Petang tadi, saya baru saja menghadiri peluncuran buku dari Prof.DR.H.Priyatna Abdurrasyid,SH.,Ph.D yang berjudul : “Beberapa Bentuk Hukum Sebagai Pengantar Menuju Indonesia Emas 2020″. Buku yang kesekian ini, diluncurkan tepat pada peringatan hari lahir beliau yang ke 79 tahun.
Saya merasa sangat dihormati oleh Prof. Priyatna. Ini adalah untuk ke tiga kalinya saya menghadiri peluncuran buku karangan beliau. Diantara begitu banyak senior para cerdik cendikia yang datang hadir pada kesempatan itu, saya di letakkan oleh beliau di meja utama. Berada di meja utama ini antara lain adalah Menteri Perhubungan, yang duduk disebelah beliau, kemudian Prof Dr Bagir Manan , bapak AM Fatwa, Dr.Ary Ginanjar Agustian serta Prof DR Komaruddin Hidayat.
Saya selalu memerlukan hadir, apabila di undang dalam kesempatan suatu peluncuran buku. Mengapa demikian? Karena selalu saja ada hal yang sangat istimewa pada peristiwa yang semacam itu.
Kali ini hal yang istimewa tersebut adalah, bagaimana seorang Prof Priyatna, yang berulang tahun ke 79 menyempatkan diri atau lebih tepat merayakan hari ulang tahunnya dengan meluncurkan sebuah buku setebal 600 halaman. Tidak itu saja, bagi seorang pria rendah hati berbintang sagitarius dengan karakter yang terjaga keutuhannya, pada usia 79 tahun masih menulis dengan topik untuk menyongsong, seperti dicantumkan dalam judul bukunya :
Menuju Indonesia Emas 2020.
Kali ini saya tidak dapat sekedar mengatakannya sebagai istimewa, akan tetapi saya harus berkata sebagai “luar biasa”.
Mungkin, apabila ada terminologi yang lebih heboh dari luar biasa, saya harus menggunakan terminologi itu. Betapa tidak, ditengah kita semua saat ini berhadapan dengan masalah serius dari dampak hancurnya perekonomian global yang membuat nyaris semua orang pesimistis, muncul seorang dengan usia 79 tahun merayakan ulang tahunnya dengan mengajak kita semua berbicara tentang Indonesia Emas 2020 !?
Kepercayaan diri yang besar, memang tidak disangsikan adalah syarat utama bagi seseorang untuk merasa optimis. Akan tetapi yang saya tidak habis pikir adalah beliau tidak hanya merasa optimis, akan tetapi juga mengajak kita semua untuk optimis. Apalagi kalau bukan luar biasa?
Dalam kata pengantarnya DR Ary Ginanjar, mengatakan bahwa dia baru saja merasa bangga karena telah dapat menyelesaikan satu buku dengan jumlah 400 halaman hanya dalam 3 bulan. Tidak sampai satu bulan kemudian, ternyata dia harus berhadapan dengan kenyataan, bahwa ada seorang yang meluncurkan buku dengan 600 halaman hanya dalam 2 bulan saja. Yang membuat DR Ary Ginanjar lebih heran lagi adalah, orang itu usianya dua kali usia DR Ary Ginanjar sendiri.
Namun apabila kita mencermati siapa Prof Priyatna itu, maka serta merta kita akan mengerti bagaimana hal tersebut bisa terjadi. Dari sisi karakter, mungkin akan sangat sulit dicari padanannya. Prof Priyatna adalah wakil Jaksa Agung RI yang berani menolak instruksi Presiden Soeharto untuk menghentikan penyidikan kasus korupsi Dirut Pertamina Ibnu Soetowo. Beliau lebih memilih melepaskan jabatannya demi menyandang kebenaran. Ketokohan dan keteladanan semacam ini nyaris sudah sirna dari bumi pertiwi. Hiruk pikuk yang tengah “nge-trend” saat ini adalah justru bagaimana orang-orang untuk memperoleh jabatan atau status, tidak malu-malu lagi untuk memperolehnya dengan “membayar”. Kasus Agus Condro, kasus BLBI dan banyak lagi lainnya seakan sudah dapat diterima sebagai hal yang biasa atau normal saja. Dan itu adalah realita yang entah merupakan refleksi dari gejala apa namanya.
Tidak banyak orang mengenal Professor Priyatna Abdurrasyid, karena setelah melepaskan jabatan bergengsinya itu, beliau berkiprah dibidang yang tidak banyak diketahui masyarakat luas. Beliau adalah satu dari sedikit ahli hukum udara dan atau hukum ruang angkasa. Dengan sekian banyak gelar kesarjanaan yang diraihnya (SH.Ph.D.,FCBArb.,FHKArb.,ICDH.,HonFACICA.,CIISL.,D.IAA.,Fell.BIS.,LAA) beliau menduduki banyak jabatan di badan-badan hukum internasional. Di dalam negeri sendiri selain duduk pada beberapa institusi hukum, beliau juga menjabat sebagai ketua Badan Arbiterase Nasional Indonesia atau BANI.
Tidak banyak juga orang yang mengetahui bahwa beliau adalah anggota Tentara Pelajar yang kemudian menjadi anggota TNI AD dengan pangkat perwira. Setelah adik nya yang juga anggota tentara menjadi korban dan kemudian meninggal dunia, Prof Priyatna diperintahkan oleh ibunya untuk keluar dari tentara.
Demikianlah kemudian beliau merintis jalur karier sebagai Jaksa yang kelak dapat mencapai jabatan bergengsi sebagai wakil Jaksa Agung RI. Kiprahnya di dunia hukum Internasional sebagai ahli hukum udara dan ruang angkasa, sampai sekarang belum ada yang dapat menggantikannya. Sampai saat inipun, walau dengan jarak jauh, Prof Priyatna masih menangani beberapa perkara dari banyak klien nya di luar negeri dalam kasus-kasus kecelakaan pesawat terbang. Demikian pula sampai dengan saat ini beliau masih aktif dalam perjuangan negara-negara khatulistiwa berkait dengan penempatan satelit negara-negara maju di GSO. Prof Priyatna selalu mengingatkan bahwa ruang angkasa digunakan oleh negara-negara maju dua pertiganya adalah untuk keperluan dan kepentingan militer.
Semangat beliau yang begitu menggebu, terus terang telah membuat saya malu. Bayangkan, seorang pria dengan usia 79 tahun meluncurkan buku setebal 600 halaman dengan sub judul “Menuju Indonesia Emas 2020″ Sementara saya sendiri yang “baru” ber usia 60-an tahun, sudah terbersit niat untuk istirahat saja menikmati hidup?! Profesor Priyatna, Bapak adalah seorang yang luar biasa. Selamat Ulang tahun Professor ! Salut ! Bravo ! dan Hormat saya pak ! semoga bapak selalu sehat wal afiat !
4 Comments
Prof. Priyatna Abdurrasyid memang sosok yang luar biasa. saya sudah membaca beberapa buku beliau seperti buku mengenai kedaulatan di ruang udara, e ticket untuk penerbangan, autobiografinya. dan juga tentang arbitrase karena skripsi saya mengenai arbitrase. alhamdulilah saya berkesempatan untuk bertemu beliau dengan senang hati mentrasferkan beberapa ilmunya ke saya. dengan segala “achievement” yang sudah didapkatkanya, beliau tetep rendah hati. Prof. Priyatna Abdurrasyid adalah role model saya 😀 salut!!!!
salam
Terimakasih Riko, salam, CH.