Pada tanggal 4 Desember 2019, telah berlangsung Pertemuan Bulanan Pusat Studi Air Power Indonesia untuk yang ke 12 kali nya. Pertemuan kali ini membahas beberapa isu penting dan hangat bidang kedirgantaraan yang tengah melanda tanah air belakangan ini.
Diskusi seperti biasa menampung pandangan-pandangan para Pakar bidang masing-masing tentang setiap masalah yang sedang hangat diperbincangkan. Karena keberagaman pengalaman dan latar belakang pegetahuan yang dimiliki para peserta (yang terdiri dari para praktisi dan akademisi yang telah purna-tugas maupun yang masih aktif) maka materi diskusi berkembang sangat menarik. Tidak pula membenturkan pandangan masing-masing, akan tetapi tetap fokus kepada obyek bahasan yang dipastikan muncul dengan berbagai perbedaan opini. Materi-materi inilah yang kemudian di kompilasi dalam ujud literasi untuk dapat disumbangkan kepada para pengambil keputusan di negeri ini sebagai sumbangsih pemikiran bagi kebijakan strategis yang akan di pustuskan.
Beberapa hal menarik yang menjadi materi diskusi, antara lain adalah dimulai dengan pertanyaan “forum” peserta tentang kepergian saya, pribadi – tidak mewakili siapapun ke Pabrik Boeing di Seattle pertengahan Nopember lalu. Kunjungan tersebut adalah atas undangan Boeing Company berkait 2 kecelakaan fatal B-737-Max 8 yang tengah melanda Dunia Penerbangan Internasional.
Pembicaraan santai namun menarik karena hadir diantara kami para Pilot Senior temasuk yang berpengalaman panjang menerbangkan pesawat Boeing dan juga Airbus. Pembahasan mendalam yang menjurus kepada masalah hal teknis penerbangan membuat para peserta antusias mengikuti dan mendengarkannya. Semua telah memperoleh tambahan pengetahuan dan wawasan dari mereka yang berpengalaman dan berilmu dalam diskusi tersebut.
Tidak ada kesimpulan akhir dari bahasan teknis tentang Max 8, namun pada umumnya sependapat dan mengerucut bahwa apa yang telah dicantumkan dalam “final report” investigasi KNKT sudah cukup komprehensif, namun tetap memerlukan tindak lanjut dari rekomendasi yang dikeluarkan menyusul laporan akhir KNKT tersebut. Tindak lanjut dari Maskapai Penerbangan maupun dari pihak Regulator, agar keselamatan penerbangan di Indonesia sebagai sub sistem dari penerbangan global tetap terjaga dengan konsisten.
Materi lainnya ada pula beberapa topik yang dibahas antara lain tentang keprihatinan dari mencuatnya berita tentang kasus “penyelundupan” Moge saat Ferry Flight pesawat Airbus dari Toulouse Perancis ke Jakarta, sedikit tentang FIR Singapura dan juga pembahasan mengenai menurunnya “air traffic” dalam negeri, sejak tariff murah menghilang secara misterius yang berdampak pada perkembangan ekonomi nasional. Munculnya kecurigaan kartel, oligopoly, hilangnya penerbangan perintis dan lain sebagainya.
Walaupun topik ini “sudah basi” akan tetapi tetap menjadi sorotan yang “sangat mengemuka” mengingat peran transportasi udara sebagai pengawal dan pemersatu bangsa, karena Indonesia terletak pada lokasi strategis dan berujud negara kepulauan terbesar di dunia.
Diskusi menarik dalam pertemuan bulan Desember ini di tutup dengan santap siang bersama penuh persahabatan dan kekeluargaan, mengiringi ucapan Selamat Hari Natal dan Tahun Baru, serta selamat berjumpa tahun depan pada “monthly meeting” berikutnya, yang menurut rencana “InsyaAllah” akan dilaksanakan di Garuda Indonesia , Cengkareng Jawa Barat.
Jakarta 5 Desember 2019
Chappy Hakim
Pusat Studi Air Power Indonesia