , Kurang olah raga dan yang perlu diwaspadai adalah Stress. Khusus tentang stress penekanannya adalah pada kemampuan mengontrol diri sendiri. Namun ada anjuran disini khusus bagi mereka yang sudah memasuki usia pensiun agar dapat menjaga antar sesama untuk tidak menciptakan stress tersebut dilingkungannya. Berbagai kegiatan positif yang dilakukan bersama dengan menciptakan kegembiraan berkelompok, relaksasi bersama akan sangat bermanfaat hasilnya. Disini yang harus dihindarkan adalah , menyampaikan sesuatu kepada sesama yang justru dapat diantisipasi berpotensi menumbuhkan rasa stress .
Bila Anda menyandang salah satu atau beberapa faktor resiko tersebut tadi, Anda sangat dianjurkan untuk secara berkala memeriksakan kesehatan jantung kepada seorang ahli. Adanya dua atau lebih faktor resiko akan berlipat kali menaikkan resiko total terhadap Penyakit Jantung Koroner.
Sekali lagi : “Jagalah Kesehatan !”
Jakarta 14 Februari 2011 (dari berbagai sumber)
Chappy Hakim.
16 Comments
terimakasih pak Chappy sharingnya
Selamat pagi Pak Chappy, terima kasih tulisan ini sangat bermanfaat terutama bagi saya yg sudah berumur 62 tahun terpaut 1 tahun dengan bapak. Pengalaman Pak Chappy sama dengan mantan Menteri PU (Bp. Rahmadi BS) 2 tahun yl. mendapat serangan jantung menjelang magrib, karena lalu lintas macet Bu Rahmadi yg kebetulan dokter beberapa menghubungi koleganya, akhirnya dibawa ke RS yg terdekatyaitu RS Pertamina, tindakan selanjutnya seperti pengalaman Pak Chappy. Benar bahwa the golden period of time”, adalah antara 1 sampai 6 jam untuk penyelamatan nyawa dalam kasus serangan jantung. Bagi para penderita sakit jantung atau yg mempunyai indikasi sakit jantung disamping saran2 Pak Chappy berdasarkan pengalaman perlu kiranya mengetahui rute tercepat mencapai mencpai RS dan kendaraan apa yg akan digunakan, ini hanya untuk berjaga-jaga saja … semoga kita semua dijauhi dari segala penyakit, amin.
Terimakasih, sama-sama !
Thanks a lot Pak Rahardjo ! salam.
merinding baca awal peristiwanya cap, syukurlah semua itu sudah berlalu, terimakasih ya allah …
Makasih Yung !
Halloo oom CH,
Praise The Lord, om sembuh. Gak ada yg kebetulan ya oom, Tuhan selalu buka jalan u/ menolong dalam hal ini yg menuntun om sampai ke RS.
Jika DIA berkehendak sembuh, maka sembuhlah. Jika tidak pun , tidak dibiarkanNYA om & kel dalam kesakitan. Bagian kita , menjaga kesehatan & lakukan yg terbaik u/ tubuh ini,
Tetap semangat ya oom & GBU then!
-aldoradoes-
Thanks a lot may GBU, Regards !
Puji Tuhan !, Saat itu saya sangat terkejut membaca berita di detik news Bapak terkena serangan jantung, seketika itu juga saya berdoa untuk kesembuhan Bapak. Saya sangat bersyukur Bapak sudah sehat kembali. Saya senang dengan tulisan Bapak, sangat inspiratif bagi saya. GBU. (Leo Petta)
Terimakasih banyak Leo, atas doa nya semoga Tuhan YME membalas budi baik Bapak ! Salam.
Aku jd prihatin membaca ini mengingat pada masa almarhum ayahku & sempat pula kurasakan keluhan sesak itu kak Chappy, semoga kita tetap selalu dalam lindungan Nya. Amiin !
Berharga sekali pengalaman bapak, terima kasih telah berbagi..
Yth. Pak CH
Semoga sehat selalu, dan tks atas sharingnya
Keharmonisan keluarga memang sangat berperan bagi seluruh anggota keluarga
Salam
PRP
Yth Pak Chappy,
Saya dari jaringan radio Smart FM, pernah mewawancarai Bapak dan dapat buku Chappy Hakim dalam Musik dan Lagu.
Jika mungkin, saya ingin menemui Bapak dan berbincang tentang dunia penerbangan Indonesia.
Terimakasih,
Panusunan Simanjuntak
Senior Editor
Smart FM-Jakarta
0813 8181 6542
pansimanjuntak@gmail.com
OK, terimakasih , dengan senang hati Pak ! Any Time !
Usia itu memang kasih karunia TUHAN. Bagian kita adalah menjaga kesehatan.
Hope, om CH sehat selalu dan sexy . GBU!
-MP