Siang itu saya udah dikantor, tiba-tiba berdering telepon. Setelah diangkat terdengar dari kejauhan suara Pak Mukhlis Yusuf, Direktur ANTARA yang menanyakan saya sudah sampai mana? Waduh kaget setengah mati, saya baru ingat bahwa saya ada janji dengan beliau jam 1000 wib, hari Rabu di TVRI untuk siaran Nasional bersama-sama RRI dan Antara. Saat itu sudah jam 0950 wib. Saya cuman bilang, lho …. saya kira nggak jadi karena saya nggak terima konfirmasi ulang, (sebenarnya, saya memang tidak menerima kabar lagi, sejak Pak Mukhlis menghubungi saya minggu lalu seperti yang dijanjikannya) OK saya menuju kesitu, maksudnya TVRI. Supir saya suruh segera siapkan mobil dan segera saja meluncur menuju TVRI.
Pada jam seperti itu , tentu saja sulit sekali untuk bisa menembus kemacetan Jakarta dari daerah di Gandaria menuju TVRI dalam waktu 10 menit saja. Sesampai dekat bekas Puri Ekawarna, perempatan Melawai, saya turun mobil dan langsung panggil Ojek untuk segera “ngebut” ke TVRI ! Saya udah langsung nyengklak di sadel belakang, namun sang Pilot Ojek dengan tenangnya tidak segera bergerak bahkan memberikan sebuah Helm seraya berkata pake “Helm dulu Pak !” Astaga, masih ada juga nilai-nilai kepatuhan kepada aturan pada diri sang Pilot Ojek. Kagum sekali saya dan berkata dalam hati, gile juga nih , gini hari masih ada orang di jalan yang “tau aturan”.
Ojek mulai jalan, maka mulai lah gerakan Ojek atau sepeda motor pada umumnya yang bergerak menembus jalan raya dengan gerakan yang potong sana dan potong sini. Berlawanan sekali dengan kepatuhannya menyuruh saya pake Helm. Ngeri sekali gonceng ojek ini, konflik dalam diri saya, antara bersatu dengan Ojek menembus macet dengan gerakan gila-gilaan tetapi bisa kejar waktu, atau tetap taat aturan lalu lintas dengan jaminan pasti akan terlambat atau bahkan kehilangan waktu siaran di TVRI. Waduh, kenapa saya begini jadinya? Nggak perduli lagi, sepertinya saya harus konsisten dengan keputusan untuk naik Ojek mengejar keterlambatan. Tidak lama kemudian alhamdulilah, setelah berulang-ulang nyaris nyerempet mobil, orang dan motor lainnya, sampai juga saya di TVRI.
Celakanya sampai di Pos Jaga Pagar TVRI, Sang Satpam penjaga dengan nada keras dan tegas berkata, mau kemana Pak, motor dilarang masuk ! Saya bilang, saya mau siaran, telat nih di studio mana ya? boleh nggak pake motor? Sang Satpam berubah mukanya menjadi lebih serem lagi sambil setengah menghardik berkata sekali lagi, “motor tidak boleh masuk ! Bapak silahkan turun !” ….. Mati saya, OK saya nggak mau berbantahan lebih lanjut, langsung turun dan segera bergegas ke gedung utama saja sambil coba menelepon ulang Pak Mukhlis. Tidak lama kemudian terlihat Pak Mukhlis keluar tergopoh-gopoh menyambut saya, dan segera saya masuk dan ternyata sudah ditunggu oleh Dirut TVRI yang baru, yang ternyata memonitor langsung acara nasional tersebut. Sekali lagi saya bersukur, walau tetap terlambat akan tetapi tidak mengganggu jalannya siaran, karena rekan sesama nara sumber yang satu lagi sudah berada di studio tepat waktu.
Saya tetap bisa siaran sesuai jadwal dan rencana studio ! Dan Itu semua berkat Ojek. Walau badan berkeringat kepanasan menembus jalan macet dengan berjibaku, srempet sana srempet sini, sesekali naik trotoar dan rumput pinggir jalan dan juga tetap lengkap memakai Helm inventaris yang bau keringat., keringat dari 1001 kepala pelanggan tentunya…… saya akhirnya nggak telat-telat amat…….
I Love Ojek !
Jakarta 25 Mei 2012
Chappy Hakim
1 Comment
dear sir.
Jangan jangan kita memang PERLU jenis CASSA saja pak, untuk operasi di INDONESIA,
gak usah pesawat besar-besar.
Siapa tahu itu SOLUSI belantara FIR kita.
just kidding sir
bravo