Daisuke Inoue, nama orang Jepang.
Ternyata memang ada yang “menemukan” karaoke dan masih hidup sampai sekarang, namanya Daisuke Inoue, seorang pria kalem berwajah bulat dan berkacamata, berjanggut kelabu yang tersisir rapi, bekerja di sebuah kantor di pinggiran kota Osaka.
Tampak kesederhanaan dan sikap santun dalam diri pria yang selalu tersenyum ini, seolah berlawanan dengan pekerjaan terakhirnya sebagai penghibur di klub malam.
Mesin karaoke pertama, pada tahun 1967 saat Inoue masih berumur 27. Dia adalah musisi yang manggung di klub malam di Kobe.Selain drum dan perkusi dia juga dapat memainkan chord sederhana di keyboard hasil belajar secara otodidak. Dengan begitu, dia dapat mengiringi para pelanggan klub malam yang ingin menyanyi.
Suatu hari pada 1969, seorang CEO perusahaan meminta Inoue menemaninya berpergian sehingga dia bisa menyanyi dengan iringan musik dari Inoue.Dari situ muncul ide Inoue, dia lalu membuat kaset berisi rekaman track favorit sang bos, Leaving Haneda yang dibawakan oleh Frank Nagai.Sang CEO terpana atas ide itu.Inoue melihat ada peluang “Sepertinya saya bisa menghasilkan uang dengan ini,” katanya.
Kotak kecil milik Inoue itu diberi nama 8-Juke. secara pribadi dia menyebutnya karaoke, yang berarti “orkestra kosong”-istilah dalam industri musik Jepang untuk menyebut rekaman musik pengiring yang digunakan para penyanyi yang ingin tampil tanpa band.
Sayangnya Inoue tidak mematenkan ciptaannya itu.“Alat itu tersusun dari pemutar kaset, miniatur amplifier gitar dan tempat memasukkan koin,” dia menjelaskan “Saya tidak menciptakannya. saya hanya menggabungkannya, jadi, sebetulnya, menurut saya, saya tidaklah benar-benar menciptakan sesuatu.”
Kerugian bagi Inoue adalah keberuntungan bagi industri, karena tidak harus membayar royalti, orang-orang berlomba membuat mesin karaoke.Pada 1980an bar-bar dan klub-klub malam di seluruh Jepang menawarkan karaoke kepada pada pengunjungnya.
Apakah Inoue menyesal? Sedikit. tapi dia mencoba mengambil hikmah atas keberuntungan yang hilang itu,“Orang-orang di sekitarku meraup uang,” katanya sambil tersenyum, “Tapi aku tidak.”
Di Indonesia, karaoke berkembang membias.Sejak awal masuk sekitar tahun 1980, karaoke dianggap sebagai hiburan malam.Mungkin karena dulu karaoke biasa ditawarkan di hotel-hotel berbintang, lalu menyebar ke tempat-tempat hiburan malam, apalagi ruangan yang bersifat pribadi dan remang-remang mudah dibelokkan untuk tujuan yang tidak ada hubungannya dengan menyanyi.
Untung fenomena seperti itu sudah berkurang, Karaoke menjadi salah satu sarana hiburan melepas penat dan stres setelah bekerja seharian.
Selamat berkaraoke, dari pada hanya sekedar melihat orang-orang yang berebut untuk bisa menjadi wakil presiden. Dan yang paling penting adalah : Untuk berkaraoke, tidak perlu kriteria koq ?! Asal ingat , Karaoke artinya adalah : Orkestra Kosong !