Pagi kemarin, tanggal 31 Oktober 2009, pukul 0610 wib, telah berpulang dengan tenang Marsekal Madya TNI Purn. Sujatmiko Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Singapura tahun 1978 – 1984, di rumah sakit Pondok Indah Jakarta Selatan.
Jenazah telah dimakamkan pada hari itu juga , setelah di semayamkan sejenak di rumah duka Jalan Cilandak I nomor 28. Pemakaman berlangsung dengan upacara kebesaran militer di TMPN Kalibata dengan Inspektur Upacara Asisten Personil Kasau Marsekal Muda TNI Sudjadiono.
Almarhum Sujatmiko, lahir di Tuban pada tanggal 17 Oktober 1927. Memulai karirnya di Angkatan Udara Republik Indonesia sebagai salah satu dari 60 Cadet Penerbang yang mengikuti pendidikan di Taloa, California Amerika Serikat, satu angkatan dengan Marsekal TNI Purn. Saleh Basarah. Lulus sebagai 20 lulusan terbaik, Sujatmiko melanjutkan di tempat yang sama mengikuti sekolah Instruktur Penerbang.
Jabatan yang pernah dipangkunya antara lain adalah sebagai Pangkowilu I di Medan pada tahun 1965, Asisten Operasi Men Pangau 1968 dan Panglima Kohanudnas tahun 1969. Diluar Angkatan Udara, beliau menjabat sebagai Kepala proyek otorita Batam yang berkedudukan di Singapura pada tahun 1974, dan konon atas usulan pemerintah Singapura yang kemudian disetujui oleh Presiden Soeharto, Sujatmiko bertugas sebagai Duta Besar R I di Singapura. Selepas bertugas sebagai Duta Besar di tahun 1984, beliau mendapat kepercayaan pemerintah untuk duduk sebagai Direktur Utama PT Timah tahun 1985.
Pensiun dari Angkatan Udara di tahun 1982, diusia 55 tahun, almarhum menyandang beberapa penghargaan dan tanda jasa antara lain Bintang Swabuana Paksa dan Bintang Gerilya.
Almarhum dikenal sebagai perwira yang berpengetahuan luas serta senantiasa tidak pernah lepas perhatiannya terhadap perkembangan Angkatan Udara, walaupun telah memasuki masa purnawira. Pada setiap kesempatan bertemu dengan beliau, saya tidak pernah absen berdiskusi terutama tentang perkembangan TNI Angkatan Udara.
Di saat saya menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Udara, satu bulan sebelum beliau merayakan ulang tahunnya yang ke 77, yaitu tanggal 17 September 2004, beliau memberikan saya hadiah sebuah buku. Buku terbitan tahun 2000 tersebut berjudul “Defending The Lion City” tulisan dari Tim Huxley, Direktur Pusat Studi Asia Tenggara dari University of Hull , England. Bayangkan almarhum yang sudah berusia senja, ternyata masih aktif memperluas pengetahuan khususnya dibidang pertahanan. Saya percaya, beliau memberikan buku tersebut sebagai perpanjangan diri beliau dalam kesempatan berdiskusi dengan saya yang waktunya sudah sangat sulit untuk dapat diperoleh. Terimakasih Marsekal !
Marsdya TNI Purn Sujatmiko, putra dari Bapak Almarhum Donodiharjo dan ibu Maryati, meninggalkan seorang isteri R. Aj Garsemi SDN dan lima orang anak, masing-masing Garibaldi S, Iwan GArdono S, Grasiani S, Gayatri S dan Garina S.
Angkatan Udara beserta seluruh keluarga besarnya tentu saja merasa kehilangan salah seorang pelopor Angkatan Udara yang selalu perduli dengan perkembangannya. Kami semua tentunya ingin menyampaikan rasa duka yang mendalam dan memanjatkan doa agar almarhum dapat di terima disisi Tuhan YME, sesuai dengan amal ibadahnya serta diampuni dosa-dosanya . Bagi keluarga yang ditinggalkan, kiranya Yang Maha Kuasa memberikan kekuatan dalam menghadapi cobaan ini. Inna Lillahi Wa Inna ilaihi Rojiun. Selamat Jalan dengan Tenang Marsekal Madya TNI Purn. Sujatmiko.
Jakarta 1 Nopember 2009