Old soldiers never die. Ungkapan tersohor Jenderal MacArthur itu selalu menjadi sumber ketokohan seorang prajurit purnabakti. Salah satunya Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim. Meski telah pensiun, ia terus menuangkan waktu dan gagasannya untuk dunia penerbangan yang digelutinya selama puluhan tahun.
Melalui sebuah blog di Kompasiana.com, Chappy yang kini aktif sebagai konsultan keselamatan penerbangan berbagi cerita dengan peminat jurnalisme warga tentang berbagai macam topik. Salah satu topiknya Awas Ketabrak Pesawat Terbang ! menuai banyak komentar dari para blogger. Gaya tulisannya yang menggelitik dan kritiknya untuk pemangku kebijakan dan publik mampu dikemas secara cerdas.
Kumpulan tulisan di kompasiana.com itu kemudian dibukukan . Acara peluncurannya bersamaan dengan perayaan ulang tahun ke-62 Chappy di sebuah hotel di Jakarta, kamis 17 Desember 2009. Pada kesempatan yang sama, Chappy Hakim juga meluncurkan buku Tanah Air dan Udaraku Indonesia yang berisi kumpulan tulisan yang pernah diterbitkan dibeberapa majalah dan surat kabar. Acara itu juga dihadiri beberapa tokoh seperti mantan Menteri Perhubungan Agum Gumelar dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak Linda Amalia Sari Gumelar yang hadir menemani suami yang hari itu juga merayakan ulang tahun bersama Chappy.
Awas Ketabrak Pesawat Terbang ! merupakan salah satu topik yang paling banyak diminati para blogger. Tidak selucu judulnya, justru Chappy menuangkan kisah miris sekitar dunia penerbangan. Dicontohkan, sebuah pesawat Sriwijaya Air tergelincir hingga keluar dari landasan pacu sejauh 200 meter di Bandara Sultan Thaha Jambi. Lalu, apa uniknya peristiwa itu ? Ternyata pesawat itu menabrak tiga petani yang tengah bercocok tanam tidak jauh dari landasan pacu itu. “Kejadian ini menunjukkan masih adanya gap antara teknologi dan peraturan”, ungkap Chappy. Dengan mengutip dari salah satu kawannya, mantan Ketua Tim Nasional Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi (EKKT) itu menuliskan kalimat jika tidak melanggar aturan di Indonesia, tentu orang tersebut akan mati. Kondisi demikian tidak bisa dibiarkan berlangsung lama. Disiplin ,kata dia, harus ditegakkan dengan tegas dan keras. Tidak bisa hanya mengharapkan kesadaran. Itulah modal awal untuk menjadi Negara maju.
“Salah satu ukuran dari Negara sejahtera adalah sistem transportasinya. Mengelola sistem transportasi nasional suatu bangsa adalah refleksi dari baik atau buruknya mereka mengelola Negara “, paparnya.
Kasus kecelakaan pesawat Garuda Indonesia di Bandara Adisutjipto, Jogjakarta yang menggiring pilot Kapten Marwoto sebagai terdakwa, menggugah idealisme Chappy sebagai seorang pilot. Kegelisahannya itu dipaparkan melalui blog. Prinsipnya peraturan penerbangan internasional melindungi seorang pilot dari jeratan hukum. “Saya bisa bilang, Chappy Hakim lewat tulisannya ini telah mengubah pengadilan (terhadap Marwoto)”, ujar Pradjoto sebagai pembahas buku Chappy hari itu. (Dinny Mutiah/Dani Prasetya/P-2)
Tulisan diatas adalah merupakan kutipan dari berita yang dimuat di Harian Media Indonesia edisi Sabtu tanggal 19 Desember 2009, dalam rangka peluncuran buku “Awas Ketabarak Pesawat Terbang” dan “Tanah Air dan Udaraku Indonesia” hari Kamis yang lalu.
Jakarta 20 Desember 2009