Penerapan Asean-China Free Trade Area (AC-FTA) sudah berlangsung sejak awal 2010 lalu. Diprediksi, “bombardir” produk China yang bebas masuk ke Indonesia lebih banyak mendatangkan kerugian daripada keuntungan. Khususnya, bagi para pelaku industri lokal. Benarkah?
Pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Ninasapti Triaswati mengatakan, pasar bebas ini tak sepenuhnya mendatangkan keuntungan. Untuk beberapa sektor industri, kerja sama ini justru mengancam. Ia menekankan, angka ekspor yang lebih rendah dibandingkan impor selama 5 tahun terakhir, turut menjadi faktor yang meresahkan.
“Rendahnya nilai ekspor dibandingkan impor cukup mengkhawatirkan ketika kita masuk ke area pasar bebas,” ujar Nini, pda diskusi mingguan Trijaya “Asean-China Free Trade Area”, di Jakarta, Sabtu ( 9/1/2010 ).
Aktivis Lembaga Indonesia Peduli (LIP) Edy Burmansyah mengatakan, Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN dengan produk paling besar tentu akan menjadi sasaran utama bagi produk-produk China sehingga dikhawatirkan tidak akan memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia.
“Sebelum ACFTA diberlakukan saja, pasar dalam negeri sudah dibanjiri oleh produk-produk China,” ungkapnya, di Jakarta, Jumat (8/1/2010).
Edy menambahkan, data yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa banjir produk murah dari China menyebabkan pangsa pasar usaha tekstil dan produk tekstil (TPT) domestik turun dari 57 persen pada 2005 menjadi 23 persen pada 2008.
Itulah berita kutipan dari Kompas.com yang berisi kekhawatiran besar terhadap FTA ASEAN – China 2010 ini. Sementara banyak pengusaha Indonesia, secara perorangan mengeluhkan pula masalah yang sama. Beberapa pedagang Tanah Abang yang cukup besar omsetnya, menjadi “lemas” menghadapi persaingan yang sangat tidak seimbang ini. Jadi dapat ditangkap betapa meresahkannya perkembangan pasar bebas Asean-China yang tengah mulai dihadapi ini.
Masalahnya adalah, kepada siapa keluhan-keluhan ini harus dialamatkan. Siapa pula di negeri ini yang memiliki kekuasaan untuk mau me respon siatuasi dan kondisi yang tengah dihadapi rakyatnya ini. Siapa yang pantas diharapkan untuk dapat membantu.
Semua orang tahu bahwa negara kita saat ini tengah menyelenggarakan “perhelatan besar” tentang Bank Century di DPR. Kesibukan terlihat pula dipusat kekuasaan mengenai buku George Junus Aditjondro, Adegan dari “cara” beretika di gedung Parlemen juga telah masuk agenda kegiatan nasional. Ujian Nasional telah pula menyita banyak pejabat tinggi. Talk show diberbagai stasion Televisi dan juga di kafe-kafe tertentu membahas tentang kesaksian Susno Duaji yang didatangi densus 88 juga tengah berlangsung. Peranan Anggodo yang baru diundang KPK, harus pula masuk dalam jadwal berikutnya. Pendeknya, bangsa ini tengah sibuk yang luarbiasa. Belum lagi Kongres PAN yang tengah berlangsung.
Sementara itu Head Line di Kompas.com hari ini adalah berjudul : “Akhir Pekan ini, SBY dan Boediono Beristirahat”.
Lengkaplah sudah kesemuanya itu. Lalu siapa ya yang harus menindak lanjuti “teriakannya” rakyat kecil di Pasar Tanah Abang yang dagangannya terancam perdagangan bebas ?
Iya…. Siapa Ya?
Saya juga mau istirahat dulu neh, Have a nice week end !
Jakarta 9 Januari 2009
Chappy Hakim
3 Comments
Sebuah tulisan yang sangat bagus… dan perlu direnungkan bersama dan yang terkait….
Semoga pengabdian para abdi negara, tetap mengingat panggilan tugas dan melaksanakannya tanpa pamrih.
Thanks a lot pak !
Dear Pak Chappy….
Terima kasih pak….
Kalau ada artikel yang bagus..tolong ya pak.. di kirim ke email saya ya…. hansmandalas@yahoo.com
banyak terima kasih…..